Pasukan asing di bawah komando negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO) akan menarik diri dari Afghanistan dalam koordinasi bersama dengan tentara Amerika Serikat pada 11 September 2021 mendatang. Hal itu disampaikan oleh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Brussel, Belgia, pada Rabu, 14 April 2021. Jerman juga mengatakan akan menyamai rencana Amerika Serikat untuk pergi dari Afghanistan setelah 20 tahun perang. Penarikan ini akan menutup buku tentang sejarah perang terpanjang Amerika. Di sis lain, ara kritikus menilai bahwa perdamaian tidak ada artinya setelah pertempuran dua dekade di Afghanistan.
Ketika rencana Biden untuk mengumumkan penarikan pasukan AS diungkap, komunitas intelijen AS pada Selasa (13/4) menyampaikan kembali kekhawatiran mendalam mereka tentang prospek pemerintah di Kabul yang didukung AS. Kedatangan pasukan NATO ke Afghanistan pada Oktober 2001 lalu bertujuan untuk menggulingkan rezim Taliban, mengusir Al-Qaeda keluar dari negara itu, dan meletakkan dasar bagi "perang melawan terorisme" global. Sekarang, dengan keluarnya Amerika dan NATO dari Afganistan, apakah berarti persoalan terorisme global telah selesai?
Sebenarnya Amerika sejak dibawah kepemimpinan Donald Trump telah berencana menarik mundur seluruh pasukan Amerika di Afghanistan. Sempat menjadi pertanyaan, apakah Joe Biden akan mengikuti niat atau semangat Donald Trump dalam hal ini. Dalam masa kepemimpinan Trump, pemerintah AS mencapai kesepakatan dengan Taliban untuk mengurangi jumlah pasukan AS secara bertahap hingga nol, pada Mei 2021. Kini, Biden menganjurkan untuk mempertahankan pasukan kontraterorisme kecil di Afghanistan sebagai cara untuk memastikan bahwa kelompok ekstremis seperti Al-Qaeda tidak dapat melancarkan serangan di AS.
Rencana Biden, pasukan AS di Afghanistan akan ditarik pada tanggal 11 September 2021. Pemilihan tanggal ini sangat simbolis, karena menandai 20 tahun serangan Alqaidah di Amerika Serikat.
Yang perlu menjadi renungan adalah, setelah 20 tahun perang melawan terorism, berapa jumlah orang yang tewas dan biaya/ anggaran yang terbuang sia-sia? Baik dari sisi manusia maupun aspek ekonomi, langsung maupun tidak langsung, Amerika maupun dunia harus menanggung biaya yang tidak sedikit pasca perang. Bagaimana cara negara-negara terkait menebus kerugian yang sudah terjadi? Apalagi, mau tak mau selalu ada dampak pada negara2 lain.
Dua kekuatan besar dunia unjuk kekuatan di Laut China Selatan. Rasanya demikian ungkapan yang dapat digunakan sehubungan peningkatan armada Amerika Serikat dan Tiongkok di Laut China Selatan. Sebagaimana diberitakan media massa internasional, selama akhir pekan lalu, kegiatan militer yang dilakukan Tiongkok dan Amerika Serikat di Laut China Selatan meningkat.
Beijing akhir pekan lalu telah megirim kapal induk Liaoning menuju perairan Laut China Selatan. Sementara Amerika Serikat dan Filipina pun telah mempersiapkan Latihan militer gabungan di Kawasan laut yang menjadi sengketa tersebut. Bersamaan dengan itu Washington dan Manila juga membicarakan kemungkinan ditingkatkannya Kerjasama pertahanan kedua negara.
