Daniel

Daniel

10
April

 

Pandemik Covid 19, memberikan tantangan kepada para seniman yang harus menunda aktivitas dan pertunjukan kesenian sehingga berdampak buruk kepada pendapatan mereka. Dalam upaya membantu ekonomi para seniman yang terdampak Covid 19 dan juga memberikan hiburan seni yang bermutu kepada masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan-Kemdikbud telah menggelar berbagai pertunjukan secara daring dan akan menayangkan pertunjukan seni di TVRI mulai 13 April 2019. Pertunjukan seni melalui daring dapat ditonton melalui laman YouTube dan media social "budayasaya".

Pementasan bersama TVRI yang memiliki tujuan utama untuk pembelajaran di rumah dan mulai tayang pada 13 April 2020 mendatang. Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, dalam taklimat media secara daring menjelaskan,

Ada riau rhytm dari Riau dan ada sejumlah pertunjukan lain yang sudah berjalan dan akan berjalan. Dan Kemdikbud sendiri sedang menyiapkan satu program yang sedang disiapkan, melalui TVRI yang intinya itu mendidik dan juga sekaligus menghibur. Kita bekerjasama dengan teman-teman, dan juga Kemdikbud memberi akses untuk memastikan teman-teman pekerja kreatif untuk jangan kehilangan pekerjaan atau kehilangan tempat untuk berekspresi ya. Berbagai macam inisatif itu selalu ada tujuannya.

Tak hanya itu, pihaknya juga bakal memberi tempat untuk pameran visual. Koleksi visual seperti yang biasa dinikmati di museum dan cagar budaya diupayakan akan terus dapat diakses.

Ahmad Mahendra, Direktur Direktorat Film, Musik, dan Media Baru Ditjen Kebudayaan mengatakan akan ada slot untuk penayangan di TVRI di jam tertentu, seperti jam 8-9 pagi, 10-11 pagi, 14-15 siang, dan dua jam di malam hari. Untuk segmentasinya sendiri akan ada acara untuk umur PAUD, kelas 1 dan kelas 3 SD, acara keluarga, entertaimen, dan pemutaran film anak.

08
April

 

Berita hoaks banyak muncul di tengah pandemic korona. Hal itu membuat mahasiswa Universitas Indonesia-UI menciptakan aplikasi untuk memuat informasi terkait virus korona di Indonesia. Sebagai upaya untuk mendeteksi risiko secara mandiri serta mencegah berkembangnya berita hoaks terkait Covid-19, sejumlah mahasiswa Fakultas Kedokteran UI (FKUI) dan Fakultas Ilmu Komputer UI (Fasilkom UI) berkolaborasi menciptakan sebuah Platform Penyedia Asesmen Risiko terkena Covid-19 bernama EndCorona. EndCorona telah dapat diakses di endcorona.fk.ui.ac.id dan atau endcorona.id melalui komputer ataupun ponsel.

EndCorona dilengkapi dengan berbagai fitur yang membantu masyarakat dalam menghadapi wabah Covid-19 di Indonesia. Salah satunya, fitur asesmen untuk mengetahui kondisi diri sendiri mengenai risiko mengalami Covid-19. Asesmen ini dapat digunakan untuk mengelompokkan pengguna sesuai kerentanannya mengidap Covid-19 dengan kategori risiko rendah, hati-hati, rentan, sangat rentan.Pengkajian tersebut didasarkan oleh pengkajian mendalam tim pembimbing FKUI-RSCM dari jurnal ilmiah terpercaya serta rekomendasi nasional dan internasional berbasis bukti.

EndCorona juga hadir sebagai kanal informasi dan edukasi untuk membantu masyarakat menemukan pengetahuan yang benar berdasarkan Ilmu Kedokteran, memberikan informasi, situasi terkini, dan mencegah berkembangnya berita hoaks mengenai Covid-19. Inisiator EndCorona Arya Lukmana menuturkan, Fitur yang ada di dalam EndCorona terdiri atas : Asesmen kerentanan Covid-19 ; Hotline Lengkap rumah sakit di Indonesia dan Dinkes daerah se-Indonesia ; Helpline FKUI ; Konten edukasi dan berita terpercaya ; Statistik harian ; dan data tracking untuk penelitian. Melalui aplikasi ini, masyarakat dapat menyadari risiko mereka terkena Covid-19 dan bertindak sesuai dengan kerentanan masing-masing.

