ofra voi

ofra voi

15
October

Keroncong

Published in pop music

Edisi kali ini menghadirkan lagu-lagu bernuansa keroncong yang dibawakan oleh penyanyi-penyanyi berbakat Indonesia. Tetaplah bersama kami di www.voinews.id, 3325 Khz, atau melalui applikasi RRI Play. Demikianlah lagu berjudul Mawar Sekuntum, dibawakan oleh Bram Titaley atau lebih dikenal dengan nama Bram Aceh. Lagu Mawar Sekuntum yang dibawakannya adalah sebuah perumpamaan untuk sosok wanita yang diidamkan. Lirik dalam dalam lagu ini menggunakan kalimat-kalimat perumpamaan.SepertiBilakah kuncup mawar indah mekar, lama sudah aku menanti ingin memetik sekuntum.

Bram Aceh merupakan penyanyi yang berasal dari tanah Rencong atau Aceh. Kepiawaiannya dalam menyanyi, khususnya yang bergedre keroncong tak perlu diragukan lagi. Karena kemampuannya itu dia dijuluki sebagai Bapak Keroncong Indonesia. selanjutnya kita dengarkan sebuah lagu yang dibawakan oleh penyanyi keroncong wanita Indonesia Hetty Koes Endang Berjudul Mahameru.

demikianlah lagu keroncong berjudul Mahameru yang dibawakan oleh Hetty Koe Endang. Seorang penyanyi wanita Indonesia yang piawai membawakan berbagai gendre lagu termasuk keroncong. Lagu keroncong Mahameru merupakan ciptaan Samsidi. Mahameru sendiri merupakan nama gunung tertinggi ke tiga di Indonesia. Lagu ini menceritakan kemegahan gunung Mahameru yang tinggi menjulang membelah angkasa biru. Lirik pada lagu ini diakhiri dengan pujaan atau sanjungan kepada perwira yang berjuang bagaikan mahameru yang selalu berbakti menjaga ibu pertiwi.

Sebuah lagu dengan irama dan lirik yang sungguh indah dan dalam maknanya. Karakter vocal Hetty Koes Endang yang sangat kuat membuat lagu ini semakin syahdu didengarkan.

15
October

Aneka macam sate dan nasi goreng dapat ditemukan pada acara "Konferensi dan Festival Kuliner Nasi Goreng dan Sate". Acara ini diselenggarakan Universitas Gadjah Mada-UGM pada 9 dan 10 Oktober 2018. Acara ini bekerja sama dengan Badan Ekonomi Kreatif ( Bekraf) menawarkan beraneka macam sate mulai dari sate ayam, sate jamur, sate cumi-cumi, sate ikan, sate penthol, sate bunthel, sate klatak, sate maranggi, sate kere dan berbagai olahan sate lainnya. Dalam festival kuliner tersebut turut disajikan aneka macam nasi goreng yang tak kalah menggugah selera. Beberapa diantaranya nasi goreng seafood, nasi goreng padang, nasi goreng rendang, nasi goreng kambing, hingga nasi goreng beras jagung. Selain menghadirkan parade sate dan nasi goreng turut digelar seminar “Kupas Tuntas Strategi Nasi Goreng dan Sate dalam Menembus Citarasa dan Pasar Dunia” membahas seputar nasi goreng dan sate baik dari segi sejarah, asal usul, ekonomi, keilmuan pangan, maupun dari segi pariwisata oleh para pakar yang ahli di bidang-bidang tersebut. Rektor UGM, Prof. Panut Mulyono dalam sambutan yang disampaikan Direktur Pengabdian kepada Masyarakat UGM, Prof. Irfan Dwi Prijambada menyampaikan bahwa Kuliner Indonesia yang kaya akan rasa juga telah terpilih sebagai World’s 50 Best Food versi poling CNN 2017 yang menempatkan rendang dan nasi goreng sebagai makanan favorit urutan pertama dan kedua, serta sate di peringkat keempat belas. Dengan potensi yang sangat bagus ini kuliner Indonesia diharapkan lebih dapat mendukung pengembangan pariwisata Indonesia. Direktur Riset dan Pengembangan Bekraf, Wawan Rusiawan menyebutkan kuliner telah menyerap tenaga kerja cukup besar mencapai 7,9 juta. Hingga saat ini setidaknya terdapat 5,5 juta unit usaha kuliner.  Dekan Fakultas Teknologi Pangan UGM, Prof. Eni Harmayani menuturkan Indonesia dikenal sebagai dapur gastronomi dunia yang memiliki banyak variasi ragam hidangan menggugah selera. Hal ini menunjukkan bahwa seni dapur Indonesia telah mengangkat martabat bangsa khususnya menyumbangkan nikmat bagi bangsa-bangsa di dunia dan sangat potensial dikembangkan menjadi ekonomi kreatif yang dapat meningkatkan pendapatan nasional. pakar kuliner UGM, Prof. Murdijati Gardjito mengatakan, Setidaknya ada 104 ragam nasi goreng yang tersebar di Indonesia dengan 36 diantarnya dapat ditelusuri asal usulnya. Sedangkan 59 lainnya merupakan resep pengembangan. Temuan tersebut menunjukkan bahwa citarasa nasi goreng merupakan citarasa universal yang dapat diterima hampir seluruh masyarakat. Sebaran asal usul nasi goreng ada di Jawa dan Sumatera yang seluruhnya merupakan 50 % dari daerah kuliner yang ada di Indonesia.

