Jakarta (voinews.id) : Indonesia menjadi tuan rumah pertemuan Forum Kerja Sama Pembangunan Indonesia-Pasifik (IPFD). Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyebut sebagai sesama negara Pasifik, Indonesia berbagi tantangan yang sama dengan negara-negara lain di Pasifik. Oleh karena itu, menurutnya, Indonesia dan negara-negara Pasifik harus mengatasi tantangan-tantangan tersebut secara bersama sebagai satu keluarga besar Pasifik.
“IPFD merupakan manifestasi visi Pacific Elevation Indonesia dan digunakan sebagai platform untuk engagement yang lebih luas antara Indonesia dan Pasifik,” katanya dalam keterangan yang disampaikan secara virtual, Rabu (7/12) yang diikuti dari Jakarta.
Dalam pidato pembukaan forum, Retno Marsudi mendorong negara-negara IPFD untuk berfokus pada pembahasan 3 isu utama.
“Pertama, memastikan Pasifik sebagai kawasan yang damai, stabil, dan sejahtera,” katanya.
Untuk mencapai tujuan itu, menurut Retno, Indonesia bersama dengan negara-negara Pasifik harus memajukan kepercayaan strategis dan semangat kolaborasi. Menurutnya prinsip-prinsip hukum internasional termasuk penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas wilayah harus ditegakkan.
Selain itu, ia menegaskan, Pasifik harus menjadi bagian integral dari kawasan Indo-Pasifik yang damai, stabil, dan sejahtera.
“Hal kedua yang saya sarankan adalah pentingnya membangun kerja sama konkret,” katanya.
Retno mendorong negara-negara IPFD untuk mewujudkan kerja sama yang menguntungkan rakyat semua negara di Pasifik. Beberapa hal yang dapat dibahas antara lain ketahanan pangan, perubahan iklim, dan pengurangan resiko bencana.
Ia pun mendorong pemajuan kerja sama ekonomi kelautan berkelanjutan, sekaligus peningkatan people-to-people contact untuk mendorong konektivitas dan ikatan kekeluargaan lebih dalam antara negara Pasifik.
“Hal ketiga yang perlu menjadi fokus adalah membuat platform pembangunan yang komprehensif dan inklusif,” katanya.
Pertemuan IPFD dilaksanakan di Bali sejak tanggal 7-8 Desember 2022 dan diikuti oleh 17 negara dan teritori dari Pasifik, 4 organisasi sub-regional, regional dan multilateral, serta 5 negara undangan. Termasuk diantara yang hadir adalah Perdana Menteri Nieu dan 6 menteri dari Australia, Cook Islands, Micronesia, Selandia Baru, Papua New Guinea, dan Timor Leste serta 1 Wakil Menteri dari Tonga.
Pertemuan IPFD mengangkat tema “Grow and Prosper Together," dengan 2 isu utama yang dibahas yaitu pembangunan ekonomi dan pengembangan sumber daya manusia.
Jakarta (voinews.id) : Wakil Menteri Luar Negeri Azerbaijan Elnur Mammadov mengatakan dalam 30 tahun hubungan diplomatik Republik Azerbaijan dan Republik Indonesia kedua negara telah meningkatkan sikap saling percaya yang patut dirayakan.
“Saya ingat satu hal penting. Kita telah mengembangkan sikap saling percaya dalam 30 tahun terakhir. Ini adalah sesuatu yang patut dirayakan,” katanya dalam acara Peringatan 30 Tahun Hubungan Diplomatik antara Indonesia dan Azerbaijan, Selasa (6/12) di Jakarta.
Disela kunjungannya ke Indonesia dalam rangka menghadiri Forum Demokrasi Bali (BDF) 2022, Elnur Mammadov mengatakan Indonesia dan Azerbaijan memiliki tantangan jarak geografis yang cukup jauh.
“Kita tahu ada jarak geografis diantara kedua negara sehingga tak mungkin hubungan ini akan berkembang dengan sendirinya. Kita harus melakukan upaya agar hubungan ini meningkat. Inilah yang kami lakukan dengan melakukan kunjungan ini,” kata Elnur Mammadov.
Wakil Menteri Luar Negeri Azerbaijan Elnur Mammadov menambahkan dalam kurun 30 tahun terakhir, Indonesia dan Azerbaijan telah mengembangkan kerjasama dan dialog bukan hanya di tingkat bilateral namun juga multilateral.
“Ini juga berlangsung di sela-sela banyak acara internasional seperti Sidang Umum PBB, pertemuan Gerakan Non-Blok, dan Organisasi Kerjasama Islam dimana kami berbagi nilai dan solidaritas Islam,” katanya.
Elnur mengatakan, ada pula saling kunjung oleh masing-masing pejabat negara hingga anggota parlemen kedua negara.
“Jadi pertemuan dan kunjungan telah dilaksanakan meskipun bukan pertemuan bilateral (kedua kepala negara) secara fisik,” katanya.
Elnur Mammadov berharap pemimpin pemerintahan Indonesia dan Azerbaijan dapat segera bertemu dalam sebuah pertemuan bilateral agar kerja sama keduanya dapat terus ditingkatkan.
Jakarta (voinews.id) : Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mendorong Forum Negara Pulau dan Kepulauan (Archipelagic and Island State Forum-AIS Forum) untuk membawa semangat kolaborasi dalam menghadapi tantangan global.
Hal itu disampaikannya dalam pembukaan Pertemuan Tingkat Menteri ke-4 Negara-negara Kepulauan dan Pulau Kecil (Archipelagic and Island States Forum/AIS Forum), Selasa (6/12), di Bali.
Menurutnya sejumlah tantangan global yang dihadapi dunia saat ini hanya mampu diselesaikan jika masyarakat dunia memajukan langkah pembagian beban dibandingkan pengalihan beban.
