Friday, 10 August 2018 07:25

Ekspor Kopi Gayo Aceh Naik 85,71 Persen.

Written by 
Rate this item
(0 votes)

Nilai ekspor kopi daerah dataran tinggi Suku Gayo di Aceh, mengalami kenaikan sebesar 85,71 persen di semester I 2018 dibanding periode yang sama tahun 2017. Kepala Badan Pusat Statistik Aceh, Wahyudin di Banda Aceh, Rabu mengatakan, kopi yang masuk ke dalam kelompok komoditi nonminyak dan gas bumi (migas) bersama teh, dan rempah-rempah, diekspor melalui Pelabuhan Belawan di Sumatera Utara. Pada semester I 2018, kelompok komoditi ini telah memberi kontribusi sebesar 68,91 persen dari total nilai ekspor melalui pelabuhan di luar Aceh sebesar 47,17 juta dolar Amerika. Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah, Mustafa Kamal menyatakan, kopi jenis arabica dan robusta dari dataran tinggi Suku Gayo telah diekspor ke 17 negara, terfavorit Amerika Serikat. Selain itu secara bertahap, mulai juga ekspor ke negara-negara di Eropa dan Asia Pasifik.

Paceri Nanas-Sayur Keladi Masuk Warisan tak Benda.

Dua kuliner khas Kota Pontianak, Paceri Nanas dan Sayok Keladi (sayur keladi) ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI. Wali Kota Pontianak Sutarmidji di Pontianak, Rabu (8/8), mengatakan kedua kuliner itu diusulkan sebagai WBTB karena dinilai memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Sutarmidji yakin ke depan paceri nanas pasti akan menjadi kuliner yang diminati oleh orang luar yang datang berkunjung ke Pontianak. Dengan ditetapkannya paceri nanas sebagai WBTB asli Pontianak maka hak patennya menjadi milik Pontianak. Demikian juga sayur keladi, makanan khas yang menjadi favorit masyarakat Pontianak ini menjadi hidangan khas dalam jamuan makan. Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pontianak, Rendrayani menjelaskan, paceri nanas dan sayur keladi ini merupakan salah satu menu atau makanan wajib yang dihidangkan dalam adat makan Saprahan. Ditetapkannya kedua kuliner ini hanya tinggal menunggu sertifikat sebagai tanda bahwa kedua kuliner khas Pontianak menjadi WBTB. Sertifikat tersebut rencananya akan diserahkan bertepatan dengan kegiatan budaya yang digelar pada Hari Jadi Kota Pontianak, 23 Oktober nanti.

Pemda Bangka Belitung (Babel) Berupaya Tembus Pasar Lada Dunia.  

Hasil pertanian komoditas ekspor Kepulauan Bangka Belitung (Babel) memiliki peluang untuk dipasarkan di tingkat Asean. Diantaranya lada Muntok white pepper atau lada putihnya sebagai yang terbaik di dunia. Direktur Kerja Sama Ekonomi ASEAN Kementrian Luar Negeri Ade Petranto menjelaskan tinggal pemolesan dan pembenahan untuk pemasaran, agar bisa mengatasi keterpurukan fluktuasi harga yang jauh dari batas normal. Harga lada saat ini berkisar 48 ribu rupiah per kilo gram dari harga sebelumnya mencapai 200 ribu rupiah  per kilo gram. Selain itu, pihaknya juga sudah meyakinkan Kementrian Pertanian agar bisa menjalin kerjasama dan sinergi dengan Pemerintah Provinsi  Kepulauan Bangka Belitung dalam mengatasi permasalahan lada dan harga komoditi ekspor lainnya. Ade Petranto, Rabu (08/08) mengatakan, sembari berupaya masuk langsung ke pasar dunia, para petani juga harus menjaga dan mempertahankan kualitas lada serta bisa berkesinambungan mengembangkan usaha pertanian lada guna tersedianya stok lada. Tidak hanya itu, perlu adanya cara untuk meningkatkan kualitas serta bimbingan teknis yang menjadi pekerjaan rumah pemerintah agar produk lada Bangka Belitung siap untuk bersaing dan di pasarkan di tingkat dunia.

Read 1097 times