15
October

Air Terjun Hoko di Maluku memang menawan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya wisata alam yang memukau yang dapat dikunjungi. Mulai dari wisata bawah laut, pulau-pulau yang indah, pantai dengan pemandangan yang memukau, dan wisata alam lainnya. Pulau Kei Besar, adalah salah satu pulau di Maluku yang menyimpan banyak potensi wisata alam. Wisata alam tersebut adalah Air Terjun Hoko yang terletak di Desa Hoko, Kecamatan Kei Besar, Kabupaten Maluku Tenggara, Provinsi Maluku.

Air terjun Hoko memiliki air yang jernih dan segar yang mengalir turun melalui badan batu cembung raksasa menuju kolam alami di bawahnya. Kolam yang ada di air terjun Hoko memiliki air jernih dan tenang dengan gradasi warna biru langit dan juga hijau toska. Di kolam inilah biasanya para wisatawan berenang menikmati keindahan dari air terjun Hoko. Selain itu, wisatawan dapat meluncur dari atas batu raksasa menuju kolam yang ada di bawahnya. Karena keindahannya, air terjun Hoko menjadi salah satu destinasi wisata yang wajib dikunjungi ketika berlibur ke Maluku.

karena keindahannya, wisata alam di kepulauan Kei mendapatkan apresiasi berharga yakni gelar sebagai salah satu surga tersembunyi paling populer di Indonesia dalam Anugerah Pesona Indonesia dari Kementrian Pariwisata Republik Indonesia pada tahun 2016. Meskipun air terjun Hoko menjadi salah satu destinasi wisata populer, keasrian dan kealamiannya masih terjaga dengan baik. untuk dapat mencapai air terjun Hoko ini, pengunjung dapat mengunjungi kepulauan Kei dengan menggunakan pesawat dari Bandara Internasional Pattimura Ambon menuju Bandara Karel Sadsuitubun, kabupaten Maluku Tenggara. Setelah tiba di Maluku Tenggara, pengunjung perlu menggunakan kapal cepat dari pelabuhan motor Watdek dengan tarif menuju desa Elat. Setelah tiba di Desa Elat, pengunjung dapat menggunakan jasa transportasi taksi motor yang biasa disebut Ojek menuju desa Hoko.

14
October

 

Festival Geopark Ciletuh atau Ciletuh Geopark Festival (CGF) kembali digelar. Ini merupakan tahun ke 4 pelaksanaan kegiatan yang telah menjadi salah satu agenda Kementerian Pariwisata RI. Kegiatan yang berlansung tanggal 13 dan 14 Oktober 2018 ini menampilkan berbagai pertunjukan kebudayaan, khususnya kebudayaan khas daerah Sunda. Keistimewaan festival ini, para pengunjung tidak hanya disuguhi berbagai kebudayaan tradisional Sunda sambil menikmati keindahan Geopark Ciletuh. Sebanyak 200 (dua ratus) seniman tampil dalam berbagai atraksi budaya dan kesenian daerah, diantaranya atraksi seni cepet, rengkak penyadap jipeng, gondang, tutunggulan, suligar, pencak silat, dan wayang golek. Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan event ini wajib dikunjungi oleh para pecinta seni dan budaya, karena atraksi yang ditampilkan sangat berkelas.Selain budaya, festival ini juga menghadirkan kuliner khas Palabuhanratu dan Sukabumi. Geopark Ciletuh yang terletak di Sukabumi Jawa Barat adalah sekumpulan batuan raksasa tertua di Pulau Jawa, yang memiliki keindahan yang sangat menonjol. Di kawasan ini terdapat pantai, air terjun serta bukit yang indah. Geopark Ciletuh memiliki konsep menyerasikan keragaman geologi, hayati dan budaya melalui prinsip konservasi, edukasi dan pembangunan berkelanjutan. Ini merupakan satu-satunya geopark yang ada di provinsi Jawa Barat. Lokasi festival dipusatkan di tiga tempat yaitu Kasepuhan Adat Sinar Resmi Kecamatan Cisolok, Kecamatan Palabuhanratu dan Panenjoan Kecamatan Ciemas. Panggung utama berada di Panenjoan, Tamanjaya, Kecamatan Ciemas. Lokasi ini jadi tempat pembukaan CGF pada tanggal 13 Oktober yang diisi dengan sejumlah kegiatan diantaranya penyerahan dummy sertifikat dari UNESCO, prosesi pengibaran bendera raksasa, pemecahan rekor dunia 5.000 Penari Jipeng, pameran, dan pentas musik.Camat Ciemas, Lesto Rosadi, mengatakan pihaknya mengutamakan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan festival ini, agar mereka mengetahui perkembangan pengelolaan geopark. Tahun ini penyelenggaraan festival ini masih dikelola oleh pemerintah provinsi Jawa Barat. Tahun depan pengelolaan event budaya tahunan ini akan diserahkan kepada pemerintah kabupaten Sukabumi. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan baik lokal maupun mancanegara ke Jawa Barat, khususnya ke Sukabumi.