Andy Romdoni

Andy Romdoni

27
July

 

 

 

 

VOInews, Jakarta: Presiden Joko Widodo bersama Ibu Negara Iriana Joko Widodo melakukan kunjungan kerja ke Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dalam rangka memenuhi undangan Presiden Xi Jinping. Kunjungan ini juga dilakukan bertepatan dengan 10 tahun Kemitraan Strategis Komprehensif RI-RRT.

Sesaat setelah mendarat di Bandara Internasional Tianfu, Kamis (27/7), Presiden Joko Widodo langsung bertemu dengan Presiden Xi Jinping di Hotel Jinniu, Chengdu, guna melakukan pertemuan bilateral.

“Pertemuan bilateral utamanya membahas penguatan kerja sama ekonomi yang saling menguntungkan, selalu mempertimbangkan tenaga lokal, dan friendly terhadap lingkungan,” kata Menlu Retno Marsudi dalam keterangan yang diterima di Jakarta.

Sementara itu dalam bidang perdagangan, menurut Retno, Presiden Joko Widodo meminta akses pasar RRT yang lebih luas bagi produk-produk Indonesia. Ia mengatakan, RRT adalah mitra dagang terbesar Indonesia dengan nilai perdagangan tahun lalu mencapai USD 133 miliar.

“Upaya meningkatkan akses ekspor Indonesia ke RRT terus dilakukan,” kata Menlu.

Selain itu, dalam kesempatan tersebut, Presiden Joko Widodo juga menyambut baik penandatanganan protokol impor tepung porang dan bubuk tabasheer serta mendorong pembaruan protokol dan peningkatan kuota impor sarang burung wallet.

“Serta penyelesaian protokol impor produk hasil laut Indonesia,” tambah Menlu Retno.

Di bidang kesehatan, menurut Menlu, kedua kepala negara telah menandatangani Plan of Action (PoA) untuk implementasi MoU Kerja Sama Kesehatan. Menlu Retno mengatakan, hal ini merupakan tindak lanjut MoU yang sudah ditandatangani pada tahun lalu.

“Bapak Presiden dengan Presiden Xi Jinping juga mendorong penguatan kerja sama vaksin, genomik, dan bioteknologi untuk menghadapi kemungkinan pandemi baru, termasuk melalui pembangunan National Gene Bank dan pusat bioteknologi di Indonesia,” katanya.

Dalam pertemuan itu, Presiden Joko Widodo juga mengundang investasi RRT dalam pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN). Menurut Retno Marsudi, RRT merupakan investor terbesar kedua di Indonesia dengan nilai USD 8,2 miliar pada 2022. Meski besar, namun Retno mengatakan, kerja sama investasi masih memiliki potensi besar untuk ditingkatkan lebih jauh lagi.

“Berbagai sektor investasi yang berpotensi diantaranya energi hijau, fiberglass, kesehatan, dan juga petrokimia,” katanya.

Lebih lanjut, kedua kepala negara juga membahas sejumlah isu regional dan global, diantaranya terkait dengan Indo-Pasifik dan ASEAN. Menlu Retno mengatakan Presiden Joko Widodo menyambut baik dimulainya kembali komunikasi antara RRT dan Amerika Serikat, dan menyampaikan bahwa rivalitas antara major powers harus dikelola agar tidak menimbulkan konflik yang merugikan kawasan.

“Bapak Presiden menegaskan semua negara termasuk RRT harus jaga perdamaian, stabilitas dan kemakmuran kawasan,” katanya.

Selain itu, menurut Retno, Presiden Joko Widodo juga meminta dukungan RRT untuk implementasi konkret ASEAN Outlook on the Indo-Pacific, kesuksesan pelaksanaan East Asia Summit, dan mengajak Tiongkok untuk bekerja sama memperjuangkan kepentingan negara berkembang di bidang sustainable tropical forestry and climate action.

Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Chengdu menghasilkan 8 kesepakatan, yaitu:

  1. Plan of Action dari MoU Kesehatan.
  2. Protokol pembukaan akses pasar untuk produk pertanian tepung porang.
  3. Protokol pembukaan akses pasar produk pertanian bubuk tabasheer.
  4. MoU riset dan pengembangan industri plant breeding dan budi daya laut.
  5. MoU kerja sama saling tukar pengetahuan dan pengalaman untuk pembangunan IKN.
  6. MoU kerja sama “Two Countries, Twin Parks.”
  7. MoU Kerja Sama Ekonomi dan Teknis, serta;
  8. MoU kerja sama Pendidikan Bahasa Mandarin.
27
July

 

VOInews, Jakarta: Seniman asal Papua dan Nusa Tenggara Timur (NTT) tampil dalam perhelatan the 7th Melanesian Arts and Culture Festival (MACFEST) 2023 yang digelar di Port Vila, Vanuatu, Rabu (26/7).

