ofra voi

ofra voi

08
October

Di Indonesia yang merupakan negara kepulauan, selain pulau-pulau besar seperti, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sumatera, ada juga pulau-pulau kecil yang menyimpan banyak sekali potensi wisata alam. Misalnya Pulau Rupat yang berada Selat Malaka. Secara administratif, pulau ini termasuk dalam wilayah Kabupteng Bengkalis, Provinsi Riau.

Pulau Rupat dengan luas 1.524 Km persegi berada diantara Malaysia dan Pulau Sumatera. Pantai-pantai di pulau ini juga berbatasan langsung dengan Selat Malaka. Di pulau ini, terdapat sebuah pantai bernama Pantai Pesona Pulau Rupat yang terbentang hingga ke 3 daerah yang berada di Pulau Rupat, mulai dari Tanjung Lapin, Teluk Rhu, hingga Tanjung Punak. Oleh karena itu Pantai Pesona Pulau Rupat sering disebut dengan nama yang diberikan oleh masing-masing daerahnya.

daya tarik Pulau Rupat tidak hanya terletak pada keindahan alamnya saja. Pulau ini juga memiliki Tarian Khas, yaitu Tari Zapin Api. Tarian yang diiringi dengan musik melayu ini sarat akan nuansa mistis. Karena sebelum atraksi dimulai, para penari yang berjumlah 5 orang laki-laki akan mengitari dupa yang dibakar.

Selama tarian ini berlangsung penonton tidak dibolehkan menyalakan api. Tarian ini sudah cukup langka karena Pemimpin tarian ini hanya tersisa 2 orang yang lanjut usia. Karena itu, tarian ini membutuhkan penerus agar tidak punah dan hanya menjadi cerita bagi penerus bangsa ini.

Pulau Rupat dapat dijangkau dari Pekanbaru, Dumai, atau Bengkalis. Jalur utama transportasi menuju Pulau Rupat adalah laut. Jika berangkat dari Dumai, pengunjung dapat menggunakan Roro Dumai-Rupat yang sudah terjadwal waktu keberangkatannya.

Perjalan dari Dumai menuju Pulau Rupat memakan waktu sekitar 20 sampai 30 menit. Sedangkan jika berangkat dari Bengkalis akan memakan waktu sekitar 2 jam. Sayangnya di Pulau Rupat belum tersedia hotel berbintang. Anda dapat menyewa wisma atau homestay yang merupakan sebagian besar rumah warga yang disewakan kepada wisatawan.

08
October

Dalam rangka Hari Pariwisata Dunia, World Travel & Tourism Council- WTTC meluncurkan Power & Performance New Report. WTTC merupakan forum bagi para petinggi dalam sektor travel dan pariwisata yang telah berdiri sejak tahun 1990. Forum ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman akan pentingnya sektor pariwisata bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Berdasarkan data yang dihimpun dari WTTC, sektor pariwisata telah menyumbang 313 juta lapangan kerja dan 10,4 persen pemasukan pada Produk Domestik Bruto (PDB) dunia.

Gloria Guevara, Chief Executive WTTC seperti dikutip dari Breaking Travel News menjelaskan, Power & Performance New Report melihat kinerja dari 185 negara selama periode tujuh tahun yaitu sejak 2011 hingga 2017. WTTC menggunakan data dampak ekonomi tahunan yang dimiliki dan empat indikator yang menjadi tolak ukur penilaian. Empat indikator tersebut yaitu kontribusi pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto, pengeluaran pengunjung internasional, belanja pariwisata domestik, dan investasi modal dalam pariwisata. Peringkat Power menyoroti negara-negara yang tumbuh paling cepat secara absolut yang diukur dalam dolar AS. Peringkat Performance atau kinerja menyoroti negara-negara yang tumbuh paling cepat secara absolut dalam peningkatan presentase tahunan. Negara-negara ini telah memanfaatkan peluang pariwisata sebagai alat untuk pembangunan.

dalam daftar yang dikeluarkan WTTC, posisi tiga besar ditempati China, Amerika Serikat, dan India. Sementara itu, Indonesia menempati peringkat kesembilan dan mengungguli negara Asia Tenggara lainnya, yaitu Thailand berada di peringkat 12, Filipina dan Malaysia di peringkat 13, Singapura di peringkat 16, serta Vietnam di posisi 21. Penempatan Indonesia di peringkat kesembilan dalam Peringkat Kekuasaan ini karena sektor pariwisata Indonesia terus meningkat selama tujuh tahun dalam empat indikator. Menurut Gloria, Laporan terbaru WTTC mengenai peringkat kekuatan dan performa pariwisata ini, memperlihatkan negara yang paling sukses meningkatkan sektor pariwisata.

