Air Terjun Saluopa terletak di desa Tonusu, Pamona Puselemba, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, sekitar 54 kilometer arah tenggara dari Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah. Air Terjun Saluopa juga dijuluki dengan sebutan Air Luncur Saluopa. Karena air terjun Saluopa memiliki sumber mata air dari pegunungan setempat yang sangat jernih serta airnya meluncur deras dari puncak gunung. Ketinggian air terjun Saluopa ini kurang lebih 25 meter. Air terjun ini melewati batuan gunung sebanyak 12 tingkatan yang mengalir hingga ke tingkat paling bawah yang berakhir di sungai kecil di desa Leboni.
Air terjun Saluopa ini sangat jernih dan bersih sehingga batu-batuan yang dilewati oleh aliran air terjun akan terlihat dengan sangat jelas. Tangganya terbuat dari batu, tetapi walaupun sudah terkena air hujan dan sudah berlumut tetapi tangga tersebut tidaklah licin sehingga masih bisa dipergunakan para pengunjung sebagai akses untuk menuju tingkatan-tingkatan air terjun yang lain. Tangga yang terbuat dari batu tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk berfoto. Terkadang diantara air terjun muncul pelangi yang sangat indah. Di tempat objek wisata air terjun saluopa, wisatawan selain bisa menemukan beraneka ragam fauna juga bisa menikmati panorama alam berupa hutan tropis yang sangat indah dan masih asri dengan udara yang segar.
bila anda dari Kota Tentena ingin mengunjungi air terjun Saluopa, anda bisa menggunakan transportasi umum atau kendaraan pribadi yang membutuhkan waktu setengah jam untuk menuju ke lokasi air terjun. Setelah itu anda bisa melanjutkan perjalanan menuju lokasi dengan berjalan kaki sekitar 500 meter. Memang perjalanan agak sedikit menghabiskan tenaga anda, tetapi percayalah begitu anda tiba di lokasi dan melihat keindahan air terjun Saluopa semua akan hilang dan berganti dengan kekaguman. Jika anda berencana berkunjung ke lokasi objek wisata Air Terjun Saluopa dan ingin menginap, disarankan untuk menginap di kota Tentena, karena di sekitar obyek wisata air terjun Saluopa ini belum ada fasilitas penginapan.
Seblak merupakan makanan khas masyarakat Sunda, khususnya Bandung dan sudah ada sejak lebih dari 60 tahun lalu. Camilan bercita rasa pedas dengan aroma kencur yang kuat itu, akhir-akhir ini memang menjadi primadona dan disukai banyak orang. Ada yang mengatakan bahwa Seblak itu berasal dari kata “Nyeblak” dalam bahasa Sunda yang berarti mengagetkan. Diberi nama demikian karena pada sendokan pertama orang dipastikan akan terkejut dengan rasanya yang pedas .
Seblak yang berbahan dasar kerupuk kuning atau kerupuk udang, akhir-akhir ini telah menjadi makanan yang populer. Rasa pedas dengan kerupuk basah dan aroma kencur ini memang membuat banyak orang ingin menikmatinya, terlebih bila dimakan ketika hujan. Awalnya Seblak tradisonal ini bercita rasa gurih dan pedas dan hanya dimasak dengan kerupuk kuning ditambah dengan sayuran, telur, ayam, olahan daging sapi serta kencur. Tetapi seiring dengan perkembangan tren jajanan di kaki lima, dan demi menarik perhatian anak-anak muda, seblak yang mulai populer sejak tahun 2016, disajikan dengan toping yang lebih bervariasi, seperti ceker ayam, makaroni, bakso, tahu, pangsit , sosis, jamur dan lainnya.
Bagi pecinta kuliner yang tidak suka makanan berkuah, masih tetap bisa merasakan lezatnya seblak tetapi dalam bentuk kering. Bumbu-bumbu seperti untuk seblak basah dihaluskan lalu disangrai hingga kering. Setelah itu bumbu ditaburkan pada kerupuk yang sudah digoreng. Seblak kering ini seperti kerupuk yang digoreng, maka bisa juga untuk teman saat menyantap nasi。
Untuk membuat camilan seblak ini tidak susah, hanya perlu menumis bawang merah, bawang putih serta kencur yang sudah dihancurkan menjadi satu kemudian diberi beragam toping, ditambah air dan cabai. Tetapi dengan perkembangan jaman, sudah tersedia juga seblak instan sehingga tinggal seduh dan siap untuk dinikmati.
Pasca kunjungan utusan ASEAN ke Myanmar, penyelesaian krisis di Myanmar belum menunjukkan titik terang. Sekretaris Jenderal ASEAN, Lim Joch Hoi dan Menteri Luar Negeri Brunei Erywan Yusuf, Jumat 4 Juni 2021 berkunjung ke Myanmar dalam rangka mewujudkan Konsensus Petinggi Asean dalam pertemuan di Jakarta. Misi yang secara khusus menemui pemimpin junta Henderal Min Aung Hlaing ini, mendapat kecaman dari pihak pemerintah tandingan yang menamakan dirinya National Unity Government, NUG. Televisi resmi Junta militer Myamnar memberitakan, pertemuan telah membahas mengenai banuan kemanusiaan. Selain itu dikatakan, utusan ASEAN juga membahas rencana pemilu dengan Jendral Min Aung Hlaing yang dijanjikan manakala situasi sudah kondusif.
