13
July

 

 

VOInews, Jakarta: Indonesia mengutuk keras aksi pembakaran al-Qur’an yang terjadi di beberapa negara termasuk di Swedia. Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan aksi itu merupakan tindakan provokatif yang sangat menghina umat Islam di seluruh dunia.

“Bapak Presiden, Indonesia mengecam keras pembakaran al-Qur’an di beberapa negara, termasuk di Swedia. Provokasi ini sangat menghina umat Islam di seluruh dunia,” kata Menlu Retno dalam video yang disampaikan kepada Sidang Dewan HAM PBB, Rabu (12/7). 

Retno mengatakan bahwa aksi ini bukan merupakan wujud dari kebebasan berekspresi. Menurutnya, pembakaran al-Quran merupakan tindakan Islamofobia dan kebencian terhadap Islam sebagai agama yang damai.

“Jadi berhentilah menyalahgunakan kebebasan berekspresi,” katanya.

Pasal 20 Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (ICCPR) menyebutkan negara-negara diwajibkan untuk melarang advokasi kebencian agama melalui hukum. Oleh karena itu, menurut Retno, Indonesia mendesak Dewan HAM PBB dan pemegang mandat lainnya untuk memberikan respon keras terhadap aksi pembakaran al-Qur’an ini. 

“Kebebasan berekspresi bukan berarti mendiskriminasi dan menyakiti orang lain,” kata Retno.

Dewan HAM PBB menggelar sidang darurat pada Selasa (11/7), terkait aksi pembakaran al-Qur’an di Swedia. Sidang ini digelar atas usulan Pakistan yang mewakili Organisasi Kerja Sama Islam (OIC) yang meminta negara-negara agar mengutuk serangan yang menargetkan al-Qur’an.

Setelah perwakilan sejumlah negara menyampaikan pidato, sidang Dewan HAM PBB kembali dilanjutkan pada Rabu (12/7) untuk pengambilan suara terkait resolusi yang mengecam pembakaran al-Qur’an. Dari 47 suara yang masuk, 28 negara menyatakan mendukung resolusi, 7 abstain dan 12 negara menolak. 

Bulan lalu, seorang pria bernama Salwan Momika, membakar salinan al-Qur’an di depan sebuah masjid di Stockholm, Swedia. Aksi provokatif ini dilakukan bertepatan dengan Idul Adha dan di bawah perlindungan polisi.

Tindakan itu memicu kecaman luas dari dunia Islam, termasuk Turki, Yordania, Palestina, Arab Saudi, Maroko, Iran, Irak, Pakistan, Senegal, dan Mauritania.

12
July

VOInews, Jakarta :Arab Saudi menjadi negara ke-51 yang mengaksesi Traktat Persahabatan dan Kerja Sama (Treaty of Amity and Cooperation/TAC). Upacara penandatanganan aksesi dilakukan dalam rangkaian Pertemuan Menlu ASEAN (AMM) ke-56 di Jakarta, Rabu(12/07/2023).

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi atas nama ASEAN dalam sambutannya menyampaikan apresiasi terhadap Arab Saudi.

“Arab Saudi menjadi negara ke-51 yang menandatangani TAC. Ini menunjukkan komitmen kuat Saudi untuk mematuhi nilai-nilai dan prinsip-prinsip ASEAN sebagaimana termaktub di TAC," kata Menlu Retno.

Dengan menandatangani TAC, berarti Arab Saudi berkomitmen untuk bekerja sama dan berkolaborasi, mematuhi hukum internasional, dan berkontribusi terhadap perdamaian dan stabilitas di Asia Tenggara dan lebih luas lagi. Nilai-nilai dan prinsip-prinsip ini semakin penting di tengah dinamika geopolitik saat ini.

“Kami ucapkan selamat datang di Keluaga ASEAN kepada Arab Saudi. Bersama-sama kita harus menjadi kekuatan positif untuk perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan Indo-Pasifik," ucap Menlu.

