VOI WARNA WARNI Setiap sektor dan industri merasakan dampak dari pandemi Covid-19, termasuk industri mode. Karenanya diperlukan kreatifitas dan dukungan semua pihak agar industri mode tanah air tetap terus bertahan. Untuk itu digelar perhelatan Nusantara Fashion Festival (NUFF 2020), yang berlangsung selama bulan Agustus ini. Ini merupakan perhelatan mode virtual terbesar di Indonesia. Nusantara Fashion Festival - NUFF 2020 bertujuan untuk memperlihatkan talenta dan karya pegiat mode serta kualitas produk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Indonesia. Selain itu NUFF juga menjadi bukti bahwa ekosistem digital dapat menjadi media untuk berkolaborasi dan mempresentasikan karya mode. NUFF 2020 juga akan mempersembahkan inovasi digital terbaru.
berkolaborasi dengan lebih dari 300 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) serta pegiat industri mode seperti desainer tanah air dan label lokal, NUFF akan menjadi panggung untuk merek-merek lokal. Diharapkan, keterlibatan UMKM dalam kegiatan ini apat menjadi sarana promosi sekaligus membantu penjualan produk lokal buatan Indonesia. CEO Samara Media & Entertainment sebagai penyelenggara gelaran ini, Ben Soebiakto mengatakan, NUFF 2020 akan menghadirkan konsep ekosistem online yang terintegrasi, mulai dari live streaming sampai e-commerce, yang dapat dimanfaatkan sebagai platform bagi UMKM serta pelaku industri mode untuk bertemu, berkolaborasi, dan bertumbuh bersama. Setiap desaner akan tampil di panggung virtual dengan tema berbeda. Beberapa desainer ternama yang terlibat antara lain Sebastian Gunawan, Didi Budiardjo, Ghea Panggabean, Eddy Betty, dan masih banyak lagi.
Virtual Fashion Show dan Virtual Gala Show pada 16 dan 17 Agustus 2020 akan mempresentasikan karya dari 75 desainer dan label mode dalam rangka merayakan Hari Ulang Tahun/ HUT Republik Indonesia ke-75. Selain itu, ada juga Fashion Talks yang menghadirkan lebih dari 50 pembicara. NUFF 2020 juga akan menggelar pengumpulan dana Charity Auction sebagai bentuk dukungan terhadap pelaku industri mode yang terkena dampak dari pandemi. Program ini akan melelang produk mode hasil kolaborasi spesial antara seniman dan label lokal. Seluruh rangkaian NUFF 2020 ini dapat disaksikan secara live stream di nusantarafashionfestival.com.(VOI)
VOI PESONA INDONESIA Memperingati hari Kemerdekaan 17 Agustus, setiap tahunnya pemerintah menggelar upacara kenegaraan di lapangan Istana Merdeka di kawasan kompleks Istana Jakarta. Tahun ini upacara kenegaraan tetap berlangsung, meski dalam kondisi terbatas, karena pandemic Covid-19. Sejatinya, di kompleks istana tersebut, selain istana Merdeka, terdapat satu istana lagi. Namanya Istana Negara. Istana Negara kini digunakan sebagai tempat penyelenggaraan acara-acara yang bersifat kenegaraan, antara lain pelantikan pejabat-pejabat tinggi negara, rapat kerja nasional, kongres bersifat nasional dan internasional, dan jamuan kenegaraan. Istana Negara terletak di Jalan Rijswijk (sekarang Jalan Veteran) No. 17, Jakarta Pusat. Gedungnya berhadapan dengan Kali Ciliwung, diapit oleh gedung Bina Graha dan Sekretariat Negara. Istana ini letaknya bertolak belakang dengan Istana Merdeka, sehingga sering kali dijuluki sebagai "Istana Kembar". Bangunannya berwarna putih. Arsitektur bangunannya mengambil gaya Eropa dan bersumber dari seni arsitektur Yunani. Ia tidak mempunyai serambi yang luas dan terbuka seperti banyak rumah kediaman atau Indisch Woonhuis di Jakarta. Pintunya ada lima dan cukup lebar. Di tengah-tengah gedung terdapat ruang makan dengan gaya klasisme dengan pilar-pilar di sepanjang kedua sisi ruangan. Terdapat dua paviliun di kiri dan kanan yang menghadap ke gedung induk. Paviliun ini semula digunakan sebagai tempat tinggal staf dan ajudan Gubernur Jenderal Belanda dan kini kantor bagi staf rumah tangga kepresidenan.
