VOInews, Jakarta: Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan, sebagai Ketua ASEAN, Indonesia berupaya menjadi pendengar yang baik dalam menerima berbagai pandangan negara-negara selama pelaksanaan Pertemuan ASEAN Ministerial Meeting/Post Ministerial Conference ke-56 di Jakarta, sejak 11-14 Juli 2023.
"Sebagai Chair, Indonesia berusaha untuk menjadi “a good listener”, “a good bridge builder”, and provides comfortable space for all to talk," kata Retno dalam keterangan yang disampaikan kepada wartawan, di Jakarta, Jumat (14/7).
Rangkaian pertemuan AMM/PMC ke-56 telah selesai. Menurut Retno, seluruh rangkaian pertemuan berjalan dengan baik.
"Diskusi sangat terbuka dan sangat dinamis," katanya.
Retno menyampaikan, menurut catatan, di sela-sela AMM/PMC telah dilakukan 239 pertemuan bilateral, termasuk antara Amerika Serikat (AS) dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT), termasuk 6 pertemuan trilateral.
"Sekali lagi ini menunjukkan convening power yang dimiliki oleh ASEAN," kata Menlu Retno.
Sementara dari Indonesia, Retno menyampaikan, dirinya telah melakukan 13 pertemuan bilateral, yaitu dengan Selandia Baru, RRT, Rusia, Timor Leste, India, Jepang, Uni Eropa, Inggris, Amerika Serikat, Kanada, Bangladesh, Sri Lanka.
"Dan besok (Sabtu 15/7) saya masih akan melanjutkan pertemuan bilateral dengan Turki dan pertemuan trilateral dengan Sekretaris Jenderal ASEAN (ASEC) dan Turki," katanya.
Selain pertemuan bilateral, menurut Retno, Indonesia juga melakukan 4 pertemuan trilateral.
"Indonesia-India-Australia, Indonesia-Rusia-RRT, Chair Indonesia-ASEC-Norwegia, dan Chair-ASEC-Turki yang tadi saya sampaikan akan dilakukan esok hari," kata Menlu.
Rangkaian AMM/PMC menghasilkan setidaknya 14 deliverables, yaitu:
1. Statement on the Commemoration of 30th Years of ARF;
2. ASEAN-China Joint Statement on Commemorating and Reflecting on the 20th Anniversary of China's Accession to the Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia;
3. Guidelines for Accelerating the Early Conclusion of an Effective and Substantive CoC;
4. EAS Plan of Action (2024-2028);
5. Joint Statement of ASEAN and Russia Foreign Ministers on the Occasion of the 5th Anniversary of ASEAN-Russia Strategic Partnership;
6. ASEAN Maritime Outlook;
7. ASEAN - New Zealand Joint Statement on Cooperation on the ASEAN Outlook on the Indo-Pacific;
8. Annex to Plan of Action to Implement the ASEAN-India Partnership for Peace, Progress and Shared Prosperity (2021-2025);
9. Annex to the ASEAN-U.S. Plan of Action (2021-2025), ASEAN-U.S. Comprehensive Strategic Partnership;
10. Chairman’s Statement of ASEAN Post-Ministerial Conference (PMC) 10+1 Sessions with the Dialogue Partners and Trilateral Meetings;
11. Chairman's Statement of the 24th ASEAN Plus Three (APT) Foreign Ministers’ Meeting;
12. Chairman’s Statement of the 13th East Asia Summit (EAS) Foreign Ministers’ Meeting;
13. Chairman Statement of the ARF;
14. Joint Communique of the 56th ASEAN Foreign Ministers’ Meeting.
VOInews, Jakarta: Presiden Joko Widodo menyampaikan komitmen Indonesia sebagai Ketua ASEAN 2023 untuk terus memperkuat soliditas dalam menjaga stabilitas di kawasan.
“Kami di Asean berkomitmen untuk terus memperkuat persatuan dan soliditas serta memperkokoh sentralitas ASEAN dalam menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan,” kata Presiden saat melakukan Courtesy Call di Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN (AMM/PMC) ke-56, di Jakarta, Jumat (14/7).
