VOI KOEMENTAR Hari ini, 24 Agustus menjadi hari bersejarah dalam perjalanan siaran televisi di Indonesia. Televisi Republik Indonesia –TVRI secara resmi menayangkan siaran perdananya pada 24 Agustus 1962. Siaran pertama TVRI ditandai dengan tayangan perdana Asian Games ke-4 di Stadion Utama Gelanggang Olahraga Bung Karno. Selama seperempat abad, lembaga penyiaran yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Penerangan No.20/SK/VII/61 menayangkan program televisi tanpa saingan.
Pada tahun 1987, stasiun televisi swasta pertama, RCTI secara resmi mengudara. Disusul kemudian oleh SCTV yang mengudara pada tahun 1990. Kedua stasiun siaran komersil ini lahir pada tanggal yang sama 24 Agustus. Setelah itu, dunia siaran televisi di Indonesia semakin marak dengan hadirnya stasiun televisi dengan target penonton masing-masing. Mengutip siaran digital.kominfo.go.id, pada tahun 2021, jumlah stasiun televisi yang bersiaran secara analog di Indonesia mencapai 701. Diharapkan pada November 2022, Indonesia sepenuhnya akan menerapkan sistem penyiaran TV Digital.
Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika melakukan modernisasi siaran televisi Indonesia dengan beralih dari siaran analog menjadi digital. Rencana semula, tahap awal Analog Switch Off (ASO) atau penghentian siaran TV analog dimulai pada 17 Agustus 2021. Dengan beberapa pertimbangan, rencana itu diundur hingga April 2022. Pertimbangan yang mendasari penundaan antara lain Indonesia masih fokus pada penanganan pandemi Covid-19 dan pemulihan ekonomi, serta tahapan persiapan lebih lanjut. Nantinya, masyarakat Indonesia bisa tetap menikmati siaran televisi digital gratis untuk mendapatkan kualitas gambar yang sangat jelas, suara jernih, dan teknologi canggih
Saat ini, cara menonton program televisi, memang tidak lagi duduk di depan televisi. Dengan fasilitas siaran streaming atau video on demand yang dipancarkan website resmi stasiun siaran televisi dan berbagai platform, program acara televisi Indonesia bisa dinikmati di mana dan kapan saja dengan sambungan internet. Ini juga menjadi tantangan bagi stasiun siaran televisi. Karena harus bersaing dengan tayangan kreasi individu atau kelompok yang memproduksi tayangan audio visual. Tetapi sekaligus menjadi kesempatan bagi penyelenggara siaran televisi Indonesia, untuk lebih memancar-luaskan siarannya.
Dalam perjalanan hampir 60 tahun siaran televisi Indonesia, ada harapan program-program televisi Indonesia mengglobal. Indonesia punya kekuatan untuk itu. Keragaman seni, budaya, adat istiadat dan pesona alam Indonesia bisa menjadi daya tarik program televisi bagi masyarakat dunia. Jika hal itu terwujud, potensi sumber daya alam dan manusia, yang dipadu dengan teknologi digital, bukan tak mungkin, pada masanya, program televisi Indonesia yang disajikan dengan menarik akan dinikmati oleh masyarakat dunia.
VOI PESONA INDONESIA 16 Agustus kemarin, Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato kenegaraannya pada Sidang Tahunan MPR RI 2021. Menariknya, pada acara tersebut Presiden Joko Widodo mengenakan pakaian adat Suku Baduy Luar yang ada di provinsi Banten . Jokowi memang kerap memakai pakaian adat pada setiap pelaksanaan Sidang Tahunan MPR RI. Tahun lalu, ia memakai pakaian adat Sabu dari Nusa Tenggara Timur. Dua tahun sebelumnya yaitu tahun 2019, Presiden mengenakan pakaian adat Suku Sasak Nusa Tenggara Barat. Pada sidang tahunan ini, tampak Jokowi mengenakan pakaian berwarna serba hitam dengan ikat kepala atau telekung berwarna biru. Tidak hanya itu, Presiden pun mengenakan tas selempang yang terbuat dari anyaman kulit kayu dan sandal kulit berwarna hitam.
Kantor Staf Presiden (KSP) melalui akun Twitter-nya menjelaskan jika penyiapan baju adat ini dibantu langsung oleh Jaro Saija, Tetua Adat Masyarakat Baduy sekaligus Kepala Desa Kanekes. Dalam akun Twitter Kantor Staff Presiden, dijelaskan pula bahwa Presiden memilih menggunakan pakaian adat suku Baduy sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan pada keluhuran nilai-nilai adat dan budaya suku Baduy. Pakaian adat tersebut terdiri dari Telekung, Kutung, Beubeur dan Samping Aros. Telekung sendiri merupakan ikat kepala. Dalam tampilannya kemarin, Jokowi mengenakan telekung berwarna hitam bercorak gambar biru tua. Telekung ini kerap disebut sebagai Koncer atau Roma dan merupakan kain tenun asli dari masyarakat Badui. Selanjutnya Katung atau Jaman Sangsang, merupakan baju adat berwarna putih berlengan panjang, tanpa kerah. Jokowi memilih mengenakan katung warna hitam, senada dengan warna telekungnya yang juga didominasi warna gelap.
Melengkapi baju adat yang dikenakan olehPresiden Joko Widodo tampak dikenakan pula beubeur. Beubeur merupakan ikat pinggang yang disampirkan di pinggang, beubeur berasal dari kain. Selanjutnya, Jokowi juga menyempurnakan tampilannya dengan Samping Aros, sarung berwarna nila, bergaris putih yang dikenakan sebatas dengkul.
