11
December

 

VOinews.id- Capres nomor urut 2 Prabowo Subianto mengaku ingin mewujudkan cita-cita Presiden RI Joko Widodo melakukan hilirisasi di semua bidang agar Indonesia menjadi negara kuat."Beliau (Jokowi) sampaikan, berapa kali, kalau kita tidak hilirisasi tidak mungkin rakyat kita makmur. Tidak mungkin Indonesia menjadi negara kuat, beliau katakan berkali kali," kata Prabowo dalam Konsolidasi Tim Pemenangan Prabowo-Gibran di Sentul International Convention Center (SICC), Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Minggu. Menurut dia, banyak negara lain risau ketika Indonesia melakukan hilirisasi, karena rata-rata negara tersebut menginginkan membeli hasil alam Indonesia dengan harga murah.

 

"Mereka maunya mereka ambil barang kita murah, kemudian bahan kita diolah, kemudian dijual puluhan kali (dari harga) milik kita. Pak Jokowi tegas, tidak mau lagi jual barang barang kita murah," bebernya. Prabowo menjelaskan, Indonesia bisa melakukan hilirisasi bukan hanya dari sektor pertambangan, melainkan juga dari pertanian, perikanan, hingga kehutanan. "Kita tidak mau menjual kekayaan kita murah lagi, puluhan pabrik harus dibangun di Indonesia. Kita tidak mau jadi bangsa UMR (upah minimum regional), kita mau jadi negara yang maju negara yang makmur, anak anak kita harus hidup terhormat," ungkap Prabowo.

 

Antara

10
December

 

 

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bekerjasama Kedutaan Besar Prancis dan Institut Francais d’Indonesia - IFI mengadakan Peringatan hari hak asasi manusia pada 10 Desember. Kolaborasi ketiga institusi tersebut diwujudkan dalam sebuah acara "UNiTE: Diskusi, Konser Musik dan Pertunjukan Seni untuk Mengakhiri Kekerasan terhadap perempuan" di MBloc, Jakarta, Minggu 10 Desember.

Acara ini, menandai hari terakhir dari kampanye global 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan yang bertujuan untuk menggalang aksi demi masa depan bebas kekerasan bagi perempuan dan anak perempuan.

Putu Ayu Saraswati salah satu narasumber dalam diskusi dari United Nations Population Fund - UNFPA  di acara UNITE mengatakan 1 dari 4 perempuan di Indonesia pernah mengalami kekerasan baik secara fisik dan non fisik. Untuk itu UNPF bekerjasama dengan semua pihak terkait terus melakukan edukasi kepada masyarakat tentang bagaimana dan apa yang harus dilakukan mengadapi kekerasan terhadap perempuan. Menurut Ayu Saraswati peran semua pihak termasuk media sangat penting dalam menginformasikan penanganan kekerasan terhadap perempuan juga edukasi terhadap kaum laki.

Insert

Menjadi tanggung jawab bersama kita secara individu, organisasi, pemerintah swasta, media juga punya kewajiban untuk memberikan edukasi dan memberikan informasi yang tepat bukan hanya bagi perempuan sehingga mereka dapat bantuan tetapi juga edukasi untuk laki laki bagaimana cara menjadi laki laki yang sadar akan informasi mengenai kesetaraan,

Putu Ayu Saraswati menambahkan situasi saat ini seperti gunung es dimana yang tampak permukaan hanya sedikit saja yang terlihat dan terjadi tentang kekerasan terhadap perempuan. Namun usaha usaha yang telah dilakukan oleh semua pihak termasuk UNFP, menurut Putu Ayu Saraswati, sudah banyak memberikan hal positif dalam hal mengatasi kekerasan terhadap perempuan. Saat ini, sudah banyak perempuan berani melaporkan apa yang dialami baik di rumah maupun di luar rumah kepada pihak terkait menyusul kekerasan fisik dan verbal yang dialaminya

Pihak yang terlibat dalam Acara "UNiTE" selain Kedutaan Besar Prancis, Institut Français Indonesia (IFI), PBB di Indonesia juga bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Komnas Perempuan dan Yayasan Pulih.

09
December

 

Menlu RI Retno Marsudi saat Press Briefing terkait evakuasi 1 WNI dari Gaza , Sabtu (9/12/2023) Foto : Kemlu RI

 

VOInews, Jakarta: Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia sekali lagi berhasil mengevakuasi satu Warga Negara Indonesia (WNI) keluar dari Gaza. WNI bernama Farid Zanzabil Al Ayubi berhasil dievakuasi pada Sabtu (9/12/2023), sekitar pukul 19:00 WIB.

