15
August

(voinews.id)

Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB) Arief Satria menyatakan pihaknya siap memberikan totalitas jika telah resmi ditunjuk pemerintah terlibat dalam penelitian cacar monyet dan kian menyebar di sejumlah wilayah. 

 
"Kita terus koordinasi. Begitu ada kabar penunjukan resmi sudah ada, kita akan total," ujarnya kepada ANTARA di Kota Bogor, Minggu.

  

Arief menyebutkan sejauh ini ada dua laboratorium utama yang menjadi perhatian pemerintah dalam penelitian cacar monyet untuk menganalisis penyakit, pencegahan dan penanganan hingga vaksinasi jika dibutuhkan.

  

Dua laboratorium itu ialah Laboratorium Penelitian Penyakit Infeksi Prof. Dr. Sri Oemijati BKPK Kemenkes dan di Pusat Studi Satwa Primata IPB, Bogor.
  
Oleh karena itu, kata Arief, baik sumber daya manusia (SDM), laboratorium maupun pusat konservasi primata IPB di Pulau Tinjil, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten telah dipersiapkan.
  
Cacar monyet merupakan zoonosis yang disebabkan oleh infeksi virus dari genus Orthopoxviridae.
  
"Kita selalu siap mendukung pemerintah dalam mengatasi cacar monyet," ujarnya.
  
Sejak beberapa pekan lalu, IPB telah melakukan rapat-rapat informal bersama pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan untuk melakukan penelitian solusi pencegahan dan penanganan penyakit cacar monyet yang sudah menjadi wabah di dunia.
 
Sementara itu, Badan Kesehatan Masyarakat Kanada (PHAC) hingga Jumat (12/8) mengonfirmasi 1.059 kasus cacar monyet (monkeypox) di negara itu.
  
PHAC mengatakan bahwa dari seluruh kasus terkonfirmasi, 511 kasus di antaranya berasal dari Ontario, 426 dari Quebec, 98 dari British Columbia, 19 dari Alberta, tiga dari Saskatchewan, dan dua dari Yukon.
  
Menanggapi perkembangan penyebab cacar monyet, Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Kesehatan pun mempersiapkan 10 Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) untuk mendukung penelitian penyakit tersebut di Medan, Palembang, Kalimantan, Banjarmasin, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Ambon, Manado, dan Makassar.
  
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkeskit Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu pemanfaatan fasilitas BTKL sebagai laboratorium penelitian virus Monkeypox menambah jumlah jejaring laboratorium yang sebelumnya hanya tersedia dua unit di Kemenkes dan laboratorium primata di Bogor.
 
antara
15
August

 

(voinews.id)Institut Pertanian Bogor (IPB) mengembangkan ayam pedaging  dengan nama IPB D1 yang merupakan hasil  persilangan antara ayam lokal dengan ayam pedaging  luar negeri Parent Stock Cobb yang lebih kuat terhadap penyakit dan bisa dikembangkan di pedesaan untuk menyumbang ketahanan pangan dari sektor hewani. 


Peneliti dari Fakultas Peternakan IPB Profesor Cece Sumantri, di Kota Bogor, Minggu, mengatakan ayam pedaging hasil persilangan terinspirasi dari sulitnya bibit dan pakan ayam pedaging yang selama ini masih impor.

  

"Ayam ini sudah dikembangkan di Sukabumi bekerja sama dengan swasta dan ternyata hasilnya bagus, bobot daging bagus seperti ayam pedaging bibit luar, tetapi juga punya cita rasa ayam lokal yang lebih kuat terhadap penyakit," kata Profesor Cece.

  

Cece menyebutkan komposisi ayam pedaging hasil penelitiannya sudah ada tiga generasi yakni IPB D1, D2 dan D3 yang memiliki keunggulan bobot daging, ketahanan tubuh dan lainnya cukup tinggi, terutama di IPB D3 yang masih dalam pengembangan. Sementara IPB D1 sudah bisa diternak oleh masyarakat luas.

  

Ayam-ayam tersebut merupakan persilangan dari jantan F1 antara ayam pelung dengan ayam sentul dikawinkan dengan betina F1 hasil persilangan ayam kampung dengan Parent Stock Cobb pedaging.

 

  

Secara genetik, ayam IPB D1 mempunyai komposisi gen ayam pelung, sentul, kampung, Cobb, masing-masing sebesar 25 persen. Artinya, komposisi bibit pedaging impor hanya 25 persen.