Istana Negara dibangun pada tahun 1796 sebagai rumah peristirahatan luar kota. Pada mulanya milik van Isseldijk, seorang pejabat Raad van Indie kemudian kepemilikan berpindah pada JA. van Braam. Saat Indonesia berada di bawah kekuasaan Inggris itulah Gedung Istana Negara dibangun menjadi sebuah istana yang megah dengan gaya arsitektur Neoklasik dan dijadikan tempat terhormat. Di Istana inilah, Letnan Jenderal Raffles sejak tahun 1811 hingga 1816 tinggal bersama orang-orang penting lainnya. Tahun 1821 Istana ini dibeli oleh pemerintah kolonial Belanda untuk dijadikan tempat kediaman gubernur jenderal, jika sedang berada di Batavia, karena kediaman resmi Gubernur Jendral Belanda di Istana Bogor, Jawa Barat. Karena gedung Istana Negara dirasa sudah terlalu sempit, maka pada abad ke-19 ditambahkan istana baru pada wilayah yang sama, khususnya untuk berbagai upacara resmi yang dihadiri banyak orang. Istana tambahan ini menghadap ke Lapangan Merdeka dan kemudian lebih dikenal dengan nama Istana Merdeka.
Istana Negara dimanfaatkan sebagai tempat tinggal, sekaligus kantor oleh Gubernur Jenderal Baron van Der Cappellen. Selain itu Istana ini juga sering dipergunakan untuk tempat menginap para pegawai tinggi pemerintah Hindia Belanda setelah mengikuti sidang Dewan Hindia Belanda (Raad van Indie) setiap kali diadakan di Batavia. Hingga masa Gubernur Jenderal Du Bus de Ghisignies tahun 1826 hingga 1830 Istana Negara masih berfungsi sebagai tempat tinggal, kantor, dan tempat sidang. Pada tahun 1942, Gubernur Jenderal Tjarda Van Starkenborch menandatangani perjanjian menyerahkan pemerintahan Hindia Belanda kepada bala tentara Jepang di Istana ini. Sejak itu, istana dihuni oleh panglima Angkatan Perang Jepang yang menguasai wilayah Jawa dan Madura. Istana ini pernah menjadi tempat tinggal Siko Shikikan atau panglima Tentara Jepang yang berkuasa atas wilayah Indonesia, yaitu Hitosji Imamura (1942-1943), Kumakichi Harada (1943-1945), dan Jenderal Yamaguchi. Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Presiden Soekarno juga tinggal di Istana Negara sampai pengakuan kedaulatan 27 Desember 1949. Istana ini pula, pernah menjadi saksi bisu penandatanganan perjanjian Linggarjati. Kemudian juga menjadi tempat penandatanganan naskah perundingan antara Indonesia-Belanda pasca Konferensi Meja Bundar.(VOI)
VOI WARNA WARNI Enam film karya sineas Indonesia ditayangkan secara terbatas pada Open Doors Screenings Festival Film Locarno, Swiss. Ajang ini merupakan festival film Internasional yang diadakan setiap tahunnya pada bulan Agustus di kota Locarno, Swiss sejak tahun 1946. Fitur utama dari festival tersebut adalah penayangan di tempat terbuka di Piazza Grande dengan ruangan untuk lebih dari 8,000 penonton, menjadikannya salah satu penayangan tempat terbuka terbesar di dunia (26x14 meter). Festival ini menjadi salah satu wadah bergengsi bagi pegiat film lokal dan internasional agar film mereka bisa diapresiasi.
Dalam segmen Open Doors tahun ini, sebanyak 30 film berasal dari Indonesia, Myanmar, Filipina, Malaysia, dan Mongolia ditayangkan dan bisa disaksikan secara gratis. Film ini juga membuka kesempatan bagi penonton yang melewatkan penayangannya di bioskop atau acara film sebelumnya. Festival Film Locarno tahun ini berlangsung dari tanggal 5 sampai 15 Agustus 2020.
Dikutip dari laman resmi, setiap penayangan akan dilengkapi dengan pembicaraan antara sutradara dan programer Open Doors.
Film Indonesia yang tayang diantaranya adalah "Atambua 39° Celsius" dari Riri Riza, "Kucumbu Tubuh Indahku" karya Garin Nugroho, "What They Don't Talk About When They Talk About Love" dari sutradara Mouly Surya. Sementara film pendek dari Indonesia yang tayang terbatas di festival ini meliputi "Kado" dari Aditya Ahmad, "Tak Ada yang Gila di Kota ini" dari Wregas Bhanuteja" dan "On Friday Noon" dari Luhki Herwanayogi.
Diantara Film Indonesia yang tayang pada Festival Locarno, ada yang pernah tayang pada festival film International lain sebelumnya. Misalnya film pendek Kado dari Aditya Ahmad, yang diproduksi Miles Films, berkisah tentang seseorang yang sedang mempersiapkan kado untuk seorang teman. Film pendek ini mendapat atensi internasional ketika ditayangkan di Festival Film Sundance dan Venice.
Kemudian, film Atambua 39° Celcius, yang dirilis pada 2012 ini menceritakan kehidupan seseorang di Atambua dan pernah ditayangkan di Festival Film Rotterdam. Meskipun pandemi COVID-19 masih berlangsung, namun situasi itu tidak mengganggu penyelenggara untuk tetap menghadirkan film yang berkualitas pada festival kali ini.(voi)
Objek wisata Air Tagepe ini terletak di Desa Noinbila kecamatan Mollo Selatan, kabupaten Timor Tengah Selatan , Nusatenggara Timur. Tagepe berasal dari bahasa Melayu Kupang yang dalam bahasa Indonesia berarti “terjepit” atau “ terhimpit”. Jadi Air Tagepe mempunyai arti, air yang terjepit atau terhimpit. Dinamakan demikian karena aliran air mengalir melewati celah barisan tebing batu yang sangat sempit. Memang objek wisata alam Air Tagepe menawarkan pesona tebing batu yang berkelok-kelok. Dengan aliran sungai yang mengalir membelah dua tebing batu, aliran sungai tersebut seakan memisahkan dua tebing batu, di sisi kiri dan kanannya.
air dari Air Tagepe berasal dari air terjun Oehala yang mengalir sepanjang tahun. Air di obyek wisata ini berwarna kebiruan hampir mirip dengan warna air laut. Airnya sangat sejuk karena Air Tagepe terletak di dalam hutan yang masih alami. Alamnya masih hijau dan sejuk karena banyak pohon rindang dan udaranya cukup dingin. Kedalaman air Air Tagepe ini kurang lebih 1,70 meter, lebar tebing sekitar 4-5 meter dan tinggi tebing mencapai 6 meter.
Obyek wisata Air Tagepe ini memang benar-benar menyimpan banyak keindahan dan buka selama 24 jam. Walaupun demikian, tidak disarankan untuk datang pada waktu hari sudah gelap, karena lokasi yang berisikan bebatuan dan juga tebing bisa berbahaya jika dikunjungi pada saat kondisi kurang pencahayaan. Siang hari pengunjung bisa menyusuri jalur Air Tagepe sepanjang 1 Km sampai menemui air terjun.
Tetapi dibalik keindahannya, pengunjung perlu waspada dan berhati-hati karena pada musim hujan tebing batu yang sempit ini bisa longsor dan banjir. Obyek wisata untuk memasuki objek wisata ini para pengunjung yang datang dengan motor akan dikenakan tarif masuk Rp.5000. Sedangkan bagi anda yang mengendarai mobil akan dikenakan tarif masuk 10.000.