VOI WARNA WARNI Bagi anda yang berkunjung ke kota Surabaya, Jawa Timur, nantinya perjalanan anda akan semakin nyaman mengelilingi kota Pahlawan ini, karena pemerintah kota Surabaya segera mengoperasikan transportasi massal bernama SUROBOYO BUS. 8 armada bus baru ini diproyeksikan menjadi trunk atau angkutan pendukung angkutan massal cepat (AMC) trem dan LRT (Light Rail Transit). Pemerintah Kota Surabaya sudah mencoba Suroboyo Bus ini dari halaman Taman Surya Pemkot Surabaya, menuju Jembatan Suroboyo 29 Desember lalu. Bus baru ini, akan melayani rute Terminal Purabaya (Bungurasih)-Joyoboyo-Tunjungan Plaza-Siola PP (Pulang Pergi).
Suroboyo Bus memiliki kelebihan tersendiri, khususnya di bagian dalamnya memiliki fasilitas LED untuk informasi, full AC, serta tempat duduk yang terpisah khusus wanita, pria dan juga tempat duduk untuk ibu hamil dan difabel. Pemisahan area tersebut untuk meminimalisir tindak pelecehan seksual di dalam bus. bus ini juga sangat ramah bagi penyandang disabilitas. Ada tombol khusus dekat pintu masuk yang jika dipencet, asisten pengemudi bus akan membantu penyandang disabilitas masuk ke bus. Pada bagian bawah pintu masuk, terdapat tuas yang jika ditarik dapat dilewati oleh kursi roda. Bus yang memiliki panjang 12 meter dan lebar 2,4 meter ini, mampu menampung 67 penumpang. Untuk kenyamanan penumpang, pintu bus akan terbuka secara otomatis dan jika pintu belum tertutup maka bus ini tidak akan berangkat. Penumpang yang hendak masuk ke dalam bus ini juga tinggal melangkah karena ketinggian pintu masuk bus selevel dengan pedestrian.
Terkait teknologi, Suroboyo Bus terbilang canggih. Bus ini dilengkapi 9 CCTV di setiap sudut pada bagian dalam bus dan 3 kamera pada bagian luar untuk memberikan rasa aman bagi para penumpang. Untuk keadaan darurat, bus ini sudah dilengkapi dengan sistem panic button. Jika ada kondisi kebakaran atau kecelakaan, pengemudi bus dapat menekan tombol tersebut, maka alarm akan berbunyi dan pintu bus akan terbuka otomatis. Suroboyo Bus juga bisa dikatakan anti macet, karena Suroboyo Bus telah terintegrasi dengan sistem pengaturan traffic light, yang otomatis akan berubah menjadi hijau jika bus ini melintas. Bus dengan semua kecanggihan teknologinya ini direncanakan paling lambat beroperasi Mei 2018 mendatang. Dora
VOI PESONA INDONESIA Kampung Tugu merupakan sebuah kampung yang berlokasi di wilayah kecamatan Koja, Jakarta Utara. Uniknya, sebagian besar warga Kampung Tugu merupakan keturunan orang Portugis, yang dijadikan pekerja dan serdadu di zaman Belanda. Ratusan tahun mereka menetap disana, menikah dan berakulturasi dengan penduduk lokal. Di kampung ini, hinggi kini masih bisa dijumpai berbagai peninggalan masyarakat Portugis, antara lain adalah Gereja Tugu serta tradisi yang diturunkan dari generasi awal. Salah satu tradisi yang masih dipertahankan hingga sekarang adalah tradisi Rabo-Rabo. Tradisi ini biasanya digelar untuk menyambut Tahun Baru.
tanggal 1 Januari lalu, masyarakat Kampung Tugu menggelar Tradisi Rabo-Rabo. Rabo dalam bahasa Portugis berarti ekor. Saat tradisi ini berlangsung, masyarakat bernyanyi dan bermain musik keroncong Tugu sambil berkeliling ke rumah tetangga. Ketika sampai di rumah warga, mereka akan langsung berciuman pipi kiri dan kanan dengan keluarga rumah yang didatangi, bernyanyi, berjoget, sembari makan camilan, dan minum. Setelah selesai dua sampai empat lagu yang dimainkan, mereka berkunjung ke rumah warga lain.
Uniknya, warga yang rumahnya dikunjungi kemudian harus mengekor pada rombongan. Mereka bergabung untuk ikut menari dan mengunjungi rumah berikutnya. Hal ini terus-menerus dilakukan hingga rumah terakhir, sehingga tak heran jika jumlah rombongan akan semakin bertambah banyak. Dalam rombongan ini tentunya terdiri dari perempuan, laki-laki, tua, maupun muda. Semua berbaur dalam keakraban yang hangat. Memang tradisi ini digelar untuk mempererat tali persaudaraan antar warga. Tradisi inilah yang membuat warga Kampung Tugu hingga kini tetap hangat, kompak dan bersahabat satu sama lainnya.
Sebelum memulai Tradisi Rabo-Rabo biasanya warga akan melaksanakan kebaktian ibadah bersama di gereja. Di Kampung Tugu, semua kegiatan harus diawali dengan berdoa. Selesai berdoa rombongan pemusik akan bergerak mengunjungi rumah pertama yang sudah disepakati sejak awal. Puncak tradisi ini digelar tanggal 7 Januari kemarin, dimana semua warga menggelar kegiatan mandi-mandi. Mereka akan mencoreng bedak ke wajah sebagai tanda saling memaafkan kesalahan-kesalahan sepanjang tahun kemarin. Dora