08
October

Keroncong

Published in pop music

Edisi kali ini, menghadirkan lagu-lagu bernuansa keroncong yang dibawakan oleh penyanyi-penyanyi keroncong Indonesia. Untuk membuka perjumpaan kali ini, kita dengarkan sebuah lagu berjudul Sampul Surat yang dibawakan oleh Wiwit Sunarto.

demikanlah sebuah lagu keroncong berjudul Sampul Surat yang dibawakan oleh Wiwit Sunarto. Lagu ini bercerita tentang kisah cinta yang berakhir kesedihan. Setelah lama tak berjumpa, sepucuk surat pun datang dari seorang yang dinantikan. Namun apa hendak dikata, surat itu hanyalah sampul surat belaka, tidak ada kabar maupun berita. Walaupun demikian, sampul surat tetap disimpan sebagai kenang-kenangan.

Suaranya yang lembut,  sangat cocok dengan irama keroncong yang mendayu. Lagu ini merupakan lagu keroncong asli yang juga pernah dibawakan oleh penyanyi-penyanyi Indonesia lainnya, diantaranya Didi Kempot. Walaupun membawakan sejumlah lagu keroncong, namun tidak terlalu banyak informasi mengenai perjalanan karier penyanyi wanita yang satu ini.

Selanjutnya mari kita dengarkan sebuah lagu keroncong yang dibawakan oleh Gina Sadeli berjudul Setangkai Bunga Mawar.

Demikianlahlagu berjudul Setangkai Bunga Mawar. Lagu ini bercerita tentang setangkai bunga berwarna merah yang menjadi tanda cinta antara sepasang anak manusia. Perjalanan cinta terkadang tidak selamanya berjalan indah. Bunga mawar merah yang dulu indah dipandang, kini tinggal kenangan. Karena orang yang disayangi telah pergi dan tidak kembali. Meskipun telah ikut mewarnai dunia musik, khususnya musik keroncong, namun tidak banyak informasi yang mengupas perjalanan karier musik Gina Sadeli di dunia hiburan Indonesia.

Selanjutnya kami mengajak anda untuk mendengarkan kisah cinta yang telah mulai tumbuh sejak pertama bertemu. Lagu ini berjudul Pandangan Pertama dibawakan oleh Sri Hartati. Kebersamaan kita pada Pelangi Nada edisi kali ini akan ditutup dengan sebuah lagu yang dibawakan oleh Gina Sadeli berjudul Bandung Selatan di Waktu Malam.

07
October

Sejumlah dosen dari Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, Provinsi Riau, berhasil memformulasikan tepung dari tulang ikan Patin untuk mengatasi permasalahan anak kerdil atau stunting yang masih terjadi di Indonesia.Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan kurangnya asupan gizi dalam waktu cukup lama. Stunting terjadi ketika janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun, biasanya tubuh anak lebih pendek dibandingkan anak seusianya. Selain pertumbuhan terhambat, stunting juga dikaitkan dengan perkembangan otak yang tidak maksimal. Data Kementerian Kesehatan RI pada pertengahan tahun 2018 kasus stunting di Indonesia masih terjadi sebesar 37,2 persen.

Ketua penelitian sekaligus dosen Universitas Pahlawan Tuanku Tambunsai, Nur Aprianis dalam keterangan pers mengatakan Tulang ikan patin memiliki kadar protein yang tinggi, kalsium dan fosfor yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan balita. Dia menjelaskan, penelitian tentang tepung dari tulang ikan patin itu juga melibatkan dosen lainnya dari universitas yang sama yaitu Vera Wati Besti S.Gz., M.Si., dan M. Nurman M.Penelitian ini dimulai sejak 2017, dan mendapatkan hasilnya pada 2018. Nur mengatakan hasil penelitian tersebut juga sudah mendapat hak paten dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) Republik Indonesia (RI).

Nur Aprianis, dosen Program Studi S1 Gizi Universitas Pahlawan ini menuturkan, tujuan penelitian adalah untuk mengetahui formula terbaik tepung ikan patin (Pangasius hypopthalmus) bagi balita stunting.Patin merupakan ikan air tawar yang banyak dibudidayakan di Provinsi Riau, khususnya di Kabupaten Kampar. Alasan pemilihan tulang ikan patin adalah karena Kampar merupakan penghasil ikan patin terbesar di Riau, sehingga para peneliti berusaha memanfaatkan limbah tulang ikan tersebut. Selama ini tulang ikan patin tidak pernah dimanfaatkan dan hanya menjadi sampah yang terbuang.Menurut Nur Aprianis, informasi mengenai formulasi tepung dari tulang ikan patin ini sudah dipublikasikan melalui jurnal online Media Kesehatan Masyarakat Indonesia (MKMI). Dengan adanya publikasi itu, masyarakat diharapkan dapat memperoleh informasi mengenai tepung dari tulang ikan patin sehingga dapat mengurangi resiko atau menjadi solusi bagi masalah stunting.