 

"Pada hari ini, Sabtu 9 Desember 2023 sekitar pukul 19.00 waktu Indonesia bagian barat, kita kembali berhasil mengevakuasi satu WNI atas nama Farid Zanzabil Al Ayubi keluar dari Gaza," kata Menteri Luar Negari Republik Indonesia Retno Marsudi dalam keterangan resmi yang diterima pada Sabtu (9/12/2023) malam di Jakarta.

 

Farid merupakan satu dari tiga relawan Mer-C yang sebelumnya menjalankan tugas kemanusiaan di Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara.

 

"Sejak Rumah Sakit Indonesia tidak beroperasi, Farid beserta relawan Mer-C lainnya berada di Gaza Selatan," jelasnya.

 

Retno Marsudi pun mengungkapkan, Farid telah berada di perbatasan Rafah bersama Tim Evakuasi KBRI Kairo dan dalam keadaan aman.

 

"Saat ini Mas Farid telah berada dengan selamat di perbatasan Rafah wilayah Mesir bersama Tim Evakuasi KBRI Kairo," jelasnya.

 

Retno Marsudi menjelaskan proses evakuasi memerlukan waktu yang panjang dan tidak mudah. Sebagaimana diketahui, selama berlangsungnya jeda kemanusiaan, perbatasan Rafah juga tidak selalu terbuka untuk arus keluar karena prioritas diberikan bagi arus masuk bantuan kemanusiaan.

 

Selanjutnya, Tim Evakuasi KBRI Kairo akan membawa Farid ke Kairo dan akan memfasilitasi repatriasi segera ke Indonesia. Dengan berhasilnya evakuasi tersebut, maka masih terdapat 2 WNI relawan Mer-C yang dengan kemauannya sendiri tetap memilih untuk tinggal di Gaza.

 

"Saat ini mereka dalam keadaan sehat, selamat, berada di Gaza Selatan di sebuah sekolah dekat Rumah Sakit Eropa. Kami akan terus menjalin komunikasi dan memantau keadaan mereka," ungkapnya.

 

Retno Marsudi juga mengatakan kondisi terkini di Gaza sangat berbahaya bahkan saat ini Israel telah menyasar serangan ke Gaza Selatan, terutama di wilayah Khan Younis.

09
December

 

VOInews, Jakarta : Ketua Komite Nasional Indonesia untuk Program IOC/UNESCO Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Wahyu Widodo Pandoe mengatakan isu kebencanaan tidak mengenal batas negara, sehingga sudah seharusnya menjadi tanggungjawab bersama lintas negara.

Demikian pula terkait upaya-upaya pengurangan risiko bencana, menurut Wahyu, perlu kolaborasi masyarakat global, terutama generasi muda dengan ide-de berikut inovasinya.

Hal tersebut dia ungkapkan kepada Voice of Indonesia di sela-sela kegiatan field trip atau kunjungan lapangan peserta The 3rd International Workshop and Training on Youth and Young Professionals in Science, Engineering, Technology, Innovation (SETI) for Disaster and Climate Resillience di Jakarta, Jumat (08/12/2023).

Wahyu Widodo Pandoe, yang juga Ketua Pelaksana kegiatan menyebut kalangan pemuda dan profesional muda khususnya yang ada di kawasan Asia Pasifik merupakan bakal pemimpin global masa depan.

“Oleh karena itu, generasi muda multidisiplin perlu terus mempersiapkan diri dengan pemahaman dan penyamaan persepsi terkait kebencanaan salah satunya melalui lokakarya dan pelatihan secara berkesinambungan yang difasilitasi pemerintah dan organisasi internasional,” tuturnya.

Global, lanjut dia, perlu bersinergi dalam menyiapkan bagaimana pemuda dan profesional muda dengan menguasai sains, engineering, teknologi dan industry, mereka bisa melakukan mitigasi atau observasi terhadap kemungkinan bencana.

“Bencana ini banyak sekali, jadi bukan hanya bencana gempa bumi tapi ada juga bencana yang immediate atau yang seketika seperti gempa bumi tadi dan tsunami atau bencana yang jangka panjang, slow onset disaster. Hal seperti ini yang harus kita persiapkan sejak dini. Jadi yang kita sasar sekarang adalah youth and young professional,” jelasnya.

BRIN, pungkas Wahyu, mengajak periset-periset global untuk bersama-sama dengan periset Indonesia dalam membangun jejaring yang kuat, sehingga dapat memberikan early warning sistem kebencanaan secara berkelanjutan demi mewujudkan ketahanan iklim di masa depan.