13
July

Pertemuan bilateral Menteri Luar Negeri Indonesia dan India di sela-sela pertemuan Post-Ministerial Conference (PMC) ASEAN di Jakarta (13/7) (Foto: Kemlu RI).

 

VOInews, Jakarta: Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengadakan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar di sela-sela pertemuan Post-Ministerial Conference (PMC) ASEAN di Jakarta (13/7). Kedua Menlu sampaikan kepuasannya terhadap kerjasama bilateral yang sudah berjalan.

Kedua Menlu membahas mengenai persiapan KTT ke-43 ASEAN dan KTT G20, yang akan dilakukan masing-masing tanggal 5-7 September 2023 di Indonesia dan 9-10 September 2023 di India. Keduanya sepakat untuk mengintensifkan komunikasi agar kedua KTT tersebut berjalan lancar dan menghasilkan hal yang bermanfaat bagi dunia.

Menlu Retno dan Menlu Jaishankar juga membahas isu Myanmar. India menyampaikan kembali dukungannya terhadap sentralitas ASEAN dan 5 Point Consensus.

Pada tanggal 12 Juli 2023, Menlu Retno telah bertemu dengan Menlu Jaishankar dan Menlu Penny Wong (Australia) dalam format Pertemuan Trilateral. Pertemuan ini merupakan pertemuan kedua, setelah pertemuan pertama diselenggarakan di New York City pada September 2022.

13
July

Indonesia mengajak Jepang untuk bekerja sama mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di ASEAN dalam pertemuan ASEAN-Japan Post Ministerial Conference (PMC) di Jakarta (13/7) (Foto: Kemlu RI).

VOInews, Jakarta : Indonesia mengajak Jepang untuk bekerja sama mengembangkan ekosistem kendaraan listrik di ASEAN. Pernyataan tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam pertemuan ASEAN-Japan Post Ministerial Conference (PMC) di Jakarta, Kamis (13/07/2023).

Terdapat dua area kerja sama yang perlu didorong untuk mewujudkan Indo-Pasifik sebagai pusat pertumbuhan.

Pertama, pengembangan ekosistem kendaraan listrik (EV) di negara ASEAN.

“Kita telah sering membahas hal ini. Sekarang saatnya untuk mewujudkan rencana tersebut menjadi kenyataan. ASEAN dan Jepang akan sama-sama diuntungkan dengan kolaborasi ini,” kata Menlu Retno.

Jepang sedang bertransisi menuju 100% kendaraan listrik pada tahun 2035 dan ingin menjadi pemimpin di industri kendaraan listrik. ASEAN adalah mitra yang tepat bagi Jepang untuk pengembangan baterai kendaraan listrik.

“Jepang dapat mendukung kerja sama ini, termasuk melalui Green Innovation Fund. Ekosistem EV tidak hanya akan membawa kemakmuran di kawasan, namun juga membawa kita selangkah lebih dekat menuju masyarakat bebas karbon,” ujar Menlu Retno.

Kedua, kerja sama dalam menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan. Indonesia percaya Jepang juga menginginkan kawasan Indo-Pasifik yang damai, stabil, dan makmur.

“Kami menginginkan arsitektur regional yang inklusif, di mana seluruh negara dapat merasa aman. Hanya dengan begitu kita dapat fokus menjadikan kawasan kita sebagai pusat pertumbuhan,” kata Menlu Retno.

Peringatan 50 tahun hubungan ASEAN-Jepang tahun ini menjadi momentum untuk memperkokoh kerja sama. Di bidang ekonomi, pertemuan menyambut baik ASEAN Japan Economic Co-Creation Vision guna mendorong berbagai kerja sama di bidang ekonomi digital, pembiayaan inovatif untuk infrastruktur, ekonomi hijau untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, dukungan UMKM, dan penguatan rantai pasok global.

Pertemuan juga mengangkat pentingnya identifikasi kerja sama strategis lainnya, termasuk di bidang transisi energi, sains teknologi, kerja sama kebudayaan dan pariwisata dan pemuda. Di bidang kesehatan, pertemuan mendorong implementasi pendirian Pusat Kedaruratan Kesehatan Masyarakat dan Penyakit Menular ASEAN. Jepang siap mendukung ASEAN yang lebih resilien, termasuk melalui inisiatif AZEC (Asia Zero Emission Community) dan pembangunan infrastruktur yang berkualitas.

Di bidang keamanan, pertemuan menggarisbawahi pentingnya menjaga stabilitas dan perdamaian di kawasan melalui penghormatan terhadap hukum internasional dan prinsip-prinsip Piagam PBB. Ditekankan pentingnya kerja sama mengatasi isu-isu keamanan non-tradisional seperti keamanan siber.

Jepang berkomitmen untuk terus mendukung sentralitas ASEAN, termasuk melalui implementasi ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP). Jepang menyampaikan komitmen pendanaan sebesar USD 100 juta untuk mendukung implementasi AOIP.

Pertemuan menyepakati peningkatan kemitraan ASEAN-Jepang dari Kemitraan Strategi menjadi Kemitraan Strategis Komprehensif yang akan diumumkan pada KTT ke-26 ASEAN-Jepang di Jakarta bulan September mendatang. Menlu Jepang juga mengundang Para Pemimpin ASEAN untuk hadir pada ASEAN–Japan Commemorative Summit di Tokyo pada 16-18 Desember 2023, yang akan mengadopsi dokumen Visi Masa Depan ASEAN – Jepang.

