Thursday, 13 September 2018 00:00

Ritual Gumbregan

Written by 
Rate this item
(1 Vote)

Hari ini akan memperkenalkan kepada anda Ritual Gumbregan. bagi petani, hewan seperti sapi dan kerbau amatlah berarti. Kedua hewan tersebut banyak digunakan untuk membantu para petani di sawah atau ladang. Karenanya, petani selalu berharap hewan ternaknya selalu sehat bahkan terus beranak-pinak. Harapan ini, bagi sebagian masyarakat petani mereka visualisasikan melalui ritual, salah satunya ritual Gumbregan. Selain berdoa agar hewan ternak sehat dan beranak pinak, ritual ini juga sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu, ritual ini juga digelar untuk mempererat tali persaudaraan antar warga tanpa memandang latar belakangnya.

Gumbregan hingga kini masih dilestarikan turun-temurun oleh masyarakat dusun pokoh 2, Dlingo, Bantul, Yogyakarta. Tahun ini, ritual Gumbregan dilakukan dengan mengarak sapi, kambing, dan gunungan (tumpukan makanan hingga berbentuk gunung) keliling kampung. Warga mengarak hewan yang dihias seperti pengantin pada bagian depan. Kemudian disusul iring-iringan gunungan, kesenian, dan tokoh serta pemuka dusun. Arak-arakan hewan ternak ini menuju ke lapangan kampung. Arak-arakan diiringi alunan alat musik reog dan doger. Setelah sampai, puluhan hewan ternak ditempatkan di tempat teduh menunggu upacara dimulai.

berkumpul di lapangan, warga membawa tumpeng nasi putih dan gudangan. Gudangan adalah sayur rebus dicampur dengan parutan kelapa. Kemudian warga mengambil air dari pancuran dengan wadah menuju tempat hewan ternak warga. Air dicipratkan ke ternak menggunakan daun dadap serep. Daun dadap serep dipercaya bisa memberikan rasa tenang pada hewan, bahkan daun ini masih banyak digunakan untuk pengobatan tradisonal masyarakat setempat. Selanjutnya tokoh masyarakat dan masyarakat setempat mendoakan nasi gudangan. Kemudian pemilik hewan ternak memberikan nasi gudangan ke hewan ternaknya. Sapi dan kambing warga memakan nasi dengan lahapnya.

Disela ritual Gumbregan, warga juga dihibur pementasan kesenian berupa penampilan seni tari tradisional dari sanggar setempat. Sementara pada malam harinya diadakan pagelaran wayang kulit. Ritual unik ini terus dilestarikan turun-temurun oleh pemerintah daerah setempat, karena bisa menjadi penambah daya tarik wisata daerah mereka, apalagi jika dikemas lebih menarik.

Read 1405 times Last modified on Friday, 14 September 2018 11:35