ofra voi

ofra voi

26
August

Di Indonesia, tepatnya di pulau Jawa terdapat banyak sekali wisata yang memacu adrenalin seperti tubing, rafting dan body rafting. Di Pekalongan, Jawa Tengah misalnya, ada tempat wisata yang disebut Black Canyon . Black Canyon atau Kedung Sipingit, merupakan salah satu tempat wisata alam yang berada di Desa Kayu Puring, Kecamatan Petungkriyono, Pekalongan. Tempat wisata ini menawarkan wisata yang dapat memacu adrenalin dengan menyusuri aliran sungai yang cukup deras dengan air yang jernih berwarna hijau kebiruan, serta disisinya dikelilingi oleh tebing-tebing hitam besar. Hal ini akan membuat terpesona bagi yang melihatnya. di Black Canyon ini pengunjung bisa melakukan banyak kegiatan seperti memancing, river tubing, trekking sampai body rafting. Dengan membayar 100 Ribu Rupiah anda sudah bisa menikmati banyak fasilitas di Black Canyon ini, seperti minuman selamat datang, makan siang , helm, pelampung , instruktur atau guide , sertifikat dan juga kendaraan menuju start point. Karena tempat wisatanya masih berupa alam bebas dan rutenya juga cukup sulit, maka dibutuhkan pemandu wisata atau guide. Mereka sangat diperlukan demi keamanan pengunjung dan rombongan.Aliran air di Kedung Sipingit ini berasal dari sungai Welo. Aliran sungai Welo sendiri menawarkan sensasi kekuatan arus dengan level 3 yang cocok untuk pemula maupun yang sudah professional. Untuk sekali Tubing trip hanya dibatasi minimal 5 sampai 20 orang. Semua itu demi kenyamanan dan keamanan wisatawan. Selama 4 jam pengunjung anda akan dimanjakan dengan pemandangan alam yang sangat luar biasa indahnya dengan hamparan hutan luas dan udara yang masih terasa sejuk. Sensasi yang anda rasakan saat river tubingdi sungai Welo yang arusnya cukup deras akan memacu adrenalin dan membuat keseruan wisata anda semakin lengkap.

Tempat ini sangat cocok untuk pengunjung yang suka dengan tantangan dan untuk menguji adrenalin. Tetapi bagi yang takut tantangan, disarankan jangan ikut mencoba wahana ini, sebaiknya cukup melihat saja. dari pusat kota Pekalongan menuju tempat lokasi wisata Black Canyon atau Kedung Sipingit berjarak 34 Kilometerdan membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam 30 menit. Setelah sampai di depan gapura Selamat Datang Ekowisata Petungkriyo, para pengunjung selanjutnya menuju ke desa Kayu Puring dengan jarak 5 Km hingga sampai di basecampu river tubing welo river Kedung SipingitKarena memang tempat ini masih berada di alam bebas dan masih asri, dengan arus sungai yang deras dan tebing-tebing curam, maka demi kenyamanan bersama kita harus menjaga dan melestarikan alam dengan menjaga kebersihan dan tidak membuang sampah sembarangan

22
August

Berjumpa kembali dalam acara Pelangi Nada. Untuk menyemarakkan perayaan Idul Adha, saya akan sajikan lagu-lagu bernuansa Islami. Sebagai pembuka, berikut satu lagu berjudul “Pergi Haji” yang dinyanyikan oleh Ustad Jeffry dan Pipik. Lagu ini mencerita tentang pelaksanaan ibadah haji, memenuhi panggilan ilahi, membersihkan diri mensucikan hati.

Anda baru saja mendengarkan lagu”Pergi Haji” dari Uje dan Pipik. Lagu ini meupakan original soundtrack film Haji Backpacker. Pendengar, lagu lain yang bertemakan pergi haji adalah “Haji” dari Opick. Dalam liiknya, Opick menceritakan musim yang datang memenuhi panggilan Allah, dan mengungkapkan segala puji dan kuasa Allah. Lagu ini dirilis oleh pada tahun 2007. Mendekati hari raya Idul Adha, lagu ini sering diputar. Pendenga, inilah Opick dengan “Haji”.