Sejarawan Asep Kambali mengatakan pakaian yang dipakai Presiden Jokowi di Sidang Tahunan MPR itu adalah baju adat suku Baduy Luar. Sebab, baju yang dipakai berwarna hitam dan dijahit rapi mengenakan kancing. Dilansir dari dispar.bantenprov.go.id, warna serba hitam yang melekat pada pakaian adat Suku Baduy Luar melambangkan bahwa mereka tidak lagi murni. Sebab, berbeda dengan Suku Baduy Dalam, Suku Baduy Luar telah mengenal berbagai inovasi dan teknologi yang berasal dari dunia luar, yang tidak diperbolehkan suku Baduy Dalam.
VOI KOMENTAR Peringkat Daya Saing Indonesia di 2021 ini sedikit mengalami peningkatan dari posisi tahun 2020 yang berada di peringkat 40. Survei World Competitiveness Yearbook (WCY) 2021 yang dilakukan oleh Institute Management Development (IMD) menempatkan daya saing Indonesia pada peringkat 37 dari total 64 negara yang didata. Kegiatan survei di Indonesia dilakukan oleh Lembaga Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia yang bertindak sebagai mitra IMD di Indonesia sekitar lima tahun terakhir.
Menurut Lembaga Manajemen tersebut, hasil penilaian peringkat itu didasarkan pada analisis data-data kinerja perekonomian Indonesia sampai tahun 2020 serta penilaian para pelaku usaha terkait persepsi kondisi lingkungan bisnis yang dihadapi. Sementara, metode penilaian daya saing didasarkan dari penilaian 4 (empat) komponen utama meliputi, Kinerja Perekonomian, Efisiensi Pemerintahan, Efisiensi Bisnis, dan Infrastruktur.
Hasil survei yang dilakukan menunjukkan bahwa ada peningkatan peringkat Indonesia pada komponen efisiensi bisnis dan pemerintahan. Peringkat efisiensi pemerintahan mengalami kenaikan dari posisi 31 di tahun 2020 menjadi 26 di tahun 2021. Disebutkan, faktor kebijakan keuangan publik yang cukup efektif merespon kondisi pandemi menjadi komponen yang mendukung kenaikan peringkat ini.
Sementara itu, komponen efisiensi bisnis mengalami peningkatan dari peringkat 31 di tahun 2020 menjadi 25 di tahun 2021 disebabkan oleh optimisme untuk transformasi bisnis ke depan.
Namun, tidak seperti efisiensi pemerintahan dan bisnis, kinerja perekonomian dan infrastruktur mengalami penurunan. Peringkat kinerja perekonomian Indonesia di tahun 2021 berada pada posisi 35, menurun dibandingkan tahun 2020 di posisi 26. Penurunan peringkat didorong oleh kondisi ketenagakerjaan, perdagangan internasional, dan tingkat harga domestik. Peringkat infrastruktur Indonesia juga bergeser dari posisi 55 di tahun 2020 menjadi posisi 57 di tahun 2021, disebabkan oleh faktor kesiapan infrastruktur kesehatan dan pendidikan dalam menghadapi pandemi.
Pandemi Covid-19 memiliki pengaruh yang signifikan pada penurun kinerja perekonomian dan infrastruktur yang menjadi komponen penting dalam penilaian peringkat daya saing. Semoga penanganan Covid-19, terutama percepatan vaksinasi, yang dilakukan pemerintah saat ini akan dapat membuat peringkat daya saing Indonesia yang sudah membaik di tahun ini menjadi lebih baik lagi di tahun depan.
VOI PESONA INDONESIA Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur terkenal dengan keunikan budayanya. Di wilayah ini, ada tarian perang yang diberi nama tarian Tua Reta Lou.Tarian adat ini sudah dikenal dari generasi ke generasi. Tarian ini ada sejak generasi ke-10.Tua Reta Lou adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari kampung Hewokloang-Seusina Raya, meliputi kampung Hewokloang, He'o, dan Kewa-Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur.
Tarian ini menggambarkan teknik berperang dan bagaimana leluhur mereka pada waktu itu mengalahkan lawannya hanya dengan sebatang bambu.Tarian tersebut terdiri atas 3 tarian yang dikombinasikan, yaitu tarian Awi Alu, tarian Mage Mot dan tarian Tua Reta Lou. Tarian itu ditarikan secara beruntun oleh belasan penari perempuan dan laki-laki. Biasanya para penari akan diiringi dengan tabuhan irama gong waning dengan berbagai jenis pukulan. Ketiga tarian tersebut berkaitan dengan ketangkasan perang yang wajib dimiliki oleh setiap laki-laki.
Tarian Awi Alu menggambarkan latihan ketangkasan tubuh bagian bawah. Pada tahap ini para penari akan melompat diantara tongkat-tongkat kayu atau bambu yang dibenturkan oleh penari lain. Selanjutnya ada tarian Mage Mot. Tujuan tarian Mage Mot ditujukan untuk melatih ketangkasan tubuh bagian atas. Pada tarian Mage Mot tongkat akan ditempatkan sejajar dengan leher. Terakhir adalah tarian Tua Reta Lou yang menunjukkan keterampilan mengintai. Pada sesi ini seorang penari pria lengkap dengan pedangnya akan dinaikkan ke sebuah tiang bambu oleh teman-temannya. Si penari akan bertumpu pada ujung tiang dengan perutnya. Ia berputar ke segala arah seperti sedang memantau keadaan sedangkan beberapa penari wanita menari di sekeliling mereka.