Penandatanganan TAC dilakukan oleh oleh Menteri Luar Negeri Arab Saudi Faisal bin Farhan Al-Saud dan disaksikan oleh para Menlu ASEAN dan Sekjen ASEAN. Sebelum Saudi, negara terakhir yang mengaksesi TAC adalah Ukraina pada tahun 2022. Sedangkan negara pertama di luar ASEAN yang aksesi TAC adalah Papua Nugini pada tahun 1989.

Pembentukan TAC pada tahun 1976 silam, bertujuan untuk mencapai stabilitas politik dan keamanan di Asia Tenggara.

12
July

 

 

 

VOInews, Jakarta: Menteri Luar Negeri Retno Marsudi bertemu Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong dan Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar dalam pertemuan Trilateral Indonesia-Australia-India, di Jakarta, Rabu (12/7).

“Senang bertemu lagi dengan anda sejak pertemuan Trilateral pertama kita di New York, September tahun lalu,” kata Menlu Retno.

Retno Marsudi mengatakan India, Australia dan Indonesia memiliki banyak kesamaan. Menurutnya, ketiga negara merupakan negara demokratis dan menjadi kekuatan positif dalam menghormati hukum internasional dan menjaga stabilitas.

“Saya sangat menghargai dukungan anda terhadap sentralitas ASEAN dan implementasi AOIP,” katanya.

Menlu Retno juga menyatakan dirinya menantikan partisipasi aktif Australia dan India didalam Forum Infrastruktur Indo-Pasifik ASEAN yang akan diadakan di sela KT ASEAN ke-43 pada bulan September.

“Australia adalah anggota Forum Kepulauan Pasifik (PIF) dan kita bertiga adalah anggota Asosiasi Lingkar Samudera Hindia (IORA),” katanya.

Retno mengatakan Indonesia sebagai Ketua ASEAN telah mendapat dukungan dari seluruh negara anggota untuk membentuk kerja sama antara kawasan. Dalam hal ini menurutnya, ASEAN akan menjalin kerja sama antar sekretariat, yaitu Sekretariat ASEAN dengan Sekretariat PIF dan Sekretariat ASEAN dengan Sekretariat IORA.

“Ini adalah kontribusi Indonesia untuk menjadikan Indo-Pasifik sebagai kawasan yang damai dan sejahtera, serta melibatkan negara mitra secara inklusif.

Retno pun menyampaikan harapan agar pertemuan Trilateral Indonesia-Australia dan India dapat mengindentifikasi ide-ide konkret untuk meningkatkan kerja sama praktis di sejumlah bidang, termasuk di bidang ekonomi, maritim, dan ketahanan pangan.

12
July

 

 

VOInews, Jakarta: Indonesia membuka diri untuk komunikasi dan diskusi dengan negara mitra, sambil berharap dapat berkontribusi untuk perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di dunia. 

“Dalam semua dialog, Indonesia selalu konsisten dalam menegakkan hukum internasional dan semua nilai dan prinsip Piagam PBB,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam pertemuan trilateral dengan Menlu Rusia Sergey Lavrov dan Direktur Kantor Partai Komunis China Komisi Pusat Luar Negeri Wang Yi, di Jakarta, Rabu (12/7).

Didalam kesempatan itu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi pun mendorong pentingnya dialog dan kolaborasi, terutama pada saat dunia menghadapi tantangan saat ini. 

“Tentu saja saya akan memanfaatkan kesempatan pertemuan hari ini untuk membahas terutama apa yang bisa kita lakukan bersama untuk perdamaian, kemakmuran, dan stabilitas dunia,” katanya.

Pertemuan Trilateral Indonesia-Rusia-Tiongkok juga dimanfaatkan oleh Menlu RI untuk mendiskusikan sejumlah isu yang terkait dengan ASEAN.

“Saya menantikan untuk mendengar dan berdikusi dengan anda,” tutupnya.