Pasangan ganda putra Indonesia , Wahyu Yanaka Arya Pangkaryanira dan Ade Yusuf Santoso berhasil merebut medali emas di Yonex Dutch Open Super 100 di Belanda setelah mengalahkan pasangan ganda Belanda, Jelle Maas dan Robin Tabeling dalam pertarungan seru tiga set dengan skor (21/19, 17/21, 21/11).
Duta Besar Indonesia untuk Kerjaan Belanda, Bapak I Gusti Agung Wesaka Puja turut hadir secara langsung untuk memberikan dukungan kepada tim ganda Indonesia dan berkesempatan untuk menyerahkan hadiah bagi para juara.
"Pertandingan yang luar biasa dan mendebarkan, tentunya kita bangga dengan kemenangan hari ini dengan berhasil merebut mendali emas di partai ganda putra melawan pasangan tuan rumah yang cukup ketat.". Pungkas Dubes Puja.
Yonex Dutch Open super 100 yang ke-70 diselenggarakan pada tanggal 9-14 Oktober 2018 di Topsportcentrum, Almere, Belanda dengan total hadiah $75,000.
9 negara dari empat benua berbeda berpartisipasi dalam Yonex Dutch Open 2018 dan memperebutkan 5 cabang badminton yaitu single putra, single putri, ganda putra, ganda putri dan ganda campuran. Indonesia sendiri menurunkan dua ganda putranya pada turnamen kali ini. (Kemlu)
Dengan mengusung tema Magnificent Diversity, Tim Indonesia berhasil menjadi salah satu dari 3 negara terbaik pada Festival internasional tahunan bertajuk Itaewon Global Village Festival 2018 yang diselenggarakan selama dua hari penuh (13-14/10) dan diikuti 38 negara di Itaewon, kawasan internasional paling terkemuka di Kota Seoul.
Festival yang tahun ini bertema "Let's Beat, Itaewon" sukses menyedot 1.4 juta pengunjung. Mereka berjejal di sepanjang jalan yang sengaja ditutup untuk kendaraan agar pengunjung dapat menikmati parade budaya, pertunjukan musik, tari, street food dan juga pameran kerajinan dari berbagai pelosok dunia. Selain itu, terdapat zona yang menawarkan kesempatan untuk menjelajahi pengalaman budaya unik dari berbagai negara peserta.
Indonesia yang digawangi KBRI Seoul dengan melibatkan tak kurang dari 40 WNI yang tergabung dalam Kelompok Tari Tradisional Indonesia, Persatuan Pelajar Indonesia, Darma Wanita Persatuan KBRI Seoul dan Paguyuban Kedaerahan Indonesia serta Pekerja Migran Indonesia di Korsel menampilkan keragaman budaya Indonesia dalam street parade. Mengenakan busana tradisional yang beraneka rupa, disertai dengan berbagai koreografi berbagai line dance khas Indonesia, peserta Indonesia tak ayal sukses membuat para penonton berjejal dan ikut bergoyang sambil bertepuk tangan. Merekapun terlihat mengantri untuk dapat berfoto bersama.
Penonton juga tak putus bertepuk tangan saat Tari Sabalah asal Sumatera Barat dan Tari Topeng Kelana mengisi panggung utama.
Sementara itu di sudut yang lain, berbagai kerajinan dari pelosok nusantara juga tersedia di stand Indonesia. Berbagai tampilan Indonesia ini tak pelak diganjar panitia sebagai salah satu dari tiga negara peserta terbaik dan berhak mendapatkan mendali perunggu serta berbagai hadiah hiburan lainnya.
Wakil Kepala Perwakilan RI Seoul Siti Sofia Sudarma menyambut baik raihan ini. “Indonesia dengan segudang kekayaan budayanya memang layak dinobatkan menjadi salah satu yang terbaik. Walau tidak seperti negara lainnya yang secara khusus menerbangkan seniman profesional dari negara masing-masing, Indonesia salah satu yang menjadi magnet,” demikian ungkapnya.
Ditambahkan juga oleh Sofia bahwa selain untuk mempromosikan citra Indonesia sebagai negara dengan kekayaan multikulturnya, festival ini juga dimanfaatkan KBRI Seoul sebagai ajang penyaluran kreatifitas dan pembinaan berbagai potensi seni dan budaya masyarakat Indonesia di Korea Selatan.
