Andy Romdoni

Andy Romdoni

13
July

 

 

 

VOINEWS, Jakarta: Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mendorong ASEAN dan Selandia Baru memperkuat kerja sama dalam mempertahankan stabilitas Indo-Pasifik, termasuk di dalamnya kawasan Pasifik. Menlu Retno menyampaikan bahwa Selandia Baru merupakan mitra penting ASEAN di kawasan Pasifik.

“Mengetahui negara-negara Pasifik menghadapi banyak tantangan pembangunan termasuk perubahan iklim dan masalah terkait lautan. Sebagai tetangga terdekat mereka, kita harus turun tangan dan memberikan dukungan. Kemitraan kita harus menghasilkan kerja sama yang konkrit sejalan dengan AOIP,” kata Menlu Retno dalam pertemuan ASEAN-New Zealand Post Ministerial Meeting, di sela Pertemuan Tingkat Menteri Luar Negeri ASEAN ke-56, di Jakarta, Kamis (13/7).

Dalam pertemuan itu, Menlu Retno menyampaikan apresiasi dan menyambut baik  penandatanganan amandemen ASEAN-Australia-New Zealand Free Trade Agreement (AANZFTA). Selain itu dirinya juga mengakui peran penting Selandia Baru sebagai penghubung ASEAN di kawasan Pasifik.

Terkait stabilitas di Pasifik, Menlu Retno menyampaikan bahwa stabilitas kawasan Pasifik merupakan bagian integral dengan stabilitas di Indo-Pasifik. Untuk itu, ASEAN dan Selandia Baru harus memperkuat kerja sama untuk merawat strategic trust di kawasan dan menjunjung hukum internasional, termasuk prinsip kedaulatan dan integritas teritorial.

“Kami berharap Selandia Baru terus mendukung sentralitas ASEAN dalam membentuk tatanan kawasan dan mempromosikan kolaborasi di Pasifik,” ujar Menlu Retno.

Menlu Retno juga mengharapkan peran Selandia Baru dalam menjembatani kerja sama ASEAN di Pasifik, termasuk mengenai rencana kerja sama antar sekretariat antara ASEAN dan Pacific Island Forum (PIF).

Dalam pertemuan ini, negara-negara ASEAN mendorong penguatan kerja sama di bidang ekonomi, maritim dan kelautan, pemenuhan komitmen terhadap Paris Agreement, kerja sama kontra terorisme, dan penanggulangan perdagangan manusia. Negara-negara ASEAN juga harapkan Selandia Baru mendukung posisi bersama ASEAN terkait Laut Tiongkok Selatan.

13
July

 

 

 

 

VOInews, Jakarta: Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menekankan pentingnya memperkuat kerja sama ketahanan pangan antara negara-negara ASEAN dengan India. Menurutnya pertumbuhan populasi ASEAN dan India sangat bergantung pada ketahanan pangan. 

“Oleh karena itu kita harus mendorong investasi untuk memastikan ketersediaan, akses dan keterjangkauan pangan pada saat krisis,” katanya dalam pembukaan Post Ministerial Meeting (PMC) ASEAN dengan India, di Jakarta, Kamis (13/7).

Menurut Retno, mengatakan kerja sama ASEAN-India harus berfokus pada pembentukan rantai pasok pangan yang berkelanjutan melalui perdagangan tanpa hambatan, dialog, dan kebijakan pemerintah yang transparan.

“Kami juga mendorong kolaborasi jangka panjang dalam teknologi pertanian dan sistem penelitian untuk meningkatkan produksi pangan local sekaligus menguntungkan petani skala kecil,” kata Retno.

Hal lain yang juga ditekankan oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi adalah menciptakan perdamaian dan kemakmuran di kawasan Indo-Pasifik.

“Kami menghargai dukungan berkelanjutan India terhadap ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP) dan saya mengundang India untuk ambil bagian dalam Forum Indo-Pasifik ASEAN, sebuah jalan bagi dialog publik-swasta untuk menghasilkan kerja sama yang nyata,” katanya.

Menlu Retno mengatakan seluruh pihak memiliki tanggung jawab untuk memelihara perdamaian dan keamanan di Indo-Pasifik. Menurutnya, India dan ASEAN dapat menjadi bagian dari upaya ini termasuk dari kelompok kerja sama mini-lateral.

“Dengan latar belakang ini, ASEAN akan melibatkan Asosiasi Lingkar Samudera Hindia (IORA) dan Forum Kepulauan Pasifik (PIF) dalam East Asia Summit (EAS) untuk membangun arsitektur regional yang lebih inklusif,” katanya. 