“Para seniman tanah air menampilkan penampilan yang menarik di festival budaya sub-kawasan Melanesia ini,” tulis Kementerian Luar Negeri RI dalam pernyataan resmi yang diterima di Jakarta, Kamis (27/7).

Para seniman yang tampil di acara tersebut adalah Michael Jakarimilena, Lala Suwages, Frans Sisir, dan Boii Soasoa. Mereka membawakan lagu-lagu bernuansa Melanesia yang dipadukan dengan ciri khas musik Indonesia.

“Beberapa lagu yang disajikan termasuk Kawarine, Wayawai Windawe, Diru Diru Nina O, serta beberapa lagu lain yang membuat penonton terkesan,” tulis Kemlu.

Kelompok penari asal Papua, Kasbi Dance, juga turut berkontribusi dalam memeriahkan penampilan para seniman. Selain itu, grup musik kampung Leisplang asal Maumere, NTT, juga menampilkan tarian Ikun B’eta yang disusul dengan lagu Sora (Song For Children) dan Gemu Fa Mi Re.

“Mereka menggunakan berbagai alat musik tradisional seperti Gong, Waning, Sa’ur, Jimbe dengan Terren Bass, Juk (Ukulele), Benyol (Benjo), dan biola untuk menciptakan harmoni yang khas dalam setiap lagu yang dibawakan,” kata Kemlu.

Kelompok Leisplang merasa bangga dapat tampil di luar negeri untuk pertama kalinya, dan ini menjadi pengalaman yang membanggakan bagi mereka. 

“Erik, salah satu anggota Leisplang, mengungkapkan kebanggaannya atas apresiasi yang diterima dari publik Vanuatu dan bersemangat untuk terus melestarikan musik tradisional mereka,” tulis Kemlu.

Putri Nere, salah satu wakil tim seniman asal Papua, menyatakan bahwa penampilan mereka di Vanuatu merupakan pengalaman yang istimewa. Bagi mereka, festival Melanesia ini menjadi kesempatan untuk menunjukkan bahwa budaya Melanesia adalah bagian hidup yang tak terpisahkan dari keragaman budaya Indonesia.

MACFEST merupakan ajang pertemuan para seniman dari negara-negara anggota Melanesian Spearhead Group (MSG) dengan Indonesia sebagai associate member bersama negara-negara lain seperti Fiji, Papua Nugini, Solomon Islands, Vanuatu, dan Front de Libération Nationale Kanak et Socialiste (FLNKS). Acara yang berlangsung mulai 19 hingga 31 Juli di Port Vila, Vanuatu, ini diadakan oleh mitra setempat organisasi MSG, Vanuatu Kaljoral Senta (Vanuatu Cultural Center).

25
July

 

 

VOInews, Jakarta: Wakil Menteri Luar Negeri RI, Pahala Nugraha, mendorong penguatan kerja sama Indonesia dan Australia di sektor hilirisasi dan rantai pasok industri, produksi bersama (joint production) baterai kendaraan listrik, perubahan iklim dan ketahanan pangan.

“Kedua negara memiliki potensi dalam kerja sama produksi baterai kendaraan listrik (EV) dengan memanfaatkan cadangan nikel Indonesia dan lithium yang dimiliki Australia,” kata Wamenlu Pahala saat bertemu Menteri Industri dan Sains Australia, Ed Husic, Selasa (25/7), di Jakarta, seperti dikutip dari keterangan resmi Kementerian Luar Negeri RI.

Wamenlu mendorong implementasi kerja sama antara Kamar Dagang dan Industri (Kadin) dengan Pemerintah Australia Barat yang ditandatangani saat Annual Leaders Meeting di Sydney pada 4 Juli 2023 lalu. Kesepakatan tersebut dimaksudkan untuk membangun industri mineral kritis dan baterei kendaraan listrik yang bernilai tambah tinggi.

