Kedutaan Besar RI-KBRI Washington DC berupaya memastikan keselamatan dan keamanan warga negara Indonesia (WNI) di tengah merebaknya gelombang aksi unjuk rasa di berbagai kota di Amerika Serikat, akibat tindak kekerasan anggota kepolisian yang menyebabkan kematian seorang warga kulit hitam, George Floyd. Secara rutin, KBRI mengadakan pertemuan secara daring yang diikuti berbagai unsur masyarakat Indonesia mulai dari pemuka agama, ketua organisasi masyarakat, profesional, mahasiswa, hingga pegiat seni, sebagai wujud kemitraan antara perwakilan diplomatik Indonesia dengan komunitas WNI di AS.
Menurut Kuasa Usaha Ad-Interim/Wakil Duta Besar RI untuk AS Iwan Freddy Hari Susanto dalam keterangan tertulis KBRI Washington, Rabu, membangun jejaring komunikasi secara proaktif dengan simpul-simpul masyarakat, terlebih lagi di tengah masih meluasnya aksi demonstrasi, menjadi sangat penting sebagai wujud kehadiran negara. Antara
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif fokus mendorong pengembangan industri MICE (meeting, incentive, convention and exhibition) dalam negeri dalam situasi tatanan normal baru melalui penyelenggaraan kegiatan yang memadukan antara event secara online dan offline. Deputi Bidang Penyelenggaraan Event Kemenparekraf/Baparekraf Rizki Handayani dalam keterangannya, Rabu mengatakan, industri MICE memegang peranan penting dalam meningkatkan pendapatan Produk Domestik Bruto (PDB) tanah air.
Rizki Handayani mengatakan, Data dari Event Industri Council pada 2018 menyebutkan, tahun 2017 industri MICE di Indonesia menghasilkan PDB total 7,8 miliar dolar AS dan menciptakan 278.000 lapangan pekerjaan. Namun, kondisi itu belakangan berubah seiring pandemi COVID-19 yang juga memukul industri MICE. Pandemi COVID-19 berdampak kuat terhadap penyesuaian dalam penyelenggaraan pertemuan internasional baik pembatalan, penundaan, perubahan lokasi, dan sebagainya. ANTARA
Belum usai menghadapi pandemi Covid 19, Amerika Serikat diguncang unjuk rasa besar besaran. Jika Covid 19, diatasi dengan lockdown, maka unjuk rasa di negeri itu dibatasi antara lain dengan jam malam, menyusul menyebar dan meluasnya aksi massa di berbagai negara bagian.
Unjuk rasa memprotes tindakan oknum polisi, yang menyebabkan tewasnya warga negara berkulit hitam, George Floyd, telah meledak menjadi kerusuhan dan penjarahan. Protes yang semula berlangsung damai, di berbagai kota berubah menjadi bentrokan dengan aparat kepolisian dan diwarnai tindakan kekerasan. Pengunjuk rasa bahkan membakar mobil polisi, merusak sarana umum serta menjarah toko-toko. Untuk membantu polisi, pemerintah pusat telah mengerahkan sedikitnya 5000 pasukan garda nasional untuk mengamankan keadaan di 15 negara bagian dan Washington DC.
Mengapa unjuk rasa atas kematian George Floyd cepat meluas dan diwarnai kekerasan? Unjuk rasa adalah suatu hal yang biasa di negara demokrasi, apalagi di Amerika Serikat. Kebebasan berpendapat di jamin Undang Undang. Namun cepat meluasnya unjuk rasa tersebut, dapat menjadi penanda persepsi negatif terhadap polisi AS yang dipandang tidak adil dalam menangani warga kulit hitam. Perlakuan brutal anggota polisi tarhadap George Floyd yang menyebar luas melalui media sosial, telah membangkitkan solidaritas dan rasa sepenanggungan. Upaya mengatasi unjuk rasa dengan menggunakan berbagai cara seperti gas air mata dan semprotan air, bisa jadi justru menggugah perlawanan.
Solidaritas yang didasari kesadaran adanya hubungan buruk antara polisi dan komunitas kulit hitam, menyebabkan warga non kulit hitam ikut turun berunjuk rasa. Pengerahan garda nasional, penggunaan peluru karet, gas air mata dan semprotan air, nampaknya tidak menyurutkan semangat berunjuk rasa yang telah merebak bahkan mendekati Gedung Putih.
Menanggapi masifnya unjuk rasa dan terjadinya kekerasan dan penjarahan, Presiden Donald Trump kepada wartawan menyatakan akan menurunkan ribuan tentara bersenjata lengkap. Apakah langkah Trump akan segera meredakan dan mengakhiri unjuk rasa, atau justru dapat meningkatkan skala demontarasi, masih harus ditunggu dalam beberapa hari.
Kedutaan Besar RI (KBRI) di Washington DC, terus mengawasi serta memastikan bahwa semua warga negara Indonesia (WNI) yang berada di seluruh wilayah Amerika Serikat aman sekalipun aksi protes massa terus merebak dalam sepekan terakhir.Wakil Duta Besar RI untuk Amerika Iwan Freddy Hari Susanto, dalam pernyataan yang diterima di Jakarta, Selasa mengatakan, seluruh WNI di Amerika yang berjumlah 142.441 orang saat ini berada dalam kondisi aman dan baik-baik.
Tidak ada laporan terkait WNI yang terdampak akibat demo. Aksi protes mulai muncul di Kota Minneapolis, Negara Bagian Minnesota, pada Selasa (26/5) pekan lalu waktu setempat, sehari setelah peristiwa pembunuhan dalam penangkapan George Floyd, seorang warga kulit hitam, oleh polisi kota itu. Antara