Dewan Masjid Indonesia (DMI) telah meluncurkan program masjid menjadi wisata religi di empat provinsi di Indonesia. Peluncuran dilaksanakan di masjid Cipta Rasa Cirebon. Pada saat yang sama dilaksanakan di tiga provinsi lainnya, yaitu Aceh, Sumatra Barat, dan Nusatenggara Barat. Wakil Ketua Umum DMI Pusat Komisaris Jenderal Polisi Syafruddin, di sela–sela acara bersih-bersih 2000 masjid menyambut Ramadan di Masjid Istiqlal, Jakarta, Selasa (8/5) mengungkapkan setelah meluncurkan di empat provinsi, Dewan Mesjid Indonesia berencana mengembangkan wisata religi berbasis masjid di 10 provinsi yang tersebar di seluruh Indonesia. Untuk mennetukan provinsi yang dinilai tempat mengembangkan program wisata berbasis masjid ini, Dewan Mesjid Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Pariwisata.
‘’Yang sudah ditentukan itu ada sepuluh provinsi, sudah ditentukan oleh Kementerian Pariwisata dengan ikonnya Wonderful Indonesia. Kalau kita ikonnya wisata religi berbasis masjid. Nah kita pertemukan disitu, ada sepuluh provinsi. Tapi saya menginginkan seluruh provinsi, bukan hanya sepuluh provinsi’’, jelas Syafruddin.
Syafruddin menjelaskan Wisata religi berbasis masjid tersebut merupakan salah satu program unggulan yang sedang dikembangkan oleh Dewan Mesjid Indonesia. Ia berharap program wisata religi berbasis masjid ini dapat dikembangkan di seluruh provinsi di Indonesia. (voi/Rezha)
Asosiasi Bangsa–Bangsa Asia Tenggara atau ASEAN merupakan salah satu organisasi regional yang memiliki pengaruh cukup besar bagi dunia internasional. ASEAN yang didirikan setengah abad lalu oleh lima negara di kawasan Asia Tenggara hingga kini terus berkembang dan mampu menghadapi tantangan yang juga terus berkembang seiring dengan perkembangan zaman. Saat ini, tantangan besar yang dihadapi ASEAN adalah kebijakan luar negeri berbagai negara yang inward-looking atau berorientasi ke dalam dan ketidakpastian politik internasional. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (RI) Retno Marsudi kepada awak media di sela–sela Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Global Dialogue ke-1 dan PECC (Pacific Economic Cooperation Council) General Meeting ke-25 di Jakarta, Selasa, 8 Mei.
‘’Intinya adalah kesuksesan ASEAN antara lain akan sangat ditentukan bagaimana ASEAN dapat memelihara kesatuannya dan dapat memelihara sentralitasnya. Tantangannya tidak kecil, karena satu uncertainty banyak sekali, ada tren inward looking dari sejumlah negara dan Alhamdulillah paling tidak sampai KTT ASEAN kemarin pada saat kita bicara mengenai ekonomi, maka tone dari ASEAN masih sangat positif dalam artian ASEAN ingin tetap menjadikan kawasan Asia Tenggara ini sebagai kawasan ekonomi yang terbuka dan adil’’.
Retno Marsudi menambahkan, terkait dengan ASEAN, saat ini Indonesia terus berupaya memberikan kontribusi bagi kawasan regional tersebut. Salah satu bentuk kontribusi yang diberikan oleh Indonesia saat ini adalah menginisiasi berbagai konsep kerjasama ASEAN dengan pihak luar, termasuk konsep kerjasama Indo-Pacific yang baru – baru ini digaungkan di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN di Singapura. Usulan konsep Indo Pasifik ini sebelumnya telah disampaikan Indonesia pada pertemuan retreat Menteri Luar Negeri negara anggota ASEAN, Januari 2018. Indonesia juga telah melakukan komunikasi dengan beberapa mitra dialog mengenai kerjasama Indo - Pasifik. Saat itu, usulan Indonesia tersebut telah dibahas, meski istilah Indo Pasifik tidak dicantumkan secara eksplisit. (Rezha)
Compact Indonesia, program kerjasama pembangunan antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Amerika Serikat untuk mengurangi kemiskinan melalui pertumbuhan ekonomi, pada tanggal 2 April 2018 telah mencapai tahap akhir pelaksanaan. Selama lima tahun dilaksanakan, Compact Indonesia telah berkontribusi pada prioritas nasional dalam tiga sektor utama, yakni Kemakmuran Hijau, Pencegahan Stunting dan Modernisasi Pengadaan. Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia, Bambang Brodjonegoro, dalam acara penutupan Compact Indonesia di Ayana Midplaza, Jakarta, Selasa (8/5).
‘’Program Compact Indonesia ini tepatnya pada tanggal 2 April yang lalu telah mengakhiri masa implementasinya selama lima tahun, sejak 2 April 2013 melaksanakan berbagai kegiatan melalui tiga proyek utama, proyek Kemakmuran Hijau, Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mengurangi Stunting dan Proyek Modernisasi Pengadaan’’.
Bambang Brodjonegoro juga menambahkan, melalui Proyek Kesehatan dan Gizi Berbasis Masyarakat untuk Mengurangi Stunting (PKGBM), Compact Indonesia menjangkau dua juta balita di 11 provinsi, 64 kabupaten dan 5.700 desa. Dari data tersebut, Compact Indonesia telah berhasil menguatkan komitmen pemerintah dari tingkat desa hingga pimpinan tertinggi negara untuk kerja sama lintas sektor demi menangani stunting. (voi/Egi)
Industri pengolahan kopi nasional menyumbang devisa negara hampir 500 juta dolar AS dari segi ekspor atau naik 10 persen pada tahun 2017. Kinerja positif ekspor kopi olahan tersebut lantaran beberapa faktor seperti peningkatan produktivitas di sektor industri dan naiknya harga komoditas. Kementerian Perindustrian Republik Indonesia (RI) terus berupaya meningkatkan ekspor kopi Indonesian di masa yang akan datang. Menteri Perindustrian RI Airlangga Hartarto di sela-sela acara Panen Raya Kopi dan Temu Wicara Pelaku Usaha Kopi di Temanggung, Jawa Tengah, Selasa (8/5) mengatakan, salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan ekspor kopi tersebut adalah melalui produk yang sudah dikemas.
‘’Tahun kemarin naik 10 persen, nah tentu harus kita dorong sampai naik lagi. Seperti dari desa sini kan sudah menghasilkan kopi di dalam packaging dan ini sudah menang dalam bidding contest di Atlanta. Nah itu pembelinya Starbucks’’.
Airlangga menambahkan, ekspor produk kopi olahan dalam negeri didominasi oleh kopi instan, ekstrak, esens dan konsentrat kopi. Produk tersebut diekspor ke beberapa negara tujuan utama yaitu negara-negara Asia Tenggara, Iran, dan Uni Emirat Arab. Indonesia adalah negara penghasil biji kopi terbesar keempat di dunia setelah Brasil, Vietnam dan Kolombia. Produksi kopi Indonesia sebesar 639 ribu ton tahun 2017 atau 8 persen dari produksi kopi dunia dengan komposisi 72,84 persen merupakan kopi jenis robusta dan 27,16 persen kopi jenis arabika. Selain itu, Indonesia juga memiliki berbagai jenis kopi spesial yang dikenal di dunia. (Rezha)