VOInews, Jakarta: Hubungan Indonesia dan Malaysia semakin erat khususnya dalam bidang sastra. Hal ini terlihat dalam acara bedah buku Indonesia Malaysia “Kembara Penyair Ikhtisas” yang diselenggarakan oleh Satu Pena Sumatera Barat, bertempat di Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Jumat (16/6).
Editor sekaligus pengagas buku kumpulan puisi Kembara Penyair Ikhtisas, Prof. Dr. Dato Kepten Hashim Yacoob, mengatakan acara ini adalah langkah yang sangat bagus untuk mendekatkan kedua masyarakat serumpun Indonesia dan Malaysia melalui sastra. Menurutnya, kebersamaan adalah kekuatan untuk menyelesaikan masalah yang ada.
"Seperti lidi, bila sendiri tidak akan bisa berbuat banyak, tetapi bila bersatu maka akan lebih kuat," katanya.
Kembara Penyair Ikhtisas adalah kumpulan 124 puisi dari tujuh penulis, lima diantaranya berasal dari Malaysia (Hamad Kama Piah, Zaini Ujang, Radzuan Ibrahim, Mohamed Hatta Shaharom dan Hashim Yacoob) dan dua penulis berasal dari Indonesia (Sastri Bakry dan Zab Bransah). Para penulis berasal dari kalangan profesional seperti pengacara, akuntan, dokter, ahli lingkungan hidup bahkan dari pejabat pemerintah dan pengusaha.
Ketua Satu Pena Sumatera Barat, Sastri Bakry, mengatakan selain membangun jejaring antara masyarakat Indonesia dan Malaysia, kegiatan ini juga diharapkan dapat mendorong masyarakat profesional untuk lebih mencintai sastra.
"Menjadikan puisi sebagai tempat berpikir dan merenungkan tentang kemanusian," katanya.
Bedah buku yang dipandu oleh Swarny Utami menampilkan tiga pembicara utama DR. Helvy Tiana Rosa (Sastrawan, Dosen UNJ) dari Indonesia dan DR. Abang Patdeli (mantan Direktur Departemen Pengembangan Bahasa dan Sastera Dewan Bahasa dan Pustaka Malaysia dan Pakar Bidang Penulisan Kreatif Majlis Sastera Asia Tenggara (Mastera) beserta Prof. Dr. Dato Kepten Hashim Yacoob, keduanya berasal dari Malaysia. Ketiga pemandu sepakat bahwa puisi adalah ruang ekspresi seni bagi semua kalangan, termasuk para profesional.
Latar belakang keilmuan masing-masing turut mempengaruhi puisi-puisi yang mereka tulis. DR. Helvy Tiana Rosa mengambil sebuah contoh puisi dengan judul ‘Dosa Karbon’ karya Zaini Ujang. Puisi ini dipengaruhi oleh latar belakang penulis yang merupakan akademisi dan pemerhati lingkungan hidup.
Lebih jauh DR. Helvy Tiana Rosa berharap agar dalam kolaborasi selanjutnya, para profesional tersebut dapat menggunakan satu dua kata register profesi sehingga menambah kedalaman bahasa puisi tersebut.
Acara bedah buku yang dihadiri oleh pencinta seni dan mahasiswa ini ditutup dengan penampilan beberapa penyair dari kedua negara.
Dari Indonesia turut tampil Sutardji Calzoum Bahri, Jose Rizal Manua, Boyke Sulaeman, Octavianus Masheka, sementara dari Malaysia Hashim Yacoob dan Abang Patdeli. Acara ini juga dimeriahkan oleh penyair cilik Indonesia berusia sepuluh tahun Athena Qania yang mambawakan puisi karyanya sendiri dalam bahasa Inggris. (adv)