VOInews, Jakarta: Duta Besar Swedia untuk Indonesia, Timor Leste dan ASEAN, Daniel Blockert mengatakan Indonesia telah menjadi pasar yang menarik bagi investor asal Swedia. Menurut dia, Di sela acara peluncuran ia menjelaskan hingga saat ini sudah ada perusahaan Swedia yang berproduksi di Indonesia dan berinvestasi di berbagai bidang.
"Indonesia merupakan pasar yang menarik bagi perusahaan Swedia. Kami memiliki perusahaan Swedia yang sudah berproduksi di Indonesia. Kami juga memiliki perusahaan yang berinvestasi di bidang lain di sini," katanya dalam peluncuran Platform Layanan Kesehatan 2024 yang menjadi bagian dari Kemitraan Berkelanjutan Swedia-Indonesia (SISP), di Jakarta, Jumat (26/4/2024).
Daniel Blockert mengatakan investor Swedia memiliki optimisme tinggi karena Indonesia sudah melakukan sejumlah reformasi yang mendukung iklim investasi di dalam negeri. Dengan adanya banyak fasilitas yang ditawarkan oleh Indonesia, Daniel Blockert mengatakan para investor menganggap investasi di Indonesia adalah langkah yang tepat.
"Saya pikir apa yang saya dengar ketika saya berbicara dengan perusahaan-perusahaan Swedia adalah bahwa terdapat banyak optimisme. karena reformasi telah dilakukan dan reformasi juga sedang berjalan dan menurut saya komunitas bisnis secara umum berpendapat bahwa ini adalah langkah besar ke arah yang benar," katanya.
Indonesia telah menjadi pasar yang potensial bagi investor Swedia. Menurut Duta Besar Daniel Blockert, ia akan sangat terkejut jika investasi Swedia di Indonesia tidak meningkat dalam tahun-tahun ke depan.
"Dan dengan pasar ini, dengan kemungkinan-kemungkinan yang Anda miliki di sini dengan banyaknya universitas, saya akan sangat terkejut jika investasi Swedia di sektor kesehatan tidak meningkat di Indonesia pada tahun-tahun mendatang. Dapat dikatakan bahwa ada banyak ketertarikan," katanya.
Sejak tahun 2020, Indonesia dan Swedia telah meningkatkan kerja sama bilateral kedua negara melalui skema Kemitraan Berkelanjutan Swedia-Indonesia (SISP) yang bertujuan mencapai Target Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030 yang ditetapkan PBB.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan, pemerintah Indonesia mendorong peningkatan hubungan antar pelaku usaha Indonesia dan Swedia untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Ia meyakini, komunitas bisnis memiliki peran penting dalam menyukseskan upaya ini dengan difasilitasi oleh pemerintah.
VOInews, Jakarta: Indonesia dan Swedia meluncurkan Platform Layanan Kesehatan 2024 sebagai bagian dari Program Kemitraan Berkelanjutan Swedia-Indonesia (SISP) yang telah diluncurkan sejak 2020. Peluncuran ini dihadiri oleh Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin dan Duta Besar Swedia untuk Indonesia Timor Leste dan ASEAN Daniel Blockert, serta pelaku industri kesehatan dari kedua negara.
“Platform ini menunjukkan bagaimana berbagai pemangku kepentingan di Indonesia dan Swedia dapat berkolaborasi di sektor kesehatan," kata Budi Gunadi dalam sambutannya di Jakarta, Jumat (26/4/2024).
Budi Gunadi menyampaikan bahwa melalui SISP, pemerintah Indonesia ingin memfasilitasi sektor bisnis dari kedua negara untuk memperluas jaringan dan peluang kerja sama. Menurut dia, para pelaku bisnis memiliki peran tinggi dalam mendorong dan menyukseskan program kedua negara yang ingin meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
"Kami, dari pihak pemerintah, perlu memfasilitasi sektor swasta dan sektor swasta perlu memperkuat keterlibatan mereka dengan pemangku kepentingan lainnya," katanya.
