Friday, 19 August 2022 13:57

Pemimpin Militer Myanmar Kecam ASEAN

Written by 
Rate this item
(0 votes)

 

 

(voinews.id)

Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) menjadi sasaran kecaman pemimpinmiliter Myanmar pada Rabu (17/8/2022) kemarin. Kecaman junta militer Myanmar terhadapASEAN berawal dari sikap ASEAN yang mengecualikan para jenderal Myanmar dari pertemuan regional.

ASEAN melarang para jenderal Myanmar menghadiri pertemuan regional karena mereka tidak memenuhi konsensus yang telah disepakati dengan negara anggota ASEAN lainnya. Sementara junta Myanmar menolak tawaran untuk mengirim perwakilan nonpolitik ke pertemuan ASEAN. 

Anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) menyampaikan kecaman terhadap junta Myanmar, karena gagal membuat kemajuan nyata dalam rencana perdamaian yang disepakati dalam pertemuan darurat yg diadakan di Jakarta pada April tahun 2021. Termasuk terlibat dengan oposisi dan penghentian permusuhan. 

Juru bicara junta militer Zaw Min Tun mengatakan, ASEAN melanggar kebijakannya sendiri untuk tidak mencampuri urusan kedaulatan suatu negara. Menurutnya, ASEAN  menghadapi "tekanan eksternal". Namun dirinya tidak menjelaskan lebih lanjut apa yang dia maksud dengan “tekanan eksternal”.

Militer Myanmar telah merebut kekuasaan dari pemerintah sipil dalam kudeta tahun lalu. Sejak itu, militer menghancurkan perbedaan pendapat dengan kekuatan mematikan. Belum lama ini, junta Myanmar telah dikritik karena mengeksekusi aktivis politik dan memenjarakan pemimpin sipil terpilih, Aung San Suu Kyi.

Seperti apa sikap Kamboja sebagai ketua ASEAN tahun ini ? Juru bicara Kementerian Luar Negeri Kamboja, Chum Sounry mengatakan, ASEAN berharap situasi di Myanmar segera kondusif. Dengan kondisi yang kondusif Myanmar dapat kembali bergabung dalam konferensi ASEAN.

Selain ASEAN, beberapa negara barat termasuk Amerika Serikat dan Inggris juga telah menjatuhkan sanksi kepada junta Myanmar atas kudeta tahun lalu.

Untuk mengurangi sanksi, Myanmar tentunya harus lebih terbuka menerima masukan dari anggota ASEAN dan negara lainnya. Mempertahankan prinsip saat ini tentu hanya akan membuat negara itu lebih menderita.

Read 655 times Last modified on Friday, 19 August 2022 15:11