Thursday, 18 July 2019 00:00

Sego Buwuhan

Written by 
Rate this item
(1 Vote)
Sego Buwuhan Foto : liputan6.com

14 Juli kemarin, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro menggelar pesta rakyat dengan tarian Thengul dan makan Sego Buwuhan. Menariknya, pesta rakyat ini menyajikan jumlah penari dan kuota makanan yang banyak. Dalam pesta rakyat Kabupaten Bojonegoro ini, sebanyak 2.050 orang menari Thengul di atas jembatan Sosrodilogo, Sungai Bengawan Solo, dan 26 ribu sego buwuhan tersaji untuk para pengunjung. Pesta rakyat Bojonegoro ini pun masuk catatan Museum Rekor Indonesia atau MURI. Sego Buwuhan mencatatkan diri dalam Museum Rekor Indonesia dalam hidangan terbanyak.

Sego Buwuhan merupakan makanan khas Bojonegoro. Sego Buwuhan terdiri atas dua kata. Dalam bahasa Jawa, Sego artinya ‘nasi’ dan buwuhan diambil dari kata buwuh yang dalam bahasa Jawa artinya ‘memberi atau menyumbang’. Buwuhan juga sering di ucapkan atau dibaca oleh orang Bojonegoro dengan “Buwohan”. Makanan ini sederhana, menunya adalah nasi yang di bungkus dengan daun jati. Lauk-pauknya tediri dari tumis pepaya muda, mi kuning, momoh tempe (tempe dimasak dengan bumbu khas daerah Bojonegoro), tewel (nangka muda) dan satai komo yang dipisah dan dibungkus daun jati. Satai komo adalah satai dari daging sapi yang dibumbu merah.

Sego Buwuhan lebih nikmat disajikan ketika nasinya masih hangat. Ketika kita membuka sego ini, langsung tercium aroma khas daun jati yang menambah selera makan. Rasa Sego Buwuhan juga sangat nikmat. Cocok disantap baik itu untuk menu sarapan pagi atau siang hari. Sego Buwuhan dahulu disajikan untuk acara hajatan, misalnya pernikahan, khitanan, dan kelahiran. Saat hajatan, Sego Buwuhan biasanya di bawa pulang dalam bentuk paket. Namun kini, sego Buwuhan tidak hanya bisa dinikmati saat hajatan saja, karena di Bojonegoro sudah banyak warung makanan yang menjajakan kuliner satu ini. Harganya juga cukup murah, sekitar Rp. 10.000 hingga Rp. 15.000 per porsi.

Read 1717 times Last modified on Thursday, 18 July 2019 10:39