13
July

 

 

VOInews, Jakarta: ASEAN dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT) menyepakati Panduan (Guidelines) untuk mempercepat perundingan Kode Etik (Code of Conduct) di Laut Tiongkok Selatan (LTS). Panduan tersebut diadopsi dalam pertemuan para Menlu ASEAN dengan Direktur Urusan Luar Negeri Komite Pusat Partai Komunis Tiongkok, Wang Yi, di Jakarta, Kamis (13/7).

Menlu RI Retno Marsudi dan Direktur Wang Yi bersama-sama memimpin jalannya pertemuan. Dalam sambutan pembukaan, Menlu Retno menyampaikan bahwa RRT adalah mitra penting ASEAN dalam menjaga perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan Indo-Pasifik selama lebih dari tiga dekade.

Secara ekonomi, RRT adalah mitra dagang terbesar ASEAN. Begitu juga sebaliknya, ASEAN adalah mitra dagang terbesar RRT. Perdagangan keduanya mencapai USD 975 miliar. RRT juga menjadi sumber investasi asing terbesar keempat bagi ASEAN dengan nilai USD 13,8 miliar di tahun 2021.

“Kemitraan kita semakin penting di tengah tantangan yang semakin meningkat,” kata Menlu Retno.

Tahun ini hubungan keduanya menorehkan sejarah penting, yaitu penyelesaian Panduan untuk mempercepat perundingan negosiasi COC yang efektif dan substantif, penyelesaian pembacaan kedua atas draf tunggal perundingan COC, serta peringatan 20 tahun aksesi RRT atas Traktat Persahabatan dan Kerja Sama (TAC).

“Capaian ini harus terus membangun momentum positif untuk mempererat kemitraan yang memajukan paradigma inklusivitas dan keterbukaan, menghormati hukum internasional termasuk UNCLOS 1982, dan mendorong kebiasaan dialog dan kolaborasi,” ujar Retno.

Kedua pihak harus bekerja keras untuk memperkokoh kemitraan tersebut. RRT harus menjadi mitra terpercaya ASEAN dalam merawat arsitektur kawasan yang terbuka dan inklusif.

“Hanya dengan begitu kita bisa mencapai kerja sama yang win-win demi terciptanya perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran bersama di Indo-Pasifik,” kata Menlu Retno.

Menlu Retno minta dukungan RRT terhadap implementasi konkret ASEAN Outlook on the Indo-Pacific (AOIP), termasuk rencana penyelenggaraan ASEAN Indo-Pacific Forum (AIPF) bulan September mendatang.

Sebagai Ketua, Menlu RI juga membacakan pernyataan bersama ASEAN. Hal-hal yang diangkat dalam pernyataan bersama antara lain: pentingnya kepatuhan terhadap TAC, adopsi Panduan percepatan perundingan COC, dukungan terhadap implementasi AOIP, kerja sama ekonomi, penguatan resiliensi kesehatan, dan

people-to-people contact.

Sementara itu, RRT sampaikan dukungan terhadap TAC dan sentralitas ASEAN dalam pembangunan arsitektur kawasan inklusif. RRT juga mengangkat sejumlah area kerja sama prioritas, seperti pertanian, pengembangan kendaran listrik, ekonomi biru, dan people-to-people contacts.

Pertemuan mendorong peningkatan kerja sama ekonomi ASEAN-RRT, termasuk penyelesaian negosiasi Free Trade Areement (FTA) 3.0, untuk memperkuat hubungan dagang dan rantai pasok kawasan. Pertemuan juga menekankan pentingnya revitalisasi konektivitas paska-pandemi, termasuk realisasi komitmen RRT dalam pembangunan infrastruktur kawasan.

Selain itu, pertemuan mendorong kerja sama penanganan perubahan iklim, termasuk untuk memastikan ketahanan pangan kawasan, serta pengembangan energi baru dan terbarukan, dan menyambut baik kemajuan dalam proses negosiasi terkait Laut Tiongkok Selatan (LTS).

Pertemuan juga mengadopsi Guidelines for Accelerating the Early Conclusion of an Effective and Substantive COC.

13
July

foto: Kemlu

VOInews, Jakarta : Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Timor Leste Bendito Dos Santos Freitas di sela-sela pertemuan Post-Ministerial Conference (PMC) ASEAN di Jakarta (13/7).

Kedua Menlu membahas peningkatan kerja sama ekonomi dan isu perbatasan.

Kedua Menlu menegaskan bahwa pembangunan Zona Ekonomi di perbatasan Nusa Tenggara Timur dan kawasan Oe-Cusse Ambeno menjadi prioritas pemerintah kedua negara.

Terkait perbatasan, kedua Menlu sepakat untuk menuntaskan penyelesaian perbatasan darat di dua segmen yang telah lama tertund. Pembahasan batas laut akan dilakukan setelah batas darat dituntaskan.

Menlu Timor Leste sampaikan apresiasi terhadap semua dukungan Indonesia selama ini kepada Timor Leste, termasuk di ASEAN. Sudah menjadi komitmen Menlu Bendito untuk terus bekerjasama dengan Indonesia dalam memajukan hubungan kedua negara.