07
April

 

Di tengah pandemi kCovid 19, akademisi di Indonesia berlomba-lomba menciptakan inovasi untuk penanganan dan pencegahan penyakit itu. Dua universitas di Bandung, Jawa Barat, Institut Teknologi Bandung ( ITB) berkolaborasi dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran mengembangkan ventilator atau alat bantu pernapasan. Alat ini dapat digunakan dengan mudah oleh tenaga medis untuk menangan pasien virus Corona. Melonjaknya jumlah pasien yang terinfeksi Covid-19 menyebabkan rumah sakit di Indonesia kekurangan alat serta petugas medis khusus untuk menangani pandemi virus ini. Pada situasi ini, hal yang menjadi perhatian utama adalah ketersediaan alat bantu medis, salah satunya ventilator. Alat ini dapat membantu pasien kesulitan bernapas mendapatkan asupan oksigen cukup. Namun di saat ini, tidak semua rumah sakit memiliki ventilator cukup, antara lain disebabkan harga ventilator yang sangat mahal.

Melihat kondisi tersebut, Tim yang diketuai Syarif Hidayat, Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika mengembangkan purwarupa produk ventilator darurat yang diberi nama Vent-I (Ventilator Indonesia). “Vent-I adalah alat bantu pernapasan bagi pasien yang masih dapat bernapas sendiri yaitu pasien Covid-19 yang berada pada gejala klinis tahap 2.  Namun,  alat ini bukan diperuntukkan bagi pasien ICU.

 

Prototype Vent-I telah dipresentasikan di depan dokter senior Fakultas Kedokteran Unpad. Tim dokter sangat mendukung pengembangan vent-I dan menyarankan terlebih dahulu untuk mengembangkan fungsi CPAP atau Continuous Positive Airway Pressure yang saat ini dibutuhkan oleh pasien COVID 19. CPAP adalah alat mesin yang memberikan tekanan udara melalui masker yang ditempatkan di atas hidung dan/atau mulut saat tidur. Fungsi CPAP pada ventilator tersebut dapat digunakan oleh pasien yang mengalami sesak namun masih dapat bernapas sendiri agar tidak sampai harus dirawat di ICU.Tindak lanjut setelah pertemuan tersebut adalah kementerian kesehatan menugaskan BPFK (Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan ) untuk melakukan serangkaian pengujian Vent-I. Target awal dari Tim adalah membuat 100 buah Vent-I untuk disumbangkan ke Rumah Sakit yang membutuhkan

ITB dan Unpad Kembangkan Alat Bantu Pernapasan Pasien Covid-19

Di tengah pandemi kCovid 19, akademisi di Indonesia berlomba-lomba menciptakan inovasi untuk penanganan dan pencegahan penyakit itu. Dua universitas di Bandung, Jawa Barat, Institut Teknologi Bandung ( ITB) berkolaborasi dengan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran mengembangkan ventilator atau alat bantu pernapasan. Alat ini dapat digunakan dengan mudah oleh tenaga medis untuk menangan pasien virus Corona. Melonjaknya jumlah pasien yang terinfeksi Covid-19 menyebabkan rumah sakit di Indonesia kekurangan alat serta petugas medis khusus untuk menangani pandemi virus ini. Pada situasi ini, hal yang menjadi perhatian utama adalah ketersediaan alat bantu medis, salah satunya ventilator. Alat ini dapat membantu pasien kesulitan bernapas mendapatkan asupan oksigen cukup. Namun di saat ini, tidak semua rumah sakit memiliki ventilator cukup, antara lain disebabkan harga ventilator yang sangat mahal.

 

Melihat kondisi tersebut, Tim yang diketuai Syarif Hidayat, Dosen Sekolah Teknik Elektro dan Informatika mengembangkan purwarupa produk ventilator darurat yang diberi nama Vent-I (Ventilator Indonesia). “Vent-I adalah alat bantu pernapasan bagi pasien yang masih dapat bernapas sendiri yaitu pasien Covid-19 yang berada pada gejala klinis tahap 2.  Namun,  alat ini bukan diperuntukkan bagi pasien ICU.