Anda baru saja mendengarkkan lagu “Haji” dari Opick. Berikut, saya putarkan lagu berjudul "Bismillah Alhamdullilah" oleh Nath the Lions. Lagu yang dibawakan grup musik reggae asal Menteng, Jakarta, ini mengajak pendengarnya untuk mengawali hari dan perjuangan dengan kata "Bismillah" dan mengakhiri hari dan berbagai perbuatan dengan kata "Alhamdulillah."

itulah Nath the Lions dengan "Bismillah Alhamdulillah." Lagu berikutnya yang akan kami hadirkan adalah "Yaa RasulAllah" oleh Derry Sulaiman. Liriknya menceritakan tentang kerinduan seorang umat untuk bertemu dengan Rasulallah. Maka, dirinya pun berjanji untuk meneruskan dakwah, memperbaiki kehidupan, dan melakukan instrospeksi diri sepanjang hidupnya, agar nanti diizinkan Allah untuk bertemu dengan para rasul-Nya. Baik pendengar, inilah "Yaa RasulAllah" oleh Derry Sulaiman.

22
August

Warna Warni kali ini saya sajikan informasi mengenai 6 TRADISI UNIK JELANG IDUL ADHA DI INDONESIA.

Indonesia adalah negara dengan populasi umat muslim terbesar di dunia, dimana beberapa hari besar agama Islam ditetapkan sebagai hari libur nasional. Salah satunya adalah peringatan Idul Adha atau Hari Raya Qurban, yang diperingati setiap tahunnya pada hari ke-10 di bulan Dzulhijah. Pada tahun 2018 ini, 10 Dzulhijah jatuh pada tanggal 22 Agustus. Hari itu warga akan menyembelih hewan ternak, biasanya Kambing dan Sapi sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah, dan membagikannya pada masyarakat yang kurang mampu. Peringatan Idul Adha di Indonesia, tidak hanya ditandai dengan menyembelih hewan Qurban, tetapi ditandai juga dengan berbagai tradisi budaya di beberapa daerah yang merupakan tradisi turun temurun oleh nenek moyang mereka dari generasi ke generasi. Hari ini, kami akan mengangkat beberapa tradisi unik di Indonesia dalam memperingati Idul Adha.

Tradisi Idul Adha yang pertama berasal dari Aceh, yaitu Tradisi Meugang. Tradisi ini sudah dilakukan secara turun temurun sejak jaman kepemimpinan Sultan Iskandar Muda untuk menghormati hari besar Islam seperti Idul Adha dan Idul Fitri. Tradisi Meugang, merupakan tradisi pemotongan hewan secara massal yang kemudian dibagikan pada kaum dhuafa sebagai wujud rasa syukur atas semua nikmat yang diberikan ALLAH SWT pada masyarakat.

Tradisi Idul Adha yang kedua berasal dari Yogjakarta yaitu, Tradisi Grebeg Gunungan yang merupakan ritual tahunan dari Keraton Yogyakarta. Pada peringatan Idul Adha, tradisi ini menampilkan arak-arakan 3 buah Gunungan Grebeg yang terdiri dari berbagai hasil bumi dengan dikawal oleh beberapa prajurit berserta dua ekor kuda, dari Kraton menuju Masjid. Setelah doa bersama, 3 buah gunungan grebeg yang terdiri 1 gunungan lanang, dan 2 gunungan putri akan diperebutkan oleh warga yang hadir. Katanya, gunungan yang diperebutkan bisa mendatangkan berkah seperti yang diceritakan oleh leluhur mereka. Tradisi Grebeg Gunungan dilakukan juga untuk memperingati hari besar agama Islam lainnya seperti Idul Fitri dan Maulid Nabi dengan jumlah Gunungan yang berbeda.

Tradisi Idul Adha selanjutnya berasal dari kota Semarang, Jawa Tengah. Tradisi Apitan atau sedekah bumi Apitan dilakukan dengan cara mengarak tumpeng dan beberapa hasil bumi di jalan raya utama kota. Sama dengan tradisi Grebeg Gunungan di Jogja, tradisi Apitan juga sudah dijalankan secara turun temurun yang bertujuan untuk mengungkapkan rasa syukur kepada yang maha kuasa atas limpahan rezeki kepada warga. Arak-arakan hasil bumi yang tersusun rapi bertumpuk seperti padi, cabe, terong, jagung, tomat dan lainnya itulah bentuk simbol rasa syukur mereka kepada yang maha kuasa karena sudah memberikan hasil panen yang melimpah. Di akhir tradisi Apitan akan dibacakan doa untuk keselamatan warga, kemudian warga akan berebut gunungan hasil bumi yang diarak tadi. Konon katanya mendapatkan hasil bumi yang diarak tadi bisa mendatangkan berkah.

Tradisi berikutnya untuk merayakan Idul Adha adalah Tradisi Jemur Kasur. Tradisi tersebut merupakan tradisi Idul Adha yang berasal dari kabupaten Banyuwangi dan sudah dilakukan selama ratusan tahun. Tradisi ini dipercaya bisa menolak bala dan menjaga keharmonisan rumah tangga. Tradisi Jemur Kasur ini biasanya digelar secara massal menjelang saat Idul Adha yang diawali dengan tarian Gandrung oleh warga Osing, di desa adat Kemiren. Kasur warga Osing Kemiren berbeda dengan kasur pada umumnya, dimana hampir seluruh kasur mereka berwarna hitam dan merah yang biasanya mereka sebut dengan kasur gembil. Warna kasur gembil memiliki makna tersendiri bagi Osing, dimana warna merah melambangkan keberanian dan warna hitam melambangkan sebuah hubungan yang langgeng. Selain itu, tradisi Jemur Kasur digelar untuk menghormati datangnya bulan haji.

22
August

Keindahan alam di Jawa Tengah tidak kalah dengan daerah lainnya yang ada di Indonesia. Sebut saja Karanganyar, ada sebuah air terjun yang sudah cukup terkenal yaitu Grojogan Sewu. Namun, ternyata masih ada satu lagi keindahan alam berupanair terjun yang tersembunyi disini. Namanya adalah Air Terjun Jumog. Air Terjun Jumog kerap disebut sebagai surga yang tersembunyi di Karanganyar. Dikatakan demikian karena letaknya yang berada di balik bukit yang tertutup belukar. Destinasi wisata ini awalnya tidak banyak dikunjungi oleh wisatawan. Namun atas kesadaran warga setempat, jalur menuju lokasi ini dipermudah. Karena itu, kini Air Terjun Jumog menjadi salah satu wisata andalan yang menambah pendapatan penduduk.

di kawasan Air Terjun Jumog, terhampar pemandangan hijau dan pepohonan tinggi yang merupakan perpaduan sempurna. Ditambah suara gemericik air yang menenangkan hati kala menuruni 116 anak tangga hingga sampai ke air terjun. Setelah menuruni tangga, sekitar beberapa meter dari air terjun, ada jembatan kecil. Tempat ini adalah spot yang paling pas untuk menikmati panorama sekitar yang mempunyai ketinggian 30 meter dengan debit air yang cukup deras. Derasnya air terjun menjadikan angin yang berhembus di dekat air terjun terasa kencang.

fasilitas di Air Terjun Jumog terbilang cukup lengkap. Sudah tersedia arena permainan anak, kolam renang, gazebo, area untuk istirahat dan rumah makan. Di sekitar kawasan destinasi wisata ini juga ada beberapa rumah warga yang biasa dijadikan home stay. Tarif home stay cukup bervariasi, mulai dari 50 ribu sampai 250 ribu rupiah per malam.

Air Terjun Jumog terletak di Dusun Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah. Bagi wisatawan yang ingin berkunjung ke tempat ini, arahkan kendaraan anda menuju arah Grojogan Sewu. Setelah sampai terminal Karangpandan, ambil jalur menuju Ngargoyoso. Dari sini sudah banyak petunjuk arah yang akan membantu wisatawan sampai di Air Terjun Jumog.