Kunjungan Presiden Palestina Mahmoud Abbas ke Rusia saat ini, mungkin akan membuka peluang bagi langkah lanjut penyelesaian masalah Palestina-Israel. Karena itu, apapun hasilnya nanti, kunjungan Mahmud Abbas dan pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, merupakan babak baru dalam perjuangan Palestina mempertahankan keberadaan negerinya dan memperoleh pengakuan dunia melalui Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB).
Dapat dipastikan, dalam pembicaraannya dengan Vladimir Putin, Presiden Palestina akan mengharapkan peningkatan peran Rusia dalam persoalan Palestina-Israel. Presiden Palestina, sangat boleh jadi akan meminta Vladimir Putin menjadi mediator dalam proses perundingan Palestina- Israel, menggantikan peran Amerika Serikat.
Sebagaimana diketahui, pernyataan Presiden AS Donald Trump untuk memindahkan Kedutaan Besarnya di Yerusalem, Palestina, menyebabkan negara-negara pendukung perjuangan Palestina menolak Washington menjadi mediator perundingan. Di sisi lain, Mahmoud Abbas juga akan memanfaatkan pertemuannya dengan Putin untuk meminta dukungan Rusia secara lebih luas di PBB, agar Palestina menjadi anggota organisasi ini. Hingga saat ini, dalam Perserikatan Bangsa Bangsa, kedudukan Palestina hanyalah sebagai peninjau. Walaupun demikian, posisinya terasa semakin kuat, terbukti dengan menangnya mayoritas anggota Majelis Umum menolak keputusan Amerika Serikat memindahkan kedutaannya di Yerusalem. Penolakan hampir semua anggota PBB itu dilakukan dalam sidang Majelis Umum PBB baru baru ini.
Menjadi pertanyaan kemudian, akankah Vladimir Putin menerima usulan Mahmoud Abbas agar Rusia menjadi juru penengah atau mediator perundingan Palestina Israel ? Dari pertimbangan geopolitik, sangat boleh jadi Rusia akan memenuhi permintaan itu. Demikian juga dengan posisi Rusia dalam memberikan dukungan terhadap Palestina di forum Perserikatan Bangsa Bangsa. Rusia boleh jadi memang sedang berharap meningkatkan perannya di Timur Tengah, khususnya dalam peta politik terkait konflik Palestina Israel. Peran ini dapat mendorong peningkatan posisi Rusia di kawasan Timur Tengah. Namun patut diingat, bahwa Rusia di sisi lain adalah juga salah satu sekutu penting Israel. Dan dalam politik, di manapun, ungkapan no free lunch akan tetap berlaku. Karena itu, dengan terus menggalang dukungan dari Rusia, Palestina tidak dapat mengendorkan dukungan negara negara lainnya yang sudah nyata-nyata mendukungnya sejak awal perjuangan bangsa Palestina.