Prototype Vent-I telah dipresentasikan di depan dokter senior Fakultas Kedokteran Unpad. Tim dokter sangat mendukung pengembangan vent-I dan menyarankan terlebih dahulu untuk mengembangkan fungsi CPAP atau Continuous Positive Airway Pressure yang saat ini dibutuhkan oleh pasien COVID 19. CPAP adalah alat mesin yang memberikan tekanan udara melalui masker yang ditempatkan di atas hidung dan/atau mulut saat tidur. Fungsi CPAP pada ventilator tersebut dapat digunakan oleh pasien yang mengalami sesak namun masih dapat bernapas sendiri agar tidak sampai harus dirawat di ICU.Tindak lanjut setelah pertemuan tersebut adalah kementerian kesehatan menugaskan BPFK (Balai Pengujian Fasilitas Kesehatan ) untuk melakukan serangkaian pengujian Vent-I. Target awal dari Tim adalah membuat 100 buah Vent-I untuk disumbangkan ke Rumah Sakit yang membutuhkan.

 

 

06
April

Selama pandemic virus korona, pemerintah meminta masayrakat melakukan pembatasan fisik. Meskipun begitu, kebutuhan sehari-hari terutama untuk makan tetap harus terpenuhi. Merespons kondisi tersebut, dalam rangka meningkatkan akses masyarakat terhadap sayuran segar berkualitas serta meningkatkan akses pemasaran sayur produk petani, Direktorat Kemahasiswaan dan Pengembangan Karir (Ditmawa PK) Institut Pertanian Bogor melalui Program One Village One CEO (OVOC) menggelar program Ayo Belanja Sayur dari Rumah. Selain Sehingga pembatasan aktivitas sosial yang sedang diberlakukan saat ini tidak terlalu berpengaruh terhadap akses memperoleh sayuran dan di sisi lain, hasil pertanian petani dapat terdistribusi, sehingga perekonomian petani tetap berjalan

Program ini melibatkan para petani sayur yang berasal dari 53 desa di Kabupaten Bogor, Sukabumi, Bandung dan Garut. Bekerja sama dengan Tokopedia melalui toko yang dinamakan Rumah Sayur Bogor ini mampu melayani permintaan konsumen di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek). Di samping itu, program ini juga tengah dalam proses bekerja sama dengan market place. Ada sekitar 76 jenis sayuran segar yang ditawarkan. Sayuran sudah mengalami proses sortir, grading dan packaging dari petani, sehingga konsumen memperoleh sayuran dalam bentuk yang bersih dan siap dimasak atau diolah lebih lanjut. Proses penanganan pascapanen mulai dari kebun dilakukan oleh petani. Proses packing hingga pengiriman mengikuti prosedur yang mengedepankan sanitasi dan higienitas.

Selain bekerja sama dengan marketplace atau platform e-commerce, kegiatan Ayo Belanja Sayur dari Rumah bekerja sama dengan komunitas ibu-ibu rumah tangga berbasis komplek perumahan, di mana mitra kegiatan mengoordinir belanja sayur melalui media sosial. Mekanisme lain yang digunakan adalah dengan menjalin kerja sama dengan reseller. Kerja sama yang telah berjalan adalah dengan salah satu koperasi di daerah Cilandak dan Koperasi Dinatera milik Medco Foundation.Sejauh ini respons masyarakat terhadap kegiatan ini cukup baik, di mana pada hari pertama permintaan mencapai total 2.000 paket. Berdasarkan testimoni konsumen, terutama ibu-ibu, mereka merasa sangat terbantu dalam mendapatkan sayuran segar bermutu tinggi. Bahkan konsumen berharap selain sayuran, disediakan juga buah-buahan, ikan dan daging, karena akses akan produk-produk tersebut juga terbatas saat ini. Untuk memesan, pembeli hanya tinggal memilih jenis sayur dan jumlah yang diinginkan kemudian membayar barang yang dibeli melalui transfer. Produk akan dikirimkan sehari setelah pemesanan dilakukan.