Wamenlu juga menyampaikan bahwa kerja sama tersebut sejalan dengan prioritas hilirisasi industri untuk menjadikan Indonesia sebagai bagian penting dari rantai pasok global. Beberapa BUMN Indonesia juga telah melakukan investasi di Australia, termasuk kerja sama antara Mind ID dengan BCI Minerals yang ditandatangani juga saat Kunjungan Presiden Joko Widodo dalam rangka Annual Leaders’ Meeting awal Juli lalu.

“Saya berharap, Indonesia juga dapat menjadi hub yang menghubungkan Australia dengan negara lain, agar Indonesia dapat menjadi bagian dari supply chain industri masa depan," jelas Wamenlu.

Pertemuan ini juga membahas implementasi proyek kerja sama iklim dan ketahanan pangan antar kedua negara. Di bidang perubahan iklim, Wamenlu RI mendorong realisasi kerja sama carbon capture and storage di Arun, Aceh, sekaligus produksi dan distribusi blue hydrogen. 

Dirinya juga mendorong kerja sama di bidang ketahanan pangan, termasuk ternak dan gula. Salah satu kerja sama yang dapat dikembangkan adalah riset pengembangan bioethanol.

Sementara itu Menteri Industri dan Sains Australia, Ed Husic, menyampaikan bahwa Australia dan Indonesia memiliki ambisi yang sama, yaitu menurunkan emisi, meningkatkan lapangan kerja, dan menjadi powerhouse dalam manufaktur baterei. Menurutnya, Australia juga tengah menjajaki teknologi baterei lainnya yang lebih efisien, bukan hanya untuk kendaraan listrik namun juga untuk industri komersial jangka panjang.

Pertemuan dengan Menteri Industri dan Sains Australia Ed Husic, merupakan pertemuan pertama di tingkat Menteri yang dilakukan oleh Wamenlu RI sejak menjabat. Sejalan dengan fokus tugas yang diberikan kepada Wamenlu RI, pertemuan banyak membahas mengenai peningkatan kerja sama ekonomi strategis kedua negara. 

 
 
24
July

 

 

VOInews, Jakarta: Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Portugal Joao Gomes Cravinho, di Gedung Pancasila, Kementerian Luar Negeri RI, di Jakarta, Senin (24/7). Menurutnya, kunjungan ini merupakan kunjungan pertama Menlu Portugal dalam satu dekade terakhir.

“Kunjungan anda menciptakan momentum baru bagi kedua negara untuk semakin mempererat hubungan bilateral,” kata Retno dalam keterangan bersama yang disampaikan usai pertemuan.

Pertemuan kedua Menlu itu menyoroti sejumlah perkembangan dalam hubungan kemitraan Indonesia dan Portugal. Retno Marsudi menyoroti tingginya investasi Portugal di Indonesia yang terus meningkat hingga 2,000 persen sejak 2019-2022.

“Investasi pada energi terbarukan dan ekonomi biru dibahas sebagai sektor prioritas,” kata Retno.

Sementara di sektor kerja sama kelapa sawit, Menlu Retno menyampaikan apresiasi atas kepercayaan Portugal terhadap kelapa sawit asal Indonesia. Menurutnya, impor kelapa sawit dari Indonesia meningkat 77 persen sejak tahun 2019-2022.

“Kenaikan tersebut dipicu oleh insentif impor turunan minyak sawit sebagai bahan baku biodiesel,” katanya.

Hal yang sama juga terjadi pada kerja sama energi. Menurut Retno, dirinya mengapresiasi komitmen dan tujuan bersama kedua negara dalam hal energi baru dan terbarukan.

Selain itu kedua Menlu juga membahas kerja sama sektor maritim. Retno mengatakan, ada 300 orang awak kapal penangkap ikan asal Indonesia yang telah berkontribusi pada perekonomian Portugal.

“Kami membahas langkah-langkah untuk menjaga kepentingan mereka termasuk melalui sertifikasi dan peningkatan kapasitas. Kami juga menjajaki kolaborasi dalam ekonomi biru, perikanan, dan memerangi IUU Fishing,” katanya.

Pertemuan Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dengan Menteri Luar Negeri Portugal Joao Gomes Cravinho juga dimanfaatkan untuk membahas sejumlah isu regional dan global. Menurut Retno, pertemuan itu telah menghasilkan sejumlah catatan positif dalam kerja sama kedua negara.