Presiden menyebut, Indonesia dalam Presidensi G20 tahun 2022 dapat tetap bekerja dan bahkan menghasilkan hal-hal bermanfaat bagi dunia atas dukungan negara-negara sahabat, meskipun di tengah krisis dan rivalitas.
“Tahun ini Indonesia memegang keketuaan ASEAN. Ini akan kami manfaatkan untuk meningkatkan kontribusi ASEAN bagi kejayaan Indo-Pasifik dan dunia. Terima kasih atas dukungan yang diberikan kepada Indonesia,” katanya.
Presiden pun menyampaikan optimisme, pertemuan AMM/PMC ke-56 dilakukan untuk mencari solusi terhadap isu-isu regional dan global, bukan sebaliknya.
“ASEAN tidak boleh menjadi ajang persaingan tidak boleh menjadi proxy negara manapun dan hukum internasional harus dihormati secara konsisten. Untuk itu kerja sama dan dukungan nyata dari para mitra dan tamu ASEAN sangat kami harapkan,” katanya.
Lebih lanjut Presiden Joko Widodo mengatakan ASEAN memiliki potensi besar untuk menjadi epicentrum of growth, baik dari segi usia produktif maupun dari kekayaan alam yang berlimpah.
“Kami negara-negara ASEAN negara yang sedang berkembang butuh pengertian butuh kearifan dan juga butuh dukungan baik dari negara-negara maju dan negara-negara sahabat untuk meninggalkan pendekatan zero-sum dan mengambil pendekatan saling menguntungkan,” katanya.
Presiden Joko Widodo pun menutup sambutannya dengan mengutip pepatah Indonesia menang tanpo ngasorake yang artinya menjadi pemenang tanpa merendahkan. Dirinya pun mengajak negara-negara untuk menjadi pemenang dalam mengatasi krisis global tanpa mengalahkan yang lain.
“Untuk itu saya mengajak kita semuanya marilah kita menjadi pemenang yang terhormat menang tanpo ngasorake,” tutupnya.
VOInews, Jakarta: ASEAN Plus 3 (APT) telah menjadi jangkar selama 25 tahun dalam menghadapi tantangan di kawasan. Bahkan, menurut Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, APT selalu berdiri kokoh melawan segala kemungkinan ketidakstabilan, guncangan, dan krisis.
"Hari ini, kita harus memastikan bahwa jangkar kita ini dapat menjadi lebih kuat lagi mengatasi tantangan global yang penuh dengan ketidakpastian," katanya dalam pembukaan Pertemuan Tingkat Menteri APT, di Jakarta, Kamis (13/7).
Untuk itu dirinya mendorong agar APT terus memastikan stabilitas di kawasan. Menurutnya stabilitas harus terus diupayakan dengan saling berkontribusi sebagai kekuatan positif.
"Kita harus menjunjung tinggi paradigma kolaborasi, dan kita harus mempertahankan perdamaian dan keamanan dengan menghormati hukum internasional dan mengejar semangat multilateralisme," katanya.
Selain itu, dirinya pun mengajak APT untuk mendukung cara ASEAN membangun arsitektur regional yang inklusif dan mengimplementasikan ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP) melalui tindakan nyata.
Di sektor ketahanan, Menlu Rerno Marsudi mendorong pentingnya konsolidasi mekanisme penguatan ketahanan diantara negara-negara APT. Ia pun mendorong Inisiatif Chiang Mai (kesepakatan pertukaran mata uang multilateral) untuk bergerak cepat dan efektif dalam merespon krisis keuangan.
"Cadangan Beras Darurat APT harus ditingkatkan untuk mengatasi masa depan gangguan pasokan makanan," katanya.
Ia pun menekankan agar APT menjadi bagian tak terpisahkan untuk memastikan kawasan yang tangguh dalam menghadapi krisis yang mungkin datang dengan tiba-tiba.
Selain itu Retno Marsudi juga menggaris bawahi pentingnya aspek keberlanjutan. Menurutnya, APT harus menjadi jangkar yang kokoh untuk mendorong keberlanjutan bagi perkembangan kawasan.
"Itu sebabnya APT harus lebih inovatif dalam beradaptasi dengan perubahan iklim, mengurangi emisi, dan mempercepat transisi energi," katanya.