"Kita harus membawa semangat yang sama, semangat kolaborasi," kata Menlu Retno.
Selain itu Menteri Retno juga menggaris bawahi pentingnya persatuan untuk mencapai tujuan bersama.
“Ekonomi kelautan berkelanjutan adalah tujuan bersama yang menyatukan kita. Kita semua bergantung pada laut sebagai sumber makanan dan kehidupan, namun di saat yang sama laut juga menghadirkan tantangan besar," ujar Menlu.
Di antara tantangan tersebut adalah naiknya permukaan air laut, sampah laut, dan eksploitasi sumber daya laut berlebihan.
“Jika tidak ditangani, negara-negara kepulauan akan merasakan dampak yang paling besar," kata Menlu.
Dalam sambutannya, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan ditengah tantangan yang kompleks saat ini, masyarakat global sepatutnya tidak kehilangan harapan dan optimisme.
Ia mengatakan KTT G20 di Bali bulan lalu telah menunjukkan para pemimpin dunia yanh bersedia mengesampingkan perbedaan dan menjaga semangat kolaborasi.
Menurutnya KTT G20 memberikan pelajaran penting yaitu bahwa semua negara memiliki posisi yang setara dalam membentuk agenda global.
Selain itu KTT G20 juga mendorong agar seluruh pihak fokus mencapai hasil nyata yang berdampak bagi masyarakat dan dunia. (Ndy)
Jakarta (voinews.id) : Indonesia dan negara Persatuan Ekonomi Eurasia (EAEU) sepakat meluncurkan perundingan Indonesia-Eurasian Economic Union Free Trade Agreement (I-EAEU FTA).
Perundingan ini resmi diluncurkan oleh Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dan Anggota Dewan Kementerian Perdagangan EAEU Andrey Slepnev pada Senin (5/12) secara daring.
Perundingan ini merupakan salah satu upaya Indonesia dalam memperluas pasar nontradisional, khususnya ke negara-negara di kawasan Eurasia seperti Rusia, Armenia, Belarusia, Kazakhstan, dan Kyrgyzstan.
Peluncuran perundingan ditandai dengan penandatanganan ‘Joint Ministerial Statement on the Launching of Negotiation for IEAEU Free Trade Agreement’.
Mendag Zulkifli Hasan mengungkapkan, peluncuran ini menjadi momentum bersejarah untuk meningkatkan hubungan bilateral Indonesia dan EAEU ke tingkat yang lebih tinggi. Selain itu, upaya ini dilakukan sebagai salah satu strategi perluasan pasar yang lebih proaktif melalui pemanfaatan peluang di negara-negara mitra dagang nontradisional.
“EAEU adalah Kawasan dengan perekonomian yang kuat dan potensi pasar yang besar di wilayah Eurasia utara, dan Indonesia memandang EAEU sebagai mitra dagang yang penting,” kata Mendag Zulkifli Hasan.
Mendag Zulkifli Hasan melanjutkan, inisiatif perjanjian dagang ini mencakup perdagangan barang, aturan untuk memfasilitasi perdagangan, serta kerja sama ekonomi.
“Perjanjian yang disepakati harus berperan sebagai mesin pertumbuhan, produktivitas, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan kesejahteraan,” ungkapnya.
Dari analisis kelayakan yang telah dilakukan kedua pihak pada 2021, perdagangan Indonesia dan EAEU menunjukkan sifat komplementer. Persetujuan ini diproyeksikan untuk meningkatkan kesejahteraan, pertumbuhan ekonomi, dan peningkatan ekspor Indonesia ke EAEU.
“Dengan pertimbangan tersebut, merupakan kebahagiaan bagi saya untuk meluncurkan perundingan perjanjian Perdagangan Indonesia dan EAEU bersama dengan Menteri Andrey Slepnev. Saya mengajak Menteri EAEU untuk memberikan dukungan terbaik kepada tim perunding agar dapat menyelesaikan perjanjian perdagangan ini dalam waktu dua tahun sejak dimulainya negosiasi,” tutup Mendag.
Sementara itu, Menteri Andrey Slepnev menyampaikan, Indonesia merupakan mitra strategis bagi EAEU di Kawasan Indo-Pasifik.
“Banyaknya perubahan yang dihadapi negara di dunia dengan adanya transformasi teknologi, penting untuk membangun suatu kerangka kerja sama yang kuat dalam membantu pelaku usaha demi kesejahteraan masyarakat di EAEU, maupun Indonesia,” imbuhnya.
EAEU memiliki populasi sekitar 183 juta jiwa dan produk domestik bruto (GDP) per kapita USD 11,249. Pada 2021, total perdagangan Indonesia-EAEU tercatat sebesar USD 3,3 miliar. Pada periode tersebut, ekspor Indonesia ke EAEU tercatat sebesar USD 1,5 miliar sedangkan impor Indonesia dari EAEU sebesar USD 1,8 miliar.
Komoditas ekspor andalan Indonesia ke EAEU pada 2021 adalah minyak kelapa sawit dan fraksinya; minyak kelapa (kopra), kernel kelapa sawit atau babassu dan fraksinya; karet alam, balata, getah perca; alas kaki dengan sol luar dari karet, plastik, kulit samak atau kulit komposisi dan bagian atas sepatu dari kulit samak; serta margarin.
Sementara impor utama Indonesia dari EAEU pada 2021 adalah pupuk mineral atau kimia, mengandung kalium; produk setengah jadi dari besi atau baja bukan paduan; paduan fero; batu bara, briket, ovoid dan bahan bakar padat semacam itu dibuat dari batu bara; dan pupuk mineral atau kimia mengandung dua atau tiga unsur penyubur nitrogen, fosfor dan kalium. (Ndy)