Suprapto

Suprapto

16
May

Edisi kali ini akan menyajikan profil dan lagu-lagu dari Mulan Jameela. Sebagai pembuka, saya putarkan lagu berjudul "Wonder Woman".

                                                                                

demikianlah lagu berjudul "Wonder Woman" oleh Mulan Jameela. Lagu yang judulnya diambil dari nama karakter komik superhero ini berisikan curahan hati seorang perempuan yang sudah lama disakiti oleh sang kekasih. Lagu “Wonder Woman” pun merupakan salah satu lagu Mulan Jameela yang terkenal.Mulan Jameela lahir di Garut, 23 Agustus 1979 dengan nama Raden Terry Tantri Wulansari. Sepanjang karirnya dalam bermusik, Mulan sudah beberapa kali berganti nama panggung. Yang pertama adalah “Wulan Ardina” pada tahun 1999 sebagai solois dan kemudian berubah menjadi “Mulan Kwok” saat bergabung dengan Maia Estianty sebagai Ratu pada awal 2000-an. Pada tahun 2007, Mulan berpisah dengan Grup Ratu dan mengganti nama panggungnya sebagai “Mulan Jameela”.

selanjutnya mari kita dengarkan lagu "Jangan Tusuk Aku Dari Belakang" oleh Mulan Jameela berkolaborasi dengan Dewi-Dewi.

Pendengar, demikianlah lagu "Jangan Tusuk Aku Dari Belakang" oleh Mulan Jameela berkolaborasi dengan Dewi-Dewi. Setelah berpisah dengan Grup Ratu, Mulan Jameela bergabung dengan manajemen artis yang dipimpin oleh Ahmad Dhani, musisi ternama Indonesia. Mulan Jameela pun meluncurkanbeberapa karya, seperti album solo perdananya bertajuk “Mulan Jameela” pada tahun 2008. Setelah itu, Mulan Jameela merilis album “99, Vol 1” pada tahun 2014 dan “99 Volume 2 “Patience” pada tahun 2018.Mulan Jameela termasuk penyanyi yang memiliki suara yang khas dan juga kuat. Maka, Mulan bisa dengan mudah disukai oleh penikmat musik Indonesia. Mulan tidak hanya berkutat dalam genre pop dan rock. Sebab pada awal Maret 2018, netizen Indonesia sempat digegerkan oleh sebuah video yang menampilkan Mulan sedang melantunkan lagu bernuansa dangdut. Ini menunjukkan bahwa Mulan Jameela tidak takut untuk mengeksplorasi berbagai jenis aliran musik.

16
May

 

 

Indonesia kaya akan ragam seni dan budaya. Keanekaragaman budaya Indonesia dari Sabang sampai Merauke merupakan aset yang tidak ternilai harganya, sehingga harus tetap dipertahankan dan terus dilestarikan. Salah satunya Provinsi Kalimantan Tengah. Keanekaragaman etnis dan budaya unik yang hidup berdampingan secara damai di Provinsi Kalimantan Tengah dipertunjukan kepada masyarakat luas setiap tahun di Festival Budaya Isen Mulang -FBIM. Tahun 2018, provinsi ini kembali akan menyelenggarakan acara tersebut pada tanggal 19 - 24 Mei 2018 di Palangkaraya, ibu kota Provinsi Kalimantan Tengah, bersamaan dengan perayaan ulang tahun ke 60 provinsi tersebut.Terkait dengan keberagaman budaya yang berkembang di provinsi Kalimantan Tengah, festival kali ini akan menampilkan berbagai pertunjukan seni, budaya, permainan dan kompetisi, serta Pertunjukan Kecantikan Pariwisata Kalimantan Tengah.Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Provinsi Kalimantan Tengah, Guntur Talajan, Festival Budaya Isen Mulang tahun ini dikemas lebih menarik. Selain budaya, festival ini dikombinasi dengan ekspo, yakni Kalteng Quality Expo. Kalteng Quality Expo akan menjadi etalase bagi para pelaku Usaha Mikro Kecil & Menengah (UMKM) di Kalimantan Selatan. Hal tersebut menurut Guntur akan menguntungkan Festival Budaya Isen Mulang.

Nama Isen Mulang sendiri berasal dari Bahasa Dayak Ngaju. Isen Mulang tersebut artinya 'Pantang Mundur'. Festival ini memang untuk mengakomodir keanekaragaman budaya se-Kalimantan Tengah. Yang tentunya, dikemas dengan beragam kegiatan. Seperti karnaval dan lomba. Dengan basik budaya Dayak, ada beragam keunikan tradisi yang akan ditampilkan.Beberapa event budaya yang akan ditampilkan diantaranya Lomba Balogo, Manewang, dan Manetek. Ada juga Budaya Karungut, Sepak Suwut, hingga Besei Kambe. Dalam festival ini juga akan ada pemilihan Jagau dan Blawi Nyai Kalimantan Tengah, yaitu abang-none versi Kalimantan Tengah.

Menurut Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural merangkap sebagai Ketua Pelaksana Program 100 Calender of Event (CoE) Wonderful Indonesia (CoE WI) 2018 Kementerian Pariwisata, Esthy Reko Astuti,   kegiatan Festival Budaya Isen Mulang - FBIM telah berjalan sejak 1993 dan pengunjungnya terus meningkat.Pada FBIM 2018 ditargetkan mendatangkan 500 wisatawan mancanegara dan 20 ribu wisatawan nusantara. Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) yang masuk dalam 100 CoE WI 2018 menjadi salah satu even ungulan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara ke Kalimantan Tengah.