Terkait hal ini, dirinya pun mengusulkan agar APT dapat memulai kerja sama dalam mengembangkan eskosistem kendaraan listrik.
VOInews, Jakarta: ASEAN dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) menyepakati Panduan (Guidelines) untuk mempercepat perundingan Kode Etik (Code of Conduct) di Laut Tiongkok Selatan (LTS). Panduan tersebut diadopsi dalam pertemuan para Menlu ASEAN dengan Direktur Urusan Luar Negeri Komite Pusat Partai Komunis Tiongkok, Wang Yi, di Jakarta, Kamis (13/7).
Menlu RI Retno Marsudi dan Direktur Wang Yi bersama-sama memimpin jalannya pertemuan. Dalam sambutan pembukaan, Menlu Retno menyampaikan bahwa RRT adalah mitra penting ASEAN dalam menjaga perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan Indo-Pasifik selama lebih dari tiga dekade.
Secara ekonomi, RRT adalah mitra dagang terbesar ASEAN. Begitu juga sebaliknya, ASEAN adalah mitra dagang terbesar RRT. Perdagangan keduanya mencapai USD 975 miliar. RRT juga menjadi sumber investasi asing terbesar keempat bagi ASEAN dengan nilai USD 13,8 miliar di tahun 2021.
“Kemitraan kita semakin penting di tengah tantangan yang semakin meningkat,” kata Menlu Retno.
Tahun ini hubungan keduanya menorehkan sejarah penting, yaitu penyelesaian Panduan untuk mempercepat perundingan negosiasi COC yang efektif dan substantif, penyelesaian pembacaan kedua atas draf tunggal perundingan COC, serta peringatan 20 tahun aksesi RRT atas Traktat Persahabatan dan Kerja Sama (TAC).
“Capaian ini harus terus membangun momentum positif untuk mempererat kemitraan yang memajukan paradigma inklusivitas dan keterbukaan, menghormati hukum internasional termasuk UNCLOS 1982, dan mendorong kebiasaan dialog dan kolaborasi,” ujar Retno.
Kedua pihak harus bekerja keras untuk memperkokoh kemitraan tersebut. RRT harus menjadi mitra terpercaya ASEAN dalam merawat arsitektur kawasan yang terbuka dan inklusif.
“Hanya dengan begitu kita bisa mencapai kerja sama yang win-win demi terciptanya perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran bersama di Indo-Pasifik,” kata Menlu Retno.
Menlu Retno minta dukungan RRT terhadap implementasi konkret ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP), termasuk rencana penyelenggaraan ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF) bulan September mendatang.
Sebagai Ketua, Menlu RI juga membacakan pernyataan bersama ASEAN. Hal-hal yang diangkat dalam pernyataan bersama antara lain: pentingnya kepatuhan terhadap TAC, adopsi Panduan percepatan perundingan COC, dukungan terhadap implementasi AOIP, kerja sama ekonomi, penguatan resiliensi kesehatan, dan
people-to-people contact.
Sementara itu, RRT sampaikan dukungan terhadap TAC dan sentralitas ASEAN dalam pembangunan arsitektur kawasan inklusif. RRT juga mengangkat sejumlah area kerja sama prioritas, seperti pertanian, pengembangan kendaran listrik, ekonomi biru, dan people-to-people contacts.
Pertemuan mendorong peningkatan kerja sama ekonomi ASEAN-RRT, termasuk penyelesaian negosiasi Free Trade Areement (FTA) 3.0, untuk memperkuat hubungan dagang dan rantai pasok kawasan. Pertemuan juga menekankan pentingnya revitalisasi konektivitas paska-pandemi, termasuk realisasi komitmen RRT dalam pembangunan infrastruktur kawasan.
Selain itu, pertemuan mendorong kerja sama penanganan perubahan iklim, termasuk untuk memastikan ketahanan pangan kawasan, serta pengembangan energi baru dan terbarukan, dan menyambut baik kemajuan dalam proses negosiasi terkait Laut Tiongkok Selatan (LTS).
Pertemuan juga mengadopsi Guidelines for Accelerating the Early Conclusion of an Effective and Substantive COC.