Kuantitas kedatangan wisatawan mancanegara (wisman) asal Tiongkok ke Bali mulai pulih. Kondisi tersebut terjadi setelah pemerintah Provinsi Bali mencabut travel warning, pasca menurunnya aktivitas vulkanik Gunung Agung. Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Anak Agung Gede Yuniartha Putra di Kuta, Jumat (16/2/2018) mengakui kunjugan wisatawan asal Tiongkok kembali normal. Ketika momentum Tahun Baru Imlek 2018, peningkatan diperkirakan menembus angka 20 persen.
"Ada peningkatan. Jadi kurang lebih saya dapat laporan dari staff saya itu kurang lebih ya ada untuk China saja ini kita ambil rata-rata sekarang hampir lima ribu per hari. Jadi kita ini sebelum erupsi kan lima belas ribu per hari kita ambil rata-rata ya, sekarang ini sudah dia mencapai tujuh belas sampai delapan belas ribu per hari."
Yuniartha Putra mengatakan,selain kuantitas, kedatangan wisatawan asal Tiongkok juga memiliki kualitas yang baik. Ditanya minat, Yuniartha Putra mengatakan wisatawan Tiongkok memiliki ketertarikan terhadap suasana alam, terlebih pantai di Bali. Selain itu wisatawan Tiongkok juga mempunyai animo yang tinggi ketika disuguhkan wisata belanja. (kbrn)
Duta Besar Republik Indonesia untuk Vietnam, Ibnu Hadi menyatakan, apa yang disampaikan oleh Presiden RI, Joko Widodo terkait dengan kinerja ekonomi Vietnam yang lebih baik dibandingkan Indonesia memang benar adanya. Menurutnya, hal tersebut dapat dijadikan tolak ukur bagi Indonesia untuk meningkatkan kinerja ekonominya, khususnya berkaitan dengan peningkatan nilai ekspor.
Ibnu Hadi menjelaskan kepada awak media di Jakarta, Kamis 15 Februari bahwa ekspor Indonesia sepanjang tahun 2017 baru mampu mencapai USD 168,7 milliar. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan Vietnam yang mencapai USD 214,0 milliar. Sementara untuk nilai impor Indonesia berada di angka USD 156,9 milliar, dan Vietnam mencapai USD 211,1 dollar. Tidak hanya itu, pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di tahun 2017 hanya mampu berada di 5,05 persen. Sementara, Vietnam berada di 6,81 persen. Oleh karena itu Ibnu Hadi menyatakan, selaku Duta Besar RI untuk Vietnam dirinya akan terus memberikan masukan kepada pemerintah. Selain itu dirinya juga tidak hanya menempatkan Vietnam sebagai pesaing Indonesia, tapi juga sebagai rekanan yang potensial. (Rezha)
Duta Besar Republik Indonesia (RI) untuk Malaysia, Rusdi Kirana menginginkan adanya joint promotion atau promosi bersama antara dua negara serumpun di kawasan Asia Tenggara tersebut. Ketika ditemui oleh awak media pada Kamis (15/2) di Kementerian Luar Negeri, Jakarta ia mengatakan joint promotion di beberapa sektor potensial merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan hubungan bilateral yang lebih baik antara Indonesia dan Malaysia.
“Waktu meeting sama Malaysia Indonesia Business Council saya sudah sampaikan, salah satu untuk membuat hubungan yang sudah baik menjadi lebih baik, kita joint, joint promotion, kita bikin twin city untuk pariwisata sama–sama kita ke negara ketiga misal dalam hal ini kita ke China ke Korea kita sama–sama kenalkan budaya kita, karena kita saling mengklaim budaya itu tidak ada baiknya. Nah sama–sama budayanya Malaysia, budayanya Indonesia pariwisata dari dua negara tersebut, dalam perdagangan sama–sama kita lakukan promosi perdagangan,” kata Rusdi Kirana.
Rusdi Kirana menambahkan, dirinya optimis banyak potensi yang dikembangkan dari promosi bersama atau joint promotion antara Indonesia dan Malaysia. Untuk itu, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Malaysia terus berupaya untuk mewujudkan joint promotion antara kedua negara. Namun, di sisi lain Rusdi Kirana juga menginginkan segala kasus yang melibatkan Indonesia dan Malaysia khususnya terkait Buruh Migran Indonesia (BMI) dapat segera diselesaikan. Karena hal tersebut memiliki keterkaitan dengan suksesnya joint promotion antara kedua negara. (VOI/Rezha)
Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi berharap kerjasama pendidikan Islam yang digagas oleh Indonesia dan Filipina diharapkan dapat menunjukkan wajah Islam yang sebenarnya, yang menjadi rahmat bagi semesta alam. Selain itu diharapkan juga kerjasama tersebut dapat mengajarkan nilai–nilai toleransi dan moderasi kepada generasi muda di kedua negara. Hal tersebut disampaikan oleh Retno Marsudi saat membuka Workshop atau Lokakarya Pendidikan Islam Indonesia–Filipina di Hotel Borobudur, Jakarta, baru-baru ini.
Retno mengatakan“ Ijinkan saya berbagi harapan. Pertama melalui kerja sama ini kita harus mempromosikan wajah sejati Islam, Islam sebagai Rahmatan Lil Alamin, berkat bagi alam semesta dunia. Kita harus menunjukkan bahwa madrasah dan pesantren adalah masa lalu, sekarang, dan masa depan peradaban Islam, sebagai tempat untuk memelihara nilai dan budaya toleransi, perdamaian dan moderasi. Kedua, kerja sama kita harus dimaksudkan untuk memajukan pendidikan Islam yang modern dan berkualitas tinggi.”
Retno Marsudi menambahkan, melalui pendidikan Islam ini, Indonesia dan Filipina dapat mencegah konflik dan radikalisme. Workshop yang digelar pada 14 dan 15 Februari dibagi menjadi tujuh sesi, yaitu pendidikan Islam di Indonesia, pendidikan Islam di Filipina, kurikulum, pembangunan pendidikan guru Islam dan ulama, orangtua dan komunitas sosial, toleransi di kehidupan Islam, dan peta kerja sama pendidikan. Di akhir workshop, kedua negara juga menyusun peta kerja sama apa saja yang akan dilakukan Indonesia dan Filipina. Peserta kerja sama mewakili berbagai institusi dan kementerian. Dari Filipina mereka berasal dari Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Zamboanga dan Institut of Islamic Study. Dari Indonesia mereka berasal dari Kementerian Agama, Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Nahdatul Utama (NU), Muhammadiyah, dan Universitas Islam Negeri (UIN). (voi/Rezha)