Pemerintah tandingan NUG menanggapi pertemuan beserta hasilnya dengan skeptis. Mereka kecewa karena sebagaimana pada pertemuan tingkat tinggi di Jakarta, pihak pemerintahan bayangan tidak diundang. Dalam kunjungan dua utusan ASEAN ke Myanmar Jumat lalu, mereka juga tidak mendapat kesempatan untuk bertemu.
Keraguan pihak NUG kepada hasil pertemuan ASEAN cukup beralasan. Setelah KTT ASEAN di Jakarta di bulan April, pihak junta militer masih terus melakukan kekerasan terhadap para pengunjuk rasa. Paling tidak 800 pengunjuk rasa dan masyarakat sipil telah tewas akibat tindakan militer dalam menangani unjuk rasa sejak kudeta militer 4 bulan lalu. Pemimpin junta nampaknya merasa bahwa hasil pertemuan tingkat tinggi Jakarta yang berupa consensus, bukanlah keputusan yang mengikat dan harus dilaksanakan. Sepulang dari Jakarta 24 April lalu, penguasa militer Myanmar bahkan menangkap 3000 orang anti pemerintah dan menewaskan setidaknya 200 warga.
Di sisi lain, negra anggota ASEAN pun bersifat mendua dalam hal bersikap kepada penguasa militer Myanmar. Dikabarkan, Singapura dan Thailand telah mulai bekerjasama dengan pemerintah militer dengan melakukan investasi. Sikap ASEAN memang tidak setegas negara Uni Eropa dan Amerika Serikat yang mengecam keras tindakan junta dan melakukan embargo terhadap akses ekonomis pejabat militer Myanmar.
Tidak dilibatkannya unsur NUG oleh ASEAN dalam upaya mencari solusi di Myanmar, selain menimbulkan apatisme terhadap ASEAN juga menguatkan perlawanan terhadap junta. Situasi ini dikhawatirkan dapat dijadikan alasan penguasa militer melakukan tindakan keras kepada pengunjuk rasa dan menunda pemilu karena situasi dianggap belum kondusif.
Untuk ASEAN, prinsip non intervensi, serta sikap mendua beberapa anggotanya karena kepentingan kerjasama investasi dan ekonomi, menjadi penyebab tiadanya sikap tegas dan tindakan lebih nyata.Dalam hal inilah sesungguhnya ASEAN perlu kembali bersama menyatakan komitmennya untuk secara bersungguh sungguh mengatasi krisis di salah satu negara anggotanya itu. Hal ini tak lain guna mencegah terjadinya perang saudara yang dapat mencabik cabik negara itu serta membuat rakyatnya lebih menderita.
Pasca Pemilihan Umum yang kembali menetapkan Bashar al Assad sebagai Presiden Suriah, negara itu masih saja menjadi ajang perebutan pengaruh Rusia, Uni Eropa dan Amerika Serikat.
Sebagaimana diketahui, dalam Pemilu yang dilaksanakan Rabu pekan lalu, Bashar Al Asaad meraih 95 persen suara dan menjadikannya Presiden Suriah untuk masa jabatan ke empat. Ketua Parlemen Suriah Hammouda Sabbagh dalam konferensi pers menyatakan 78 persen pemilih telah memberikan suaranya. Dengan terlaksananya Pemilu itu, pemerintah Suriah menegaskan bahwa sesungguhnya negara berjalan normal walaupun ada konflik bersenjata yang sudah berlangsung 10 tahun, dan sedang dilanda Covid 19.
Hasil Pemilihan Umum yang mendudukkan kembali Bashar Al Assad itu mendapat kecaman negara negara Uni Eropa dan Amerika Serikat. Sebelum pemilu dilaksanakan, Uni Eropa dan Amerika Serikat mengeluarkan pernyataan bersama yang menilainya sebagai rekayasa Bashar Al Assaad. Perserikatan Bangsa Bangsa telah menyerukan agar Pemilu di Suriah dilaksanakan dengan pengawasan internasional. PBB mengharapkan dengan demikian hasil pemilu akan dapat mendorong lahirnya undang undang baru yang menjadi jalan bagi penyelesaian konflik.
Alih alih mengecam pelaksanaan dan hasil pemilu, Rusia yang merupakan sekutu Bashar Al Assad menyambut hasil pemilu yang kembali mendudukkan Bashar Al Assad sebagai Presiden Suriah. Dengan kemenangannya itu Bashar Al Assad akan memerintah 7 tahun lagi dan melanjutkan kekuasaan keluarga Al Assad yang sudah berlangsung selama setengah abad. Ayah Bashar yaitu Hafez Al Assad sebelumnya memerintah Suriah selama 30 tahun hingga tahun 2000. Konflik berdarah di Suriah itu dimulai pada tahun 2011 pada masa pemerintahan Bashar Al Assad. Aksi unjuk rasa sejalan dengan phenomena Arab Spring akhirnya menjadi perang saudara yang kemudian menarik negara negara pendukung dan penentang Bashar Al Assad. Akibatnya jutaan penduduk mengungsi, ribuan meninggal dunia dan rakyat Suriah hidup dalam kemiskinan.
Pemilu yang banyak dinilai penuh kecurangan dan kontroverial itu dapat diperkirakan tidak akan dapat menyelesaikan konflik berdarah yang juga merusakkan infrastruktur serta peninggalan sejarah yang indah. Tidak adanya penyelesaian internal serta pangaruh dan campur tangan negara asing, akan menjadikan negara yang dulu bernama Syam dan dikenal makmur dan sejahtera itu masih akan terus tercabik cabik dengan rakyat yang menderita.