“Lokakarya ini menjadi saksi sejarah, bahwa terlepas dari dunia yang berubah tak terprediksi dan lanskap regional yang berevolusi, para peserta telah menunjukkan komitmen kerja sama yang kuat serta komitmen persahabatan dan musyawarah, untuk bekerja sama dan menjajaki potensi kerja sama di wilayah Laut Tiongkok Selatan,” kata Yayan dalam sambutannya saat pembukaan 32nd Workshop on Managing Potential Conflicts of South China Sea di Anyar, Kabupaten Serang, Banten yang dipantau dari Jakarta, Kamis (24/8/2023).
Dalam kesempatan itu, ia menekankan pentingnya penguatan kolaborasi dan kerja sama untuk menghadapi tantangan-tantangan bersama. Di antaranya ialah terumbu karang di laut tersebut yang berkurang, akibat perubahan iklim dan penangkapan ikan berlebihan.
“Kita harus bekerja sama memaksimalkan penggunaan ilmu pengetahuan, data, teknologi dan inovasi. Dalam konteks ini, lokakarya hari ini memberi landasan penting untuk berbagi pengalaman dan proposal proyek mengenai langkah-langkah kolaboratif menanggapi tantangan-tantangan tersebut,” kata Yayan.
Yayan juga berharap agar para delegasi yang hadir untuk terus memupuk kebiasaan berdialog antarpeserta untuk membuka jalan bagi generasi masa depan. Selain itu, ia pun mendorong adanya upaya kolektif yang dapat dilakukan untuk menjadikan lokakarya ini lebih berdampak.
Sementara itu, Sekretaris Badan Kepegawaian Daerah Banten Nurhayati Nufus yang membacakan sambutan dari Penjabat Gubernur Banten Al Muktabar menyampaikan Laut Tiongkok Selatan sebagai pusat jalur perdagangan utama dunia, namun menyimpan potensi konflik yang besar. Oleh karenanya, ia melihat lokakarya ini menjadi titik awal menjembatani perbedaan dan merangkul kerjasama melalui dialog konstruktif.
“Kami percaya bahwa dialog konstruktif dan kolaborasi yang mendalam akan membuka peluang bagi solusi yang berkelanjutan dan mencegah eskalasi konflik yang merugikan,” katanya.
Lokakarya ini diselenggarakan Kemlu RI bersama Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Center for South East Asian Studies (CSEAS). Kegiatan ini dihadiri delegasi dari 12 negara Asia, yang sebagiannya merupakan negara yang berbatasan dengan Laut Tiongkok Selatan. Beberapa di antaranya ialah Indonesia, Brunei Darussalam, Filipina, Malaysia, Vietnam, hingga Tiongkok dan Taiwan.