Gerakan militer maupun wacana diplomatik yang dilontarkan menunjukkan adanya niatan, baik oleh Amerika Serikat maupun Tiongkok, untuk berebut pengaruh di Kawasan Indo Pasifik. Eskalasi Gerakan militer kedua negara ini tidak hanya ditunjukkan di kawasan laut China Selatan, melainkan juga di Laut China Timur. Isu Taiwan menjadi alasan bagi kedua negara untuk saling mengerahkan pasukan di laut. Amerika Serikat menghadirkan kapal Induk USS Theodore Rooseevelt dan Nimits di Laut China Timur, sementara Tiongkok pun mengimbanginya dengan kegiatan Latihan militer di selat Taiwan. Dapat dikatakan bahwa hubungan Amerika Serikat dengan Tiongkok pasca pemerintahan Donald Trump belum menampakkan adanya perubahan yang signifikan. Dalam situasi ini, kebijakan politik luar negeri Amerika Serikat pada era Biden -Harris pun menjadi menarik perhatian.
Menurut visi Biden, Kebijakan Luar Negeri Washngton adalah menjadikan Amerika Serikat kembali sebagai pemimpin global, baik secara geo poltik maupun geo ekonomi, dengan salah satu fokusnya adalah Indo Pasifik. Haluan politik luar negeri Biden- Harris ini tentu menjadi perhatian Beijing. Tiongkok tentu harus melakukan upaya mengimbangi gerakan Amerika Serikat dalam mewujudkan visi politik luar negerinya.
Memang ada petunjuk kedua negara besar ini akan mengendorkan perang dagang yang memuncak pada tahun tahun terakhir pemerintahan Donald Trump. Namun hubungan keduanya pada awal pemerintahan Biden tentu belum sepenuhnya menjadi harmonis.
Dalam perspektif inilah dapat dipahami terjadinya gerakan militer baik di laut China Selatan maupun Laut China Timur.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Kanselir Jerman Angela Merkel secara bersama meresmikan pembukaan Hannover Messe 2021 Digital Edition, secara virtual, Senin (12/4). Pameran berlangsung hingga 16 April. Peresmian yang dilakukan oleh kedua pemimpin ini menandakan dimulainya pameran terbesar dunia untuk teknologi industri yang telah berjalan selama 72 tahun.
Dalam pidatonya, Presiden Joko Widodo mengatakan, sebuah kehormatan bagi Indonesia menjadi negara mitra pada Hannover Messe 2021 untuk kedua kalinya setelah 26 tahun lalu. Dia menyampaikan, tema transformasi teknologi yang diusung Hannover Messe kali ini sangat relevan dengan situasi pandemi COVID-19 yang tengah dihadapi oleh banyak negara saat ini.
Dalam pameran yang berlangsung secara digital ini, Indonesia bertindak sebagai negara mitra atau official partner country. Indonesia menjadi satu-satunya negara ASEAN yang pernah mendapat kehormatan tersebut. Hal ini mendukung upaya penjenamaan atau branding Indonesia sebagai salah satu kekuatan baru ekonomi dunia dan pelaku manufaktur global.
Partisipasi Indonesia dalam pameran industri Hannover Messe juga sejalan dengan inisiatif strategis peta jalan industri nasional “Making Indonesia 4.0” yang telah diluncurkan oleh Presiden Joko Widodo pada 4 April 2018 lalu. Dalam pidatonya, Presiden Joko Widodo menjelaskan, ada tiga hal utama yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia dalam menyiapkan implementasi Industri 4.0. Pertama, penguatan sumber daya manusia. Kedua, penciptaan iklim investasi yang kondusif, dan ketiga, investasi pada pembangunan hijau. Dalam kesempatan tersebut, Presiden Joko Widodo mengundang Jerman untuk berpartisipasi dalam pembangunan hijau.
Partisipasi Indonesia sebagai negara mitra dalam Hannover Messe menunjukkan bahwa dunia, khususnya negara maju seperti Jerman masih menaruh kepercayaan terhadap kemampuan industri dan teknologi Indonesia. Di tengah pandemi yang mengguncang industri sebagai salah satu pilar ekonomi, industri Indonesia masih dapat bertahan dan terus menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman.
Keberhasilan penyelenggaraan Hannover Messe tahun ini juga sangat penting bagi posisi Indonesia dan Jerman ke depan. Hal itu mengingat tahun 2022, Indonesia mendapat giliran memimpin kelompok negara G20, sedangkan Jerman menjadi ketua kelompok negara G7. Selain itu, keberhasilan pameran ini akan menambah kepercayaan dunia terhadap kepemimpinan kedua negara dalam masing-masing kelompok nantinya.
