Letto adalah grup band asal Yogyakarta yang dibentuk pada tahun 2004. Sebelum membentuk Letto, Noe (vokal), Patub (gitar), Arian (bass), dan Dhedot (drum) sudah lama bersahabat. Meski sudah merilis beberapa album dan selalu menerima tanggapan positif dari para pencinta musik, Letto sempat meredup sejak tahun 2011. Namun, Letto sebenarnya masih aktif tampil di atas panggung dalam dan luar negeri.
Lagu dari Letto yang akan saya putarkan adalah “Sebelum Cahaya.” Lagu ini ada dalam album “Don’t Make Me Sad.” yang dirilis pada 2007. Dengan lirik puitis khas Letto, lagu “Sebelum Cahaya” sekilas bercerita tentang romantisme dua insan yang saling menguatkan cintanya. Namun Emha Ainun Najib, budayawan, ayah dari Noe sang vokalis Letto, mengatakan, lagu “Sebelum Cahaya” sebenarnya memiliki nilai religius tersendiri.
"Kembalilah dengan Tenang", sebuah film pendek yang disutradarai dan diproduksi oleh sineas Yogyakarta Reza Fahriyansyah bersama Crazyone!!! Films, lolos dalam seleksi program kompetisi internasional "41st Clermont-Ferrand International Short Festival", Prancis.
Produser film "Kembalilah dengan Tenang" Wimba Hinu Satama menjelaskan, Film ini menjadi satu-satunya film Indonesia yang lolos dalam salah satu festival film pendek terbesar di dunia tersebut.Menurut dia, festival itu digagas oleh Clermont-Ferrand University Film Society pada 1979 dan terus berjalan setiap tahunnya hingga sekarang. Clermont-Ferrand International Short Film Festival ke-41 akan diselenggarakan pada 1-9 Februari 2019 di Clermont-Ferrand, Prancis.
Film "Kembalilah dengan Tenang" akan ditayangkan di beberapa lokasi pemutaran Clermont-Ferrand International Short Film Festival. Penayangan itu akan menjadi penayangan internasional perdana setelah sebelumnya ditayangkan pada perhelatan JogjaNetpac Asian Film Festival (JAFF) ke-13 di Yogyakarta pada program Light of Asia.
Tercatat 9.238 film dari seluruh dunia telah mendaftar dan hanya 76 film yang lolos proses seleksi dalam program kompetisi internasional. Film pendek “Kembalilah Dengan Tenang” berdurasi 25 menit. Sutradara "Kembalilah dengan Tenang" Reza Fahriyansyah mengatakan awalnya dia dan teman-teman Crazyone!!! Films memang sudah memiliki target distribusi ke festival film di luar negeri . Namun, ia tidak menyangka akan masuk di Clermont-Ferrand International Short Festival.
Film itu memakan waktu pengambilan gambar selama tiga hari setelah sebelumnya melalui proses pra-produksi selama tiga bulan. Ide cerita film itu sudah ada sejak dua tahun lalu dan proses penulisan naskahnya sekitar setahun lebih.
"Kembalilah dengan Tenang" bercerita tentang duka Santoso dan Wati, sebuah keluarga kecil yang kehilangan anaknya secara mendadak. Beberapa karya film Reza sebelumnya juga berfokus pada cerita mengenai keluarga dan isu sosial. Proses produksi film "Kembalilah dengan Tenang" bertempat di Yogyakarta dengan melibatkan sineas film lokal.
Beberapa aktor yang terlibat dalam film itu antara lain Ernanto Kusuma, Siti Fauziah, Very Handayani, Banyu Bening, dan Misbakhu Rohim. Kembalilah dengan Tenang digarap dengan dukungan Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta melalui program pendanaan filmnya.
"Kembalilah dengan Tenang", sebuah film pendek yang disutradarai dan diproduksi oleh sineas Yogyakarta Reza Fahriyansyah bersama Crazyone!!! Films, lolos dalam seleksi program kompetisi internasional "41st Clermont-Ferrand International Short Festival", Prancis.
Produser film "Kembalilah dengan Tenang" Wimba Hinu Satama menjelaskan, Film ini menjadi satu-satunya film Indonesia yang lolos dalam salah satu festival film pendek terbesar di dunia tersebut.Menurut dia, festival itu digagas oleh Clermont-Ferrand University Film Society pada 1979 dan terus berjalan setiap tahunnya hingga sekarang. Clermont-Ferrand International Short Film Festival ke-41 akan diselenggarakan pada 1-9 Februari 2019 di Clermont-Ferrand, Prancis.
Film "Kembalilah dengan Tenang" akan ditayangkan di beberapa lokasi pemutaran Clermont-Ferrand International Short Film Festival. Penayangan itu akan menjadi penayangan internasional perdana setelah sebelumnya ditayangkan pada perhelatan JogjaNetpac Asian Film Festival (JAFF) ke-13 di Yogyakarta pada program Light of Asia.
Tercatat 9.238 film dari seluruh dunia telah mendaftar dan hanya 76 film yang lolos proses seleksi dalam program kompetisi internasional. Film pendek “Kembalilah Dengan Tenang” berdurasi 25 menit. Sutradara "Kembalilah dengan Tenang" Reza Fahriyansyah mengatakan awalnya dia dan teman-teman Crazyone!!! Films memang sudah memiliki target distribusi ke festival film di luar negeri . Namun, ia tidak menyangka akan masuk di Clermont-Ferrand International Short Festival.
Film itu memakan waktu pengambilan gambar selama tiga hari setelah sebelumnya melalui proses pra-produksi selama tiga bulan. Ide cerita film itu sudah ada sejak dua tahun lalu dan proses penulisan naskahnya sekitar setahun lebih.
"Kembalilah dengan Tenang" bercerita tentang duka Santoso dan Wati, sebuah keluarga kecil