Duta Besar Swedia untuk Indonesia, Timor Leste dan ASEAN, Daniel Blockert mengatakan Peluncuran Platform Kesehatan SISP menjadi momen penting dalam kemitraan jangka panjang antara Swedia dan Indonesia. Platform yang mencakup berbagai kerja sama bidang kesehatan ini, menurut dia, akan mendukung visi Indonesia dalam bidang kesehatan.
"Program-program seperti peningkatan kapasitas, simposium layanan kesehatan, dan inisiatif bersama, akan menyatukan para ahli kedua negara untuk memenuhi visi pemerintah Indonesia dalam bidang kesehatan," katanya.
Kemitraan berkelanjutan Swedia-Indonesia (SISP) adalah platform antar pemerintah (G-to-G) untuk mengembangkan kolaborasi antara Swedia dan Indonesia dimana kedua negara bekerja sama untuk memenuhi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030. Kemitraan ini bertujuan untuk membina kerja sama antara institusi dan perusahaan Swedia dan Indonesia di berbagai sektor termasuk transportasi, energi, kesehatan, pertambangan dan manufaktur.
Platform Layanan Kesehatan SISP bekerja pada tiga tingkatan: antar pemerintah, akademisi melalui program beasiswa PhD, serta sektor swasta melalui Program Pengembangan Layanan Kesehatan. Melalui upaya kolaboratif perusahaan Swedia, termasuk AstraZeneca, Elekta, Essity, Getinge, dan Hemocue, Platform Layanan Kesehatan SISP bertujuan untuk memanfaatkan keahlian dan inovasi Swedia untuk berkontribusi pada layanan kesehatan berkelanjutan di Indonesia, dengan fokus pada bidang-bidang utama seperti digitalisasi, perawatan kanker, perawatan darurat kritis, perawatan diabetes, serta kesehatan ibu dan anak.
VOInews, Jakarta: Kedutaan Besar Belanda di Jakarta menyelenggarakan perayaan Koningsdag (Hari Raja Belanda), Kamis (25/4/2024). Perayaan berlangsung di Erasmus Huis, pusat kebudayaan Belanda yang masih terletak satu kompleks dengan kedutaan.
Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Lambert Grijns dalam sambutannya menyebutkan sejumlah hal-hal menarik terkait hubungan kedua negara. Di antaranya ialah banyaknya warga Indonesia yang mengajukan visa ke Belanda dan menempuh studi di sana. Ia juga menyebutkan bukti eratnya hubungan kedua negara, seperti kedatangan kapal perusak Belanda dan wakil menterinya ke Indonesia.
"Salah satu dari kapal perusak terbesar angkatan laut kami akan berkunjung ke pelabuhan di Jakarta bukan depan," kata Grijns.
Dubes Grijns mengungkap, kedua negara telah menyelesaikan pembentukan komisi ekonomi bersama, sebagai tindak lanjut kemitraan komprehensif Indonesia-Belanda. Beberapa yang mereka bahas ialah program investasi infrastruktur berkelanjutan ke Indonesia senilai €300 juta (sekitar Rp5,2 triliun). Ia mengklaim negaranya sebagai negara Eropa dengan jumlah investor terbanyak di Indonesia.
"Bagaimana pun, kami merupakan investor Eropa terbesar (di Indonesia), dengan kehadiran perusahaan-perusahaan Belanda yang luas," kata Grijns.
Dubes Grijns sempat menyinggung masa tugasnya sebagai duta besar di Indonesia yang sebentar lagi berakhir. Grijns mengenang kunjungan raja Belanda, Willem-Alexander ke Indonesia empat tahun lalu. Raja Willem-Alexander menyebut Indonesia sebagai negara yang "berjiwa tua dan berhati muda", menggambarkan sosok yang sepuh namun penuh semangat.
"Dan saya sangat setuju, karena beberapa tahun terakhir saya telah menyaksikan transformasi Indonesia yang luar biasa tanpa henti, pembangunan yang didorong oleh optimisme dan ambisi," kata Grijns melanjutkan.