Festival yang telah berlangsung sejak tahun 2008 ini diselenggarakan oleh Asosiasi Kawasan Pariwisata Itaewon yang didukung penuh oleh Kantor Pemerintah Distrik Yongsan, Seoul, dimana kawasan Itaewon berada.
Itaewon Global Village Festival diadakan setiap musim gugur. Festival ini bertujuan untuk mengukuhkan Korea Selatan sebagai negara tempat bertemu dan berkembangnya berbagai tradisi budaya, baik budaya asli Korea Selatan maupun budaya asing. Festival ini juga menjadi salah satu perayaan internasional paling terkenal di Seoul. “Festival ini memang dikemas sebagai acara multibudaya di mana semua orang yang hadir akan belajar dan mengalami budaya yang berbeda," tutur Mr. Sung, Kepala Distrik Youngsan dalam sambutannya.
Selama festival berlangsung, berbagai sajian budaya dipertontonkan di tiga panggung yang berbeda. Berbagai aliran musik, tari, drama dan permainan unik hingga pentas K-pop tanpa henti memanjakan pengunjung.
Itaewon adalah sebuah permukiman (dong) yang terletak di distrik Youngsan-gu, kota Seoul, Korea Selatan. Sekitar 22 ribu orang tinggal di kawasan ini. Perwakilan asing juga banyak berkantor di sana. Selain itu, terdapat banyak restoran mancanegara yang dibuka oleh imigran asing di Itaewon seperti dari India, Thailand, Timur Tengah, Meksiko dan juga Indonesia. (Kemlu)
Medali pertama Indonesia pada gelaran Youth Olympic Games 2018 yang berlangsung di Buenos Aires, Argentina dipersembahkan oleh atlit muda angkat besi putri Indonesia, Vinatasari Nur (17 tahun). Putri asal lampung ini berhasil membawa pulang medali perunggu dalam perlombaan yang digelar di Youth Olympic Park, Provinsi Buenos Aires (9/10).
Saat ditanya mengenai capaiannya, Vina mengaku bangga namun tidak ingin cepat berpuas diri. “Saya ingin mengajak teman-teman yang lain untuk optimis dan terus berlatih dalam mencapai mimpi,” demikian disampaikan Vinatasari usai memenangkan perlombaan.
Vinatasari berada pada peringkat ketiga dengan akumulasi beban yang diangkat seberat 162 dalam 2 (dua) babak. Posisi pertama diraih oleh atlit muda Rumania, Baltag Sabina dan posisi kedua oleh Junkar Acero dari Kolombia. Prestasi dan hasil positif ini diharapkan juga mampu diikuti oleh rekan-rekan atlit muda di cabang olah raga lain yang dipertandingkan dalam Youth Olympic Games 2018.
“Sangat bangga dan senang dengan prestasi yang diraih dan berharap medali perdana ini memacu semangat atlet lainnya dalam multi event ini,” ujar Chef de Mission Indonesia, Dito Ariotedjo.
Selain angkat besi, badminton, renang,dan voli pantai juga mendapatkan hasil positif. Badminton Putra yang diwakili oleh Rumbay Ikhsan Leonardo Imanuel berhasil mengalahkan wakil Belanda, Koppen Dennis dalam 2 (dua) set langsung 21-11 dan 21-12. Dengan hasil tersebut, Ikhsan akan menuju babak perempat final yang akan dilangsungkan di Tecnopark, Provinsi Buenos Aires (10/10).
Wakil Indonesia untuk Badminton single Putri, Maharani Sekar Batahari, walaupun berhasil mengalahkan wakil Swedia, Pillai Ashwathi dalam 3 set, namun Maharani tidak dapat mengamankan posisinya sebagai juara/wakil juara grup C untuk lolos ke babak perempat final.
Pasangan atlit muda Indonesia untuk voli pantai, Akbar Bintang dan Danang Herlambang juga meraih hasil mengesankan dengan mengalahkan pasangan Aruba, Mercalina Railbiently dan Howell Brian dalam 2 set langsung 21-17 dan 21-16 dalam pertandingan yang berlangsung selama 30 menit di Green Park, Ibukota Buenos Aires.