Saat ini, masyarakat Indonesia sedang menunggu keputusan Pemerintah kapan dimulainya 1 Ramadhan 1442 H melalui hasil sidang Isbat. Umat Muslim akan mengetahuinya setelah adanya penetapan oleh pemerintah melalui sidang isbat. Sidang isbat penentuan 1 Ramadhan 1442 H akan digelar oleh Kementerian Agama mulai Senin sore ini. Pelaksanaan sidang isbat di antaranya akan melibatkan Tim Unifikasi Kalender Hijriyah Kementerian Agama, Duta besar negara sahabat, perwakilan ormas, LAPAN, BMKG, dan undangan lainnya. Selain itu, akan hadir pula perwakilan ormas Islam seperti NU, Muhammadiyah, Persis, dan Al Washliyah. Kemenag menyebutkan, sejumlah pemantau hilal akan diturunkan di 86 lokasi dari 34 provinsi di Indonesia. Terlepas dari hal itu, hal yang perlu dipantau adalah kesiapan pangan selama Ramadhan ini.
Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi mulai menyoroti ketersediaan bahan pokok mulai bulan Ramadhan hingga Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah. Dia mengatakan, persiapan itu dilakukan lebih awal demi menjaga keamanan stok bahan pokok pada hari besar tersebut.
Adapun komoditas yang mulai dipersiapkan ketersediaannya dari sekarang adalah gula, daging, dan beras. Menteri Muhammad Lutfi memastikan bahwa barang-barang pokok seperti gula, daging, dan beras cukup tersedia menghadapi bulan Ramadhan, H-100, dan Hari Raya Idul Fitri atau H-130. Ditengah pandemic Covid-19, daya beli masyarakat masih cenderung lemah, terlepas ketersediaan barang di pasaran. Selain itu, kondisi kebencanaan yang terjadi belakangan ini membuat masalah semakin kompleks. Bisa jadi di beberapa wilayah ketersediaan barang akan menjadi langka dan mahal dengan kondisi seperti ini. Belum lagi beberapa wilayah di Tanah Air menghadapi cuaca atau iklim yang dapat mengganggu produksi dan distribusi. Namun, pemerintah dalam beberapa tahun terakhir berhasil menjaga stok dan stabilitas harga kebutuhan pokok. Pada periode 2019 hingga 2020, misalnya, hal tersebut dinilai berjalan sangat baik karena seluruh pihak telah berkolaborasi untuk mengantisipasi ketersediaan dan stabilisasi harga.
Data Kemendag menunjukkan bahwa pada 2019 hingga 2020, inflasi pada bulan puasa dan Lebaran kurang dari satu persen. Selain itu, inflasi volatile food pada Ramadan dan Lebaran 2021 mendekati 2 persen. Faktanya adalah harga sejumlah bahan pokok mengalami kenaikan harga pada satu pekan sebelum Ramadhan. Kenaikan salah satunya terlihat jelas pada komoditas cabai rawit. Berdasarkan pantauan di Pusat Informasi Harga pangan Strategis (PIHPS) pada Senin (5/4), rata-rata harga cabai rawit di seluruh pasar di Indonesia mencapai Rp 112.650 per kilogram. Itu naik Rp9.650 dibandingkan Senin (26/3) lalu. Kondisi sama juga terjadi untuk cabai rawit merah dan hijau. Pada awal pekan ini, rata-rata harga cabai rawit merah mencapai Rp121.050 per kilogram, naik dibandingkan awal pekan lalu yang Rp118.950.
Tentunya, diharapkan harga-harga komoditi penting tetap bisa dikendalikan selama Ramadhan ini, sehingga kondisi yang sudah memberatkan masyarakat seperti pandemic dan bencana alam tidak semakin berat dirasakan oleh masyarakat Indonesia selama Ramadhan ini.