  

Pada Tahun 2019, Ayam IPB D1 telah ditetapkan sebagai rumpun baru ayam lokal pedaging unggul dengan SK No.693/KPTS/PK.230/M/9/2019. Ayam IPB D1 diklaim memiliki kemampuan tumbuh cepat, kualitas daging baik, dan tahan terhadap penyakit Newcastle Disease (ND) dan Salmonella.

  

Prof Cece melanjutkan, pengembangan ayam IPB D1 sejak tahun 2020 ditargetkan untuk mendapatkan calon galur induk betina IPB D2 (female line). Indukan tersebut diharapkan dapat lebih tahan lagi terhadap penyakit terutama ND. Serta calon galur pejantan IPB D3 (male line) yang lebih cepat tumbuh lagi.

  

“Dengan demikian, akan menghasilkan ayam IPB D1 upgrade yang lebih unggul, baik dalam ketahanan penyakit, pertumbuhan dan kualitas dagingnya terutama kandungan mineral Fe dan Zn pada dagingnya,” kata Prof Cece.

  

Prof Cece optimistis, berkembangnya industri pembibitan, pakan serta teknik budidaya ayam lokal diharapkan dapat mengurangi ketergantungan daging maupun telur dari ayam ras yang bibit dan pakannya masih berbasis impor.

  

Jika itu telah terlaksana merata, kata dia, agribisnis peternakan ayam lokal dapat berkembang dengan baik terutama di pedesaan yang secara langsung akan menggerakkan perekonomian pedesaan.
 
antara
12
August

 

(voinews.id) Indonesia Ocean Justice Initiative (IOJI) mengungkapkan temuan soal terdeteksinya 42 kapal ikan asing (KIA) Vietnam di perairan Indonesia, khususnya Laut Natuna Utara (non-sengketa) pada Juni 2022 berdasarkan hasil pengecekan citra satelit. Senior Analyst IOJI Imam Prakoso dalam jumpa pers daring di Jakarta, Kamis, mengatakan angka tersebut tercatat meningkat sejak Februari 2022.

Selama Juni-Juli 2022, IOJI mendeteksi setidaknya terdapat tiga kapal patroli yang bergerak dari Pelabuhan Vung Tau, Vietnam. Imam menjelaskan, IOJI melakukan analisis pemantauan dengan sumber data AIS (Automatic Identification System) dan citra satelit. Kedua data dinilai saling mendukung jika disatukan dalam analisis karena saling memverifikasi keberadaan kapal asing di ZEE Indonesia. (antara)

12
August

 

(voinews.id)Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 melaporkan laju kasus harian terkonfirmasi positif COVID-19 di Indonesia meningkat 5.532 kasus, dengan penyumbang terbanyak secara nasional berasal dari DKI Jakarta.

Laporan Satgas Penanganan COVID-19 di Jakarta, Senin, menyebutkan akumulasi kasus konfirmasi positif sejak pandemi terjadi di Indonesia pada Maret 2020 berjumlah 6.267.137 kasus.

Provinsi yang menyumbang laju kasus konfirmasi terbanyak di tingkat nasional adalah DKI Jakarta sebanyak 2.218 kasus, Jawa Barat 1.296 kasus, Banten 695 kasus, Jawa Timur 466 kasus, dan Bali 142 kasus. Pada kasus aktif, dilaporkan meningkat 685 kasus sehingga total menjadi 52.729 kasus.

Jumlah orang yang sembuh dari COVID-19 juga mengalami penambahan sebanyak 4.824 orang sehingga total kesembuhan secara nasional menjadi 6.057.237 orang.

Angka kesembuhan terbanyak secara nasional disumbang oleh DKI Jakarta sebanyak 2.381 orang, Jawa Barat 746 orang, Jawa Timur 483 orang, Banten 363 orang.

Satgas Penanganan COVID-19 juga melaporkan penambahan angka kematian akibat COVID-19 hari ini sebanyak 22 jiwa. Selain itu terdapat 54.494 orang yang masuk dalam kategori suspek. Hasil tersebut didapat setelah dilakukan pengujian terhadap 123.519 spesimen di jaringan laboratorium di seluruh Indonesia.

Tingkat positif (positivity rate) spesimen harian adalah 9,7 persen dan untuk tingkat positif orang harian adalah 10,15 persen dari standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) 5 persen.

 

antara