VOInews, Jakarta: Indonesia dan Denmark membahas upaya penguatan kerja sama bilateral, khususnya di sektor energi dan kesehatan. Hal itu terungkap dalam pertemuan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dengan Menteri Luar Negeri Denmark, Lars Løkke Rasmussen, di Kopenhagen, Denmark.
Retno Marsudi menjelaskan, sektor energi dan kesehatan merupakan dua sektor kerja sama yang memiliki potensi untuk diperkuat oleh Indonesia dan Denmark. Menurut Retno, di bidang energi terdapat potensi penguatan kerja sama kedua negara, salah satunya pada sektor energi surya. Sementara di bidang kesehatan, Indonesia mengharapkan kerja sama untuk penguatan kemandirian kesehatan.
“Di sektor energi, terdapat potensi untuk pengembangan smart grid, energi surya, bayu dan hidro. Saya juga dorong realisasi komitmen dukungan Denmark terhadap implementasi Just Energy Transition Partnership (JETP) di Indonesia. Di sektor kesehatan, Indonesia mengharapkan kerja sama untuk penguatan kemandirian kesehatan, termasuk melalui kerja sama antara Bio Farma dan Nova Nordisk untuk mengatasi penyakit diabetes,” kata Retno dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (14/6).
Denmark merupakan mitra dagang terbesar bagi Indonesia di wilayah Nordik pada tahun 2022. Menlu Retno menjelaskan, tahun lalu, perdagangan kedua negara naik hingga 132 persen mencapai hampir 1 miliar dolar AS. Menurutnya kedua Menteri luar negeri juga membahas upaya untuk mempercepat penyelesaian perundingan Indonesia-EU CEPA setelah perundingan putaran ke-14 akhir bulan lalu.
“Kenaikan ini tentu kita sambut baik, dan kedua Menlu yakin jika perundingan Indonesia-EU CEPA sudah dapat diselesaikan, maka hubungan perdagangan akan semakin kuat,” katanya.
Retno menambahkan, kedua Menteri luar negeri juga membahas penguatan perdagangan hanya dapat dilakukan jika kedua belah pihak dapat menghilangkan hambatan perdagangan. Oleh karena itu, menurutnya, kesempatan pertemuan bilateral tersebut menjadi sarana untuk membahas upaya untuk menghilangkan hambatan perdagangan.
“Dalam kaitan inilah saya kembali menyampaikan concern terkait kebijakan diskriminatif Uni Eropa, termasuk regulasi deforestasi yang baru-baru ini dikeluarkan oleh Uni Eropa,” katanya.
Di akhir pertemuan, kedua Menteri Luar Negeri menyaksikan penandatanganan Implementing Agreement untuk MoU on Infrastructure Project Financing dengan nilai 1 miliar Euro atau sekitar 16 triliun rupiah. Menurut Retno, penandatanganan ini merupakan hal penting untuk penguatan kemitraan kedua negara dalam kerja sama proyek infrastruktur strategis di Indonesia.