Sebagai pembuka perjumpaan kali ini, kita dengarkan sebuah lagu keroncong berjudul Putra Pertiwi, dibawakan oleh Mus Mulyadi.
itulah sebuah lagu yang dibawakan oleh Mus Mulyadi. Sebuah lagu yang bercerita tentang perjuangan pahlawan bangsa yang menjadi inspirasi dalam kehidupan, termasuk dalam syair dan tembang-tembang yang tercipta. Seperti kutipan pada syair lagu Putra Pertiwi ini : Berkibar panji pusaka bangsa jasa pahlawanku nan setia kan terukir namamu abadi kau satria putra pertiwi...Sebuah lagu yang mampu membangkitkan rasa kecintaan kepada para pahlawan serta negara Indonesia.
Pendengar, Mus Mulyadi adalah seorang penyanyi Indonesia yang berasal dari kota Surabaya, Jawa Timur. Selain membawakan lagu-lagu berbahasa Jawa, Mus Mulyadi banyak membawakan lagu keroncong. Kemampuannya dalam genre musik ini bahkan telah mengantarkannya meraih gelar sebagai Buaya Keroncong.
Baiklah pendengar, berikut kita dengarkan sebuah lagu keroncong yang dibawakan oleh Mus Mulyadi berjudul Dewi Murni.
lagu Dewi Murni adalah sebuah lagu keroncong asli yang diciptakan oleh Sariwono / Oetjin Noerchasim. Lagu ini bercerita tentang keindahan para dewi yang turun mandi di telaga dewa. Lagu ini juga pernah dibawakan oleh penyanyi-penyanyi Indonesia lainnya.
Mus Mulyadi sendiri terlahir dari keluarga seniman. Kakak dan adiknya juga berprofesi sebagai penyanyi, yaitu Sumiyati penyanyi keroncong di Belanda, Mulyono dikenal sebagai penyanyi keroncong di Surabaya dan adiknya Mus Mujiono sebagai penyanyi pop dan jazz Indonesia. Mus Mulyadi memilih untuk fokus pada musik keroncong. Sepoanjang kariernya di dunia musik, beberapa lagunya menjadi hit antara lain, Kota Solo, Dinda Bestari, Telomoyo dan Jembatan Merah.
Warna Warni edisi kali ini akan membahas sebuah inovasi karya anak bangsa yaitu Lemuria Smart Waste Collection (baca: lèmuria smart wéis kèléksyén)*.
Teknologi Internet of Things atau IoT (baca: ai-ou-ti) berkembang dengan cukup baik di Indonesia berkat inovasi-inovasi para pemuda Indonesia, baik secara individu, kelompok, maupun perusahaan startup teknologi. IoT sendiri adalah sebuah sistem yang membuat berbagai objek terhubung dengan internet. Objek yang dimaksud bukanlah telepon pintar atau komputer saja, melainkan berbagai benda sehari-hari seperti mesin cuci, tirai jendela, dan masih banyak lagi.
Dengan IoT, keterlibatan manusia semakin berkurang karena benda dapat mentransfer data tanpa perlu interaksi manusia. Aktivitas manusia akan semakin dipermudah dari sisi energi maupun biaya. Karenanya, banyak pihak yang melihat bahwa Internet of Things bisa menjadi solusi dari berbagai permasalahan. Salah satunya adalah Lemuria Smart Waste Collection karya pemuda-pemudi asal Bandung, Jawa Barat.
Lemuria Smart Waste Collection adalah sebuah inovasi IoT yang dikembangkan oleh Ratu dan Rogers dari Gloftech, sebuah perusahaan startup IT yang berbasis di Bandung, Jawa Barat. Latar belakang dari pengembangan Lemuria Smart Waste Collection adalah kurang optimalnya upaya pengumpulan sampah dari tempat pembuangan sampah sementara (TPS) ke tempat pembuangan akhir.Menurut Ratu dan Rogers, selama ini sampah dikumpulkan dengan jadwal tetap, tidak peduli apakah kontainer TPS sudah penuh atau belum. Truk pengangkut sampah pun terkadang pergi ke TPS yang masih kosong. Selain itu, banyaknya TPS tidak diimbangi dengan sumber daya yang memadai. Data yang ditemukan oleh Ratu dan Rogers menunjukan ternyata dari ratusan ton sampah yang diproduksi setiap harinya, hanya 30-40 persen saja yang terangkut. Akibatnya, biaya pengangkutan sampah membengkak dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, tetapi sampah tetap menumpuk.Lemuria Smart Waste Collection pun disebut sebagai solusi dari isu sampah yang meliputi kurang baiknya penjadwalan pengumpulan sampah, kurangnya sumber daya, dan tingginya biaya yang tidak diperlukan. Sistem kerja dari Lemuria Smart Waste Collection pun cukup sederhana. Pertama, sebuah pemindai ditempatkan di TPS yang akan mengukur volume sampah dalam kontainer. Apabila sampah sudah melebihi volume tertentu, pemindai akan mengirimkan data ke server.
Dari server, data akan dilanjutkan ke penyimpanan Cloud Storage. Lalu, kecerdasan buatan di dalam Cloud Storage akan mengolah data yang diterima untuk menentukan rute terbaik pengumpulan sampah. Dengan efisiensi rute, maka biaya pengumpulan sampah dipercaya bisa berkurang 20-30 persen.