Dua atlet wanita renang indonesia Dewi Adinda Larasati dan Permatahani Azzahra juga menorehkan prestasi gemilang dengan berhasil memasuki babak final di kategori 200 meter womens butterfly dan berakhir di posisi 8 besar. Selanjutnya keduanya akan bertanding di kategori 100 meter gaya kupu-kupu dan 200 meter gaya dada. (Kemlu)
Sebagai salah satu di antara 35 negara di dunia dengan risiko tinggi terjadinya korban jiwa akibat bencana, pemerintah Indonesia mengajak para peserta yang hadir dalam Annual Meeting atau Pertemuan Tahunan International Monetary Fund-World Bank Group untuk saling berbagi dan menemukan solusi yang tepat, khususnya dalam hal pembiayaan dan asuransi risiko bencana.
Ajakan tersebut disampaikan oleh Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla saat menyampaikan keynote speech pada seminar yang bertemakan “Disaster Risk Finance and Insurance” di Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua, Bali, Rabu (10/10) pagi.
“Momen ini menjadi momen yang tepat karena kita baru saja mengalami bencana, dan mencari solusi yang tepat apabila terjadi bencana. Bagaimana upaya kita mengatasi bencana dengan ketahanan fiskal yang terjaga, dan tidak hanya tergantung pada kerjasama internasional,” kata Wapres.
Sementara Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengakui bahwa penanganan bencana di Indonesia masih sangat tergantung pada APBN dan APBD, bahkan harus merealokasi anggaran.
“Kita perlu mengidentifikasi semua risiko bencana alam dan memikirkan mekanisme fiskal serta instrumen keuangan terbaik untuk mendukung rehabilitasi yang paling efektif dan paling cepat. Sebuah strategi jangka panjang untuk membangun ketahanan (resiliency) terhadap bencana alam, khususnya dari sisi fiskal” kata Sri Mulyani.
Ia menjelaskan, fokus terbesar ketika bencana terjadi adalah bagaimana membantu korban, melakukan recovery dan melakukan rekonstruksi. “Namun kita jarang sekali membahas soal transfer risiko, termasuk untuk pembiayaan. Pengelolaan bencana menjadi tidak tersinergikan dan terintegrasi,” kata Sri Mulyani.
Karena itu, lanjut Menkeu, Indonesia membuka diri untuk menimba pengalaman dari negara-negara lain mengenai pembiayaan bencana.
“Kami ingin belajar dari Filipina yang sudah mengasuransikan gedung-gedung pemerintahan daerah, belajar dari Maroko yang sudah mengasuransikan UMKM dan rumah-rumah penduduk berpenghasilan rendah,” ungkap Sri Mulyani.
Untuk itu, pada tahun anggaran 2019 mendatang, menurut Sri Mulyani, semua gedung pemerintah akan diasuransikan, meski belum termasuk rumah-rumah penduduk menengah dan bawah karena mekanisme aruransi untuk itu belum tersedia.
Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengemukakan, pada 2004-2013, Indonesia mengalami kerugian sebesar Rp126,7 triliun akibat bencana.
Menurut Menkeu, selama 12 tahun terakhir, pemerintah rata-rata menyediakan dana cadangan untuk bencana sebesar Rp3,1 triliun. Sementara bencana alam besar seperti gempa dan tsunami di Aceh tahun 2014 mencapai Rp51,4 triliun.
“Jurang pembiayaan tersebut menjadi salah satu sebab Indonesia terpapar risiko fiskal akibat bencana alam,” jelas Sri Mulyani.
Karena itu, menurut Menkeu, pemerintah Indonesia sedang menyiapkan peta jalan (roadmap) mengenai pembiayaan dan asuransi risiko bencana, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang.
Selain ingin berbagi tentang pendanaan bencana seperti instrumen asuransi yang bisa dengan segera dicairkan, pada sisi lain Indonesia juga ingin melihat negara-negara lain dalam menangani pembiayaan bencana.
“Berdasarkan pengalaman selama ini, pembiayaan bencana hanya cenderung fokus pada tahap emergency, recoverydan rekonstruksi, sehingga relatif tidak menyentuh pembiayaan dalam aspek transfer risiko,” ungkap Menkeu.
Seminar yang merupakan usulan Indonesia ini juga dihadiri Presiden Bank Dunia, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, serta dua menteri dari Jepang dan Filipina.
Meski merupakan usulan Indonesia, negara-negara lain yang hadir pada Pertemuan Tahunan IMF-WB di Bali kali ini juga merasa perlu untuk ikut dan terlibat aktif dalam pembahasan karena semua negara berpotensi menghadapi bencana.(Setkab)