Sumarno

Sumarno

30
August

 

Direktur Afrika Kementerian Luar Negeri RI, Daniel Tumpal Simanjuntak, mengatakan, Menteri Perencanaan Pembangunan Senegal Syeikh Kante melakukan kunjungan kenegaraan ke Indonesia. Daniel Tumpal Simanjuntak di Jakarta, Rabu (29 Agustus) menambahkan, selain memberikan tawaran agar Indonesia melakukan investasi dalam proyek-proyek di Senegal, khususnya pada bidang pertanian, infrastruktur, dan perumahan, kunjungan Syeikh Kante juga bermaksud untuk mempelajari toleransi beragama, khususnya Islam di Indonesia. Ia juga ingin mempelajari dari Indonesia upaya mewujudkan kesetaraan hak bagi laki- laki dan perempuan. Dalam kunjungan tersebut, Syeikh Kante melakukan beberapa pertemuan dengan Menteri Kabinet Kerja Republik Indonesia, antara lain Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman RI Luhut Binsar Panjaitan, dan Menteri Perindustrian Airlanga Hartarto.

Pada saat ini juga terdapat Menteri Bappenas Senegal, jadi memang masih akan ada lagi Negara-negara lain tentunya, dan juga Menteri Bappenas Senegal masih disini. Setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri, Menteri Bappenas Senegal juga ketemu dengan Menko Maritim, Menteri Perindustrian, juga salah satu isunya mereka ingin belajar, Senegal misalkan Indonesia adalah negara berpenduduk Muslim terbesar di dunia tapi bisa toleran, prinsip Rahmatan Lil Alamin terlihat, dan juga secara khusus misalkan Menteri Bappenas Senegal melihat bagaimana hak-hak perempuan itu sama nilainya dengan hak-hak laki-laki di Indonesia. Itu juga diangkat.

Terkait dengan toleransi beragama, Senegal sendiri akan menyelenggarakan Konferensi Islam Internasional dan Kebijakan Ekonomi Islam di Senegal, pada 13 September mendatang. Daniel Tumpal Simanjuntak menjelaskan, rencananya, sebanyak 2.000 ulama dari Senegal dan negara tetangga lainnya akan hadir. Tujuan konferensi tersebut untuk mempromosikan nilai-nilai Islam moderat. Indonesia diundang,karena Indonesia berpenduduk muslim terbesar di dunia dan memiliki nilai-nilai Islam jalan tengah yang melindungi hak-hak wanita dan penuh toleransi.Rezha

30
August

 

Kontingen Indonesia kembali berjaya di cabang olah raga pencak silat dengan menyabet enam medali emas, sekaligus memastikan perolehan medali tuan rumah menembus angka 30 keping emas pada Asian Games 2018. Pencapaian medali emas itu tidak saja spektakuler, tetapi juga menjadi sejarah luar biasa bagi Indonesia sepanjang keikutsertaan di ajang Asian Games sejak 1951.

Antara melaporkan,    keenam medali emas itu diperoleh dalam enam nomor final di Padepokan Pencak Silat, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Rabu (29/8).  Dengan 30 keping emas yang sudah  dikumpulkan hingga pertandingan hari ke-12, Indonesia masih aman di peringkat ke empat klasemen perolehan medali, di bawah Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan. Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia, Prabowo Subianto, mengaku bangga bisa berperan untuk bangsa dan negara melalui prestasi medali emas yang disumbangkan dari pencak silat. antara

30
August

 

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, Pemerintah Indonesia dengan gencar mengembangkan 10 destinasi wisata di Indonesia yang ditetapkan menjadi prioritas. Seperti dilaporkan Antara, Menteri Luhut Binsar Pandjaitan di Yogyakarta, Rabu (29/8) mengatakan, pemerintah serius menggarap kesepuluh destinasi wisata tersebut yang dikenal sebagai 10 Bali Baru..   Pemerintah berupaya membangun berbagai sarana dan prasarana penunjang untuk melaksanakan program tersebut.

 Ia menyebutkan, selain jalan, pemerintah membangun tempat penginapan bagi wisatawan, baik mancanegara maupun domestik. Hal tersebut dilakukan agar wisatawan dapat tinggal lebih lama. Menurutnya, selama ini yang menjadi destinasi favorit masih dipegang oleh Bali. Sementara banyak destinasi lainnya yang juga berpotensi.Untuk itu, pemerintah menetapkan untuk memprioritaskan pembangunan 10 Bali Baru tersebut. Kesepuluh destinasi tersebut di antaranya  Danau Toba di Sumatra Utara, Belitung di Bangka Belitung, Tanjung Lesung di Banten, Kepulauan Seribu di Jakartaantara

30
August

 

Direktur Kerja Sama Teknik Kementerian Luar Negeri RI, Mohammad Syarif Alatas, mengatakan, pengelolaan dan analisis data yang valid dan kegiatan monitoring serta evaluasi merupakan elemen penting keberhasilan program pemberian bantuan kapasitas Kerja sama Selatan-Selatan dan Triangular Indonesia -KSST kepada negara berkembang. Ia berharap, keberhasilan tersebut juga dapat mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. 

Demikian sambutan Mohammad Syarif Alatas yang disampaikan pada pembukaan Seminar mengenai “Achieving the 2030 Agenda through South-South and Triangular Cooperation: Enhancing Data Collection, Analysis and Monitoring & Evaluation” yang diselenggarakan di Bali, baru-baru ini, dalam laman Kementerian Luar Negeri RI yang diterima Voice of Indonesia di Jakarta, Rabu (29/8). Ia menambahkan, Indonesia ingin mendapatkan pengalaman dan pengetahuan dari organisasi mitra pembangunan untuk menemukan mekanisme pengelolaan dan evaluasi data yang sesuai dengan kebutuhan Kerja sama Selatan-Selatan dan Triangular Indonesia. Seminar dihadiri oleh sekitar 60 peserta, antara lain pemangku kepentingan terkait pelaksanaan program Kerja sama Selatan-Selatan dan Triangular Indonesia. Kemlu RI.30 08 2018.nrl