13
July

 

 

VOInews, Jakarta: Indonesia mengutuk keras aksi pembakaran al-Qur’an yang terjadi di beberapa negara termasuk di Swedia. Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan aksi itu merupakan tindakan provokatif yang sangat menghina umat Islam di seluruh dunia.

“Bapak Presiden, Indonesia mengecam keras pembakaran al-Qur’an di beberapa negara, termasuk di Swedia. Provokasi ini sangat menghina umat Islam di seluruh dunia,” kata Menlu Retno dalam video yang disampaikan kepada Sidang Dewan HAM PBB, Rabu (12/7). 

Retno mengatakan bahwa aksi ini bukan merupakan wujud dari kebebasan berekspresi. Menurutnya, pembakaran al-Quran merupakan tindakan Islamofobia dan kebencian terhadap Islam sebagai agama yang damai.

“Jadi berhentilah menyalahgunakan kebebasan berekspresi,” katanya.

Pasal 20 Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (ICCPR) menyebutkan negara-negara diwajibkan untuk melarang advokasi kebencian agama melalui hukum. Oleh karena itu, menurut Retno, Indonesia mendesak Dewan HAM PBB dan pemegang mandat lainnya untuk memberikan respon keras terhadap aksi pembakaran al-Qur’an ini. 

“Kebebasan berekspresi bukan berarti mendiskriminasi dan menyakiti orang lain,” kata Retno.

Dewan HAM PBB menggelar sidang darurat pada Selasa (11/7), terkait aksi pembakaran al-Qur’an di Swedia. Sidang ini digelar atas usulan Pakistan yang mewakili Organisasi Kerja Sama Islam (OIC) yang meminta negara-negara agar mengutuk serangan yang menargetkan al-Qur’an.

Setelah perwakilan sejumlah negara menyampaikan pidato, sidang Dewan HAM PBB kembali dilanjutkan pada Rabu (12/7) untuk pengambilan suara terkait resolusi yang mengecam pembakaran al-Qur’an. Dari 47 suara yang masuk, 28 negara menyatakan mendukung resolusi, 7 abstain dan 12 negara menolak. 

Bulan lalu, seorang pria bernama Salwan Momika, membakar salinan al-Qur’an di depan sebuah masjid di Stockholm, Swedia. Aksi provokatif ini dilakukan bertepatan dengan Idul Adha dan di bawah perlindungan polisi.

Tindakan itu memicu kecaman luas dari dunia Islam, termasuk Turki, Yordania, Palestina, Arab Saudi, Maroko, Iran, Irak, Pakistan, Senegal, dan Mauritania.

12
July

 

 

 

VOInews, Jakarta: Menteri Luar Negeri Retno Marsudi bertemu Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong dan Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar dalam pertemuan Trilateral Indonesia-Australia-India, di Jakarta, Rabu (12/7).

“Senang bertemu lagi dengan anda sejak pertemuan Trilateral pertama kita di New York, September tahun lalu,” kata Menlu Retno.

Retno Marsudi mengatakan India, Australia dan Indonesia memiliki banyak kesamaan. Menurutnya, ketiga negara merupakan negara demokratis dan menjadi kekuatan positif dalam menghormati hukum internasional dan menjaga stabilitas.

“Saya sangat menghargai dukungan anda terhadap sentralitas ASEAN dan implementasi AOIP,” katanya.

Menlu Retno juga menyatakan dirinya menantikan partisipasi aktif Australia dan India didalam Forum Infrastruktur Indo-Pasifik ASEAN yang akan diadakan di sela KT ASEAN ke-43 pada bulan September.

“Australia adalah anggota Forum Kepulauan Pasifik (PIF) dan kita bertiga adalah anggota Asosiasi Lingkar Samudera Hindia (IORA),” katanya.

Retno mengatakan Indonesia sebagai Ketua ASEAN telah mendapat dukungan dari seluruh negara anggota untuk membentuk kerja sama antara kawasan. Dalam hal ini menurutnya, ASEAN akan menjalin kerja sama antar sekretariat, yaitu Sekretariat ASEAN dengan Sekretariat PIF dan Sekretariat ASEAN dengan Sekretariat IORA.

“Ini adalah kontribusi Indonesia untuk menjadikan Indo-Pasifik sebagai kawasan yang damai dan sejahtera, serta melibatkan negara mitra secara inklusif.

Retno pun menyampaikan harapan agar pertemuan Trilateral Indonesia-Australia dan India dapat mengindentifikasi ide-ide konkret untuk meningkatkan kerja sama praktis di sejumlah bidang, termasuk di bidang ekonomi, maritim, dan ketahanan pangan.