Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) RI Selasa (20/3/2018) melaksanakan Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan Bagi Birokrasi , Akademisi, Tokoh Masyarakat, Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian RI-TNI dan Polri di Ball Room Gamalama Grand Dafam Bela Hotel Ternate. Kegiatan yang dilaksanakan hingga tanggal 27 Maret 2018 tersebut dengan Pemateri Gubernur Lemhanas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo dan Sultan Tidore H. Husain Syah dengan peserta 100 orang dari Pemerintah Provinsi Maluku Utara dan Kota Ternate juga akademisi, Tokoh Masyarakat dan perwakilan TNI dan Polri. Ketua Lemhanas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo kepada RRI Selasa (20/3/2018) mengatakan, kegiatan ini pada intinya merupakan pembekalan untuk bisa saling bertukar informasi dan pengalaman untuk memperkuat nilai-nilai kebangsaan di tengah dinamika perkembangan lingkungan strategis yang semakin berubah dan memberikan tantangan baru. Dikatakannya, kemajuan teknologi terutama informasi ke masa depan harus dipersiapkan dan antisipasi, seperti akan banyak hal-hal yang sekarang ini dilakukan manusia di era digitalisasi, sehingga perlu diantisipasi supaya tidak memberikan pengaruh yang negatif dan tetap mengarah pada nilai-nilai kebangsaan. KBRN
Industri kosmetik nasional mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi hingga lebih dari 20 persen pada tahun lalu. Demikian dikatakan Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto dalam keterangan tertulisnya Senin (19/3). Menurut Airlangga, Kementerian Perindustrian telah menempatkan industri kosmetik sebagai sektor andalan sebagaimana tertuang dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional tahun 2015-2035. Menteri Perindustrian menyebutkan, industri kosmetik di dalam negeri bertambah sebanyak 153 perusahaan pada tahun 2017, sehingga saat ini jumlahnya mencapai lebih dari 760 perusahaan. Dari total tersebut, 95 persen industri kosmetik nasional merupakan sektor industri kecil dan menengah, dan sisanya industri skala besar.
Dari industri skala menengah dan besar, beberapa dari mereka sudah mampu mengekspor produknya ke luar negeri, seperti ke ASEAN, Afrika, Timur Tengah. Pada 2017, nilai ekspor produk kosmetik nasional mencapai 516,99 juta dolar Amerika Serikat, naik dibandingkan tahun 2016 sebesar 470,30 juta dolar Amerika Serikat.
Menteri Airlangga menjelaskan, Indonesia merupakan salah satu pasar kosmetik yang cukup besar, sehingga bisnis ini akan prospektif dan menjanjikan bagi produsen yang ingin mengembangkannya di dalam negeri. Potensi pasar domestik ini antara lain, meningkatnya jumlah populasi penduduk usia muda. Selain itu, seiring dengan perkembangan zaman, industri kosmetik juga mulai berinovasi pada produk kosmetik untuk pria dan anak-anak.
Potensi lainnya adalah tren masyarakat untuk menggunakan produk alami atau back to nature, sehingga membuka peluang munculnya produk kosmetik berbahan alami seperti produk-produk spa yang berasal dari Bali. Menurut Airlangga, produk-produk spa ini cukup diminati oleh wisatawan luar negeri. Menteri berharap, dengan branding yang baik, produk kosmetik nasional dapat mencapai kesuksesan seperti produk-produk kosmetik dari Korea Selatan.
Pameran tiga tahunan ACHEMA 2018, akan kembali digelar pada tanggal 11 sampai 15 Juni 2018 di Frankfurt am Main, Jerman. Pada tahun ini pameran tersebut akan berfokus pada tema proses industri. Indonesia merupakan salah satu negara terpilih untuk dijadikan pasar dari pameran tersebut karena Indonesia merupakan salah satu negara di Asia dengan jumlah pengunjung terbanyak pada pameran ini tiga tahun silam. Melalui pameran ini Indonesia diharapkan dapat memanfaatkan teknologi terkini untuk industri. Hal tersebut disampaikan oleh perwakilan penyelenggara pameran, Thomas Scheuring, dalam konferensi pers di Hotel Mandarin Oriental Jakarta Pusat Senin(19/3).
“ Kami percaya dan berharap bahwa perkembangan positif Indonesia, terutama dalam industri proses, akan memungkinkan bagi kami untuk membuat kontribusi kecil untuk memungkinkan negara Anda memanfaatkan inovasi dan teknologi yang up to date “.
Ia juga menambahkan, bagi siapapun warga negara Indonesia yang memiliki masalah mengenai pengurusan visa, pihak penyelenggara pameran menawarkan kerjasama untuk dapat mempermudah kunjungan ke negaranya yang lebih dikenal sebagai pusat teknologi tersebut. (voi/Egi)
Organisasi non-pemerintah Migrant Care mengecam eksekusi mati terhadap Buruh Migran Indonesia asal Bangkalan, Madura, Jawa Timur yang bekerja di Arab Saudi, Muhammad Zaini Misrin pada Minggu, 18 Maret. Ketua Pusat Studi Migrant Care, Anis Hidayah dalam konferensi persnya di Jakarta, Senin, 19 Maret, mengatakan, eksekusi yang dilakukan oleh Arab Saudi ini cacat hukum karena proses hukum terhadap Zaini Misri masih berjalan. Pemerintah Indonesia sendiri menurutnya sudah menyiapkan saksi kunci untuk proses hukum tersebut.
“ Artinya sebenarnya, eksekusi ini sebenarnya mal-judicial, dalam proses hukum yang masih berlangsung, dimana peninjauan kembali masih dilakukan oleh Pemerintah Indonesia, eksekusi itu dilakukan. Yang kedua, sebenarnya Pemerintah Indonesia juga punya saksi kunci, Sumiyati yang bekerja di majikan yang sama. Nah, dia akan memberikan kesaksian bagaimana hubungan Zaini Misrin dengan majikannya yang selama ini hampir tidak ada persoalan dan itu satu kebetulan saja majikannya meninggal dia ada disana sehingga kemudian dia didakwa yang sebenarnya sama sekali bukan dia yang melakukan “.
Anis Hidayah juga menjelaskan selama pemeriksaan Zaini Misrin dipaksa untuk mengakui bahwa dia melakukan pembunuhan. Ia juga mendapat tekanan dan intimidasi dari Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia. Menurutnya, pihak Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (RI) juga mengalami kesulitan dalam memberi bantuan kepada Zaini karena tidak adanya akses yang diberikan oleh pemerintah kerajaan Saudi Arabia. (VOI/Rezha)