16
May

 

Sulawesi Utara tak hanya terkenal akan keindahan tempat wisatanya, tapi juga beragam kuliner khasnya yang unik. Cita rasa kuliner khas Sulawesi Utara pun tak kalah dengan kuliner dari daerah lain di Indonesia. Oleh karena itu, tak lengkap rasanya jika mengunjungi Sulawesi Utara tanpa menyicipi kuliner khas Sulawesi Utara. Salah satu kuliner khas Sulawesi Utara yaitu Sate Kolombi.

 

 Sate kolombi berbahan dasar daging kolombi yaitu siput dengan ukuran yg cukup besar yang berwarna emas atau hitam. Kolombi ini banyak ditemukan hidup di Danau Tondano. Untuk mendapatkan kolombi, biasanya para pencari menggunakan jaring. Selain itu, mereka harus datang di pagi hari, karena jika sudah mulai terasa panas maka kolombi yang muncul di permukaan air, menenggelamkan dirinya ke dalam danau.

 

 Kuliner khas Sulawesi Utara ini bisa anda temukan di Kawasan Kuliner Boulevard Tondano, Kabupten Minahasa, Sulawesi Utara. Terdapat puluhan warung makan yang berjejer di sepanjang jalan. Selain itu, lokasinya yang berada di kawasan persawahan, membuat anda dapat mencoba Sate Kolombi ini sekaligus melihat pemandangan yang dapat memanjakan mata. Sebab, kawasan ini berada di anah datar dan dikelilingi pegunungan yang membentuk lingkaran  sehingga seolah anda berada di sebuah kawah raksasa.

 

cita rasa Sate Kolombi ini pedas karena sesuai dengan selera mayoritas masyarakat di Sulawesi Utara. Bumbu-bumbu yang dipakai adalah bawang putih, bawang merah, cabai rawit, jahe, kemiri, kunyit, jeruk nipis, gula, dan garam. Cara memasaknya pertama pisahkan daging dengan cangkangnya. Setelah itu daging direbus dan dibersihkan. Kemudian gigi keong yang masih tersisa dikeluarkan. Setelahnya, daging direndam dengan bumbu-bumbu. Setelah beberapa jam direndam, daging kemudian direbus untuk membuat dagingnya empuk. Lalu daging pun siap dibakar. Setelah dibakar, campuran bumbu yang sudah disiapkan terlebih dahulu lalu disiram ke atas Sate Kolombi.

 

15
May

 

Memasuki salah satu situs bersejarah di Minahasa Utara ini butuh sedikit perjuangan. Letaknya yang berada di belakang perumahan dan lahan penduduk membuat salah satu situs bersejarah di Sulawesi Utara ini agak tersembunyi. Inilah Situs Waruga Sawangan yang merupakan kuburan tua peninggalan zaman megalitik orang Minahasa.

Waruga di Minahasa diperkirakan berkembang pada sekitar awal abad ke-13 sebelum Masehi. Kemunculan Waruga pertama kali di daerah Bukit Kelewer, Treman, dan Tumaluntung, Kabupaten Minahasa Utara. Kemunculan Waruga kemudian terus berkembang di berbagai daerah di Sulawesi Utara hingga awal abad ke-20 Masehi.

Pada zaman pra-sejarah masyarakat Minahasa masih percaya jika roh leluhur memiliki kekuatan magis. Untuk itu, kuburan dibuat secara khusus dan seindah mungkin. Waruga terdiri dari dua bagian, bagian badan dan bagian tutup. Bagian badan berbentuk kubus dan bagian tutup berbentuk menyerupai atap rumah

Uniknya, waruga tidak dibuat oleh kerabat atau keluarga dari orang yang meninggal akan tetapi dibuat sendiri oleh orang yang akan meninggal. Ketika orang itu akan meninggal maka dengan sendirinya akan memasuki waruga yang dibuatnya itu setelah diberi bekal kubur lengkap. Suatu hari bila itu dilakukan dengan sepenuhnya akan mendatangkan kebaikan bagi keluarga yang ditinggalkan.

Sebenarnya di Sulawesi Utara banyak terdapat situs Waruga, salah satunya di Desa Sawangan Kecamatan Airmadidi, Kabupaten Minahasa Utara. Terdapat 143 buah Waruga di desa ini yang dibagi dalam beberapa ukuran yang dikelompokkan menjadi 3 kelompok.

kelompok pertama, Waruga berukuran kecil dengan ketinggian antara 0-100 cm sebanyak 10 buah. Kedua, Waruga berukuran sedang dengan ketinggian antara 101-150 cm sebanyak 52 buah. Ketiga, Waruga berukuran besar dengan ketinggian antara 151-250 cm sebanyak 81 buah.

Waruga sendiri berasal dari bahasa Tombulu, yakni dari suku kata Wale Maruga yang memiliki arti rumah dari badan yang akan kering. Waruga juga memiliki arti lainnya yakni Wale Waru atau kubur dari Domato atau sejenis tanah lilin.