Grijns mengakui kepemimpinan Indonesia di bawah Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, yang hadir pada kesempatan itu. Ia menilai Indonesia telah membuat penanda dengan kepemimpinannya di G20 dan ASEAN, serta langkah Indonesia menuju anggota OECD.
"Seiring dengan kemajuan besar Indonesia menuju keanggotaan OECD... saya akan merindukan kehangatan Anda dan negara Anda," katanya kepada Menlu Retno.
Dalam Koningsdag tahun ini, terpantau berbagai stan makanan khas Belanda seperti kroket, poffertjes, dan frikandel yang bisa dicicipi. Selain itu terdapat stan dari sponsor-sponsor, kebanyakan terkait dengan perusahaan atau budaya Belanda. Pengunjung terlihat berdesakan memenuhi stan-stan tersebut, sambil diiringi penampilan musik jazz dan undian berhadiah.
VOInews, Jakarta: Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mendorong ASEAN untuk terus memainkan peran kepemimpinan dalam pengembangan arsitektur dan kerja sama di Indo-Pasifik. Hal itu ia sampaikan saat menghadiri ASEAN Future Forum di Hanoi, Vietnam, Rabu (24/4/2024).
Retno Marsudi juga menekankan pentingnya persatuan ASEAN dan dapat merespons berbagai tantangan di kawasan dengan sigap.
“Saya sampaikan juga bahwa isu keamanan mencakup banyak dimensi, tidak hanya aspek militer dan politik, tetapi juga sosial, ekonomi dan lingkungan yang sama-sama penting dengan isu keamanan, dan harus ditangani secara komprehensif,” kata Retno Marsudi dalam keterangan yang diterima di Jakarta.
Retno Marsudi menyampaikan, ASEAN harus memastikan Indo-Pasifik menjadi kawasan yang damai, terbuka dan inklusif yang mengedepankan dialog dan kolaborasi konkret dengan pendekatan win-win dan bukan pendekatan zero-sum, serta penghormatan dan implementasi hukum internasional dilakukan secara konsisten.
“Oleh karena itu, pengarusutamaan implementasi ASEAN Outlook on the Indo-Pacific dalam seluruh mekanisme ASEAN menjadi sangat penting," katanya.
Sebagaimana terefleksi pada keketuaan Indonesia tahun lalu, tahun lalu teman-teman ingat kita menyelenggarakan ASEAN-Indo Pacific Forum dan penguatan hubungan dengan Pacific Island Forum dan Indian Ocean Rim Association (IORA),” kata Retno.
Hal lain yang juga disampaikan dalam kesempatan tersebut adalah bahwa ASEAN harus memiliki pendekatan yang komprehensif untuk isu keamanan. Menurutnya, isu ketahanan pangan, energi, dan keuangan diproyeksikan akan menjadi tantangan ekonomi utama yang dihadapi ASEAN di masa depan.
“Saya sampaikan juga bahwa isu keamanan mencakup banyak dimensi, tidak hanya aspek militer dan politik, tetapi juga sosial, ekonomi dan lingkungan yang sama-sama penting dengan isu keamanan, dan harus ditangani secara komprehensif,” kata Retno Marsudi.
Ia pun menyampaikan bahwa ASEAN juga harus dapat mengatasi risiko keamanan yang timbul dari digitalisasi dan perkembangan teknologi terkini seperti artificial intellegence (AI) dengan mendorong dan turut menentukan tata kelola digital global dan menjembatani perbedaan digital serta memperkuat literasi digital.
“Kemajuan teknologi seperti artificial intelligence dan big data di satu sisi membawa manfaat besar, namun di sisi lain menjadi tantangan besar bagi keamanan yang memerlukan respons inovatif dan adaptif,” kata Retno.
Retno Marsudi juga menekankan pentingnya kerja sama kolektif untuk mengatasi keamanan kawasan dan global karena masing-masing negara tidak akan dapat mengatasi tantangan sendirian. Ia pun menekankan pentingnya proses yang inklusif dalam pengembangan Visi Komunitas ASEAN 2045 dengan memperhatikan suara dan kepentingan masyarakat ASEAN.