Teknologi yang dikembangkan oleh Ratu dan Rogers pun sempat diikutkan dalam suatu ajang inovasi di tahun 2016. Setelah melalui seleksi ketat, Lemuria Smart Waste Collection terpilih menjadi salah satu dari tiga inovasi terbaik. Meski bermanfaat dan telah mendapat penghargaan, Ratu dan Rogers mengaku belum memasarkan produknya.// Stev
Jawa Timur memiliki berbagai macam makanan khas yang sudah cukup terkenal seperti Pecel, Rawon, Rujak Cingur, dan lain-lain. Selain makanan tersebut, Jawa Timur, khususnya Blitar memiliki makanan camilan atau snack bernama Enting Geti.
Enting Geti ini merupakan snack tradisional khas Blitar yang terbuat dari kacang, wijen dan gula merah. Makanan ini biasanya dihidangkan pada hari raya atau pernikahan untuk menyambut para tamu. Gurihnya kacang bercampur wijen ini memberikan sensasi rasa yang sedikit berbeda. Gurih, renyah dan manisnya gula merah berpadu membuat camilan ini selalu diminati tak hanya oleh masyarakat Blitar, tetapi juga wisatawan yang datang ke kota ini. Enting Geti memiki rasa yang khas dan tahan lama, oleh karena itu camilan tersebut sangat pas dijadikan oleh-oleh saat liburan ke Blitar. Enting Geti biasanya diproduksi di Kecamatan Kademangan, daerah yang terletak di tengah-tengah Kabupaten Blitar. Hal ini sangat mempermudah pemasaran keseluruh lingkup Kabupaten. Snack tradisional ini akan terasa nikmat ketika disantap bersama kopi saat bersantai.
proses pembuatan Enting Geti cukup sederhana. Pertama-tama, kacang tanah di sangrai hingga matang, atau berubah warna menjadi coklat keemasan. Angkat dan tumbuk kacang tersebut, tapi jangan terlalu halus. Kemudian, campur gula merah, gula pasir, dan vanili menjadi satu, dan tambahkan air secukupnya dan direbus sambil diaduk-aduk hingga gula larut dan mengental menjadi seperti sirup. Setelah itu masukkan kacang tanah ke dalam air gula yang mengental tersebut dan aduk-aduk agar tercampur rata dan mengental. Lalu, masukkan adonan ke loyang yang telah dialasi dengan kertas minyak, lalu ratakan. Setelah mengering, potong geti menjadi ukuran yang sesuai selera. Harga seporsi Enting Geti bervariasi antara Rp. 5.000 hingga Rp. 35.000.
Pelangi nada edisi kali ini, menghadirkan grup musik Indonesia, Maliq & D’essentials., mengawali perjumpaan, saya hadirkan lagu berjudul “Senandung Senandika”.
Maliq & D’essentials dibentuk pada 15 Mei 2002. Mereka mulai popular sejak tampil di Jakarta International Jazz Festival 2005. Sejak awal karir hingga saat ini, mereka cukup produktif mengeluarkan album. Album ke-7 bertajuk “Senandung Senandika” merupakan album terbaru dari grup musik ini yang dirilis pada 21 Mei 2017. “Senandung Senandika” memiliki arti yaitu berbicara dengan diri sendiri. Jadi dalam album ini Maliq & D’essentials memosisikan seolah mereka berbicara dengan diri mereka sendiri. Jadi dalam album ini mereka menawarkan sesuatu yang baru seperti suasana, konsep dan koreografi dalam album “Senandung Senandika”. Tema yang dihadirkan dalam album ini beragam mulai dari cinta, sosial, dan kemanusiaan. Tak hanya itu, musik dalam album ini pun beragam, mulai dari pop hingga musik Timur Tengah namun tanpa menghilangkan ciri khas musik dari Maliq & D’essentials. Pendengar, sebelum kembali mengupas lagu-lagu dari Maliq & D’essentials mari kita nikmati sebuah lagu berjudul Sayap. Selamat mendengarkan......
demikian lagu “Senang” yang dibawakan oleh Maliq & D’essentials. Lagu Senang ini dirilis bersamaan dengan lagu Sayap. Grup musik yang beranggotakan Angga (vokal), Indah (vokal), Jawa (bass), Widi (drum), Lale (gitar), dan Ilman (kibor), merilis kedua lagu tersebut lebih dahulu daripada album “Senandung Senandika”. Memang, beberapa waktu terakhir musisi-musisi dunia kerap merilis dua lagu dalam waktu yang bersamaan, tak terkecuali musisi Indonesia seperti Maliq & D’essentials ini. Namun, Maliq & D’essentials merilis dua lagu secara bersamaan tidak hanya sekedar mengikuti tren. Lagu Senang dan Sayap ini ternyata memiliki maksud tersembunyi. Grup musik ini ingin memperlihatkan dua sisi yang berbeda dalam album barunya. Kedua lagu tersebut dinilai dapat merepresentasikan album “Senandung Senandika”. Pendengar, sebelum mengakhiri acara Pelangi Nada hari ini, mari kita dengarkan dua buah lagu dari Maliq & D’essentials berjudul Senandung Senandika dan Musim Bunga.