Saturday, 17 March 2018 14:41

Topang Industry 4.0, Pemerintah Optimalkan Pusat Pengembangan Inovasi

Written by 
Rate this item
(0 votes)

Indonesia memiliki potensi besar dalam pengembangan revolusi industri keempat atau Industry 4.0 yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas produk manufaktur nasional agar lebih kompetitif. Guna mewujudkan sasaran tersebut, diperlukan pusat-pusat inovasi dalam upaya menunjang peningkatan kompetensi sumber daya manusia dan penumbuhan wirausaha baru industri yang siap mengimplementasikan teknologi digital terkini. Demikian dikatakan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto ketika menjadi narasumber pada acara Learning Innovation Summit 2018 di Jakarta, Rabu (14/3).

Airlangga Hartarto mengatakan, pemerintah telah menyiapkan berbagai infrastruktur pendukung. Dalam hal pengembangan industri berbasis digital ini, Kementerian Perindustrian telah memfasilitasi melalui pembangunan gedung inkubasi bagi para pelaku usaha rintisan (startup), antara lain di Bandung Techno Park, Bali Creative Industry Center (BCIC) atau TohpaTI Center, Incubator Business Center di Semarang, Makassar Technopark, dan Pusat Desain Ponsel di Batam. Kawasan-kawasan tersebut menjadi basis inovasi dan kreativitas bagi parapelaku industri di bidang digital yang ingin mengembangkan perangkat lunak, web, aplikasi, film dan animasi, serta program-program digital lainnya.

Menteri Airlangga Hartarto meyakini, perkembangan startup di Indonesia akan tumbuh signifikan seiring momentum bonus demografi yang dialami, karena bisnis ini banyak diminati oleh generasi milenial. Untuk itu, anak-anak muda Indonesia diharapkan bisa menguasai bahasa Inggris, statistik, dan coding atau pengodean. Menurut Menteri Airlangga Hartarto materi ini bisa dipelajari dalam kurun enam bulan, dan Indonesia siap menjadi solusi dalam digital ekonomi.

Menteri Airlangga Hartarto menjelaskan dengan pusat penelitian yang aplikatif, seperti techno park yang dimiliki Kementerian Perindustrian, pemerintah memproyeksikan Indonesia akan menjadi negara ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020 dengan menargetkan 1.000 technopreneur, valuasi bisnis mencapai 100 miliar dolar Amerika Serikat, dan total nilai perdagangan elektronik sebesar 130 miliar dolar Amerika Serikat.

Menteri perindustrian juga menyampaikan, pihaknya tengah menyusun peta jalan mengenai strategi Indonesia menerapkan teknologi Industry 4.0. Teknologi itu di antaranya artificial intelligence, internet of things, big data, robotics dan 3D printing. Menteri Airlangga menyebut ada lima industri mercusuar yang pemerintah siapkan, yaitu indutri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian jadi, otomotif, elektronik, dan kimia.

Menurut menteri Airlangga Indonesia menjadi negara yang potensial untuk tumbuh dan berkembangnya perdagangan elektronik karena menjadi pasar terbesar di ASEAN. Potensi ini didukung dengan jumlah penduduk lebih dari 250 juta jiwa. Penetrasi internet telah menjangkau sebanyak 90,5 juta jiwa dan di antara mereka sekitar 26,3 juta jiwa telah berbelanja secara online. Selain itu, saat ini, di ASEAN ada sekitar tujuh unicorn atau perusahaan startup yang memiliki valuasi di atas 1 miliar dolar Amerika Serikat. Empat di antaranya dari Indonesia, yakni Bukalapak, Traveloka, Tokopedia, dan Gojek.

Menteri Perindustrian menambahkan, kekuatan ekonomi Indonesia dinilai sebagai salah satu pemain kunci dalam mendorong pertumbuhan ekonomi global. Indonesia mampu memberikan kontribusi sebesar 2,5 persen terhadap pertumbuhan dunia, di mana capaian tersebut mengungguli sumbangsih dari Korea Selatan, Australia, Kanada, Inggris, Jepang, Brasil dan Rusia.

 

Read 1041 times Last modified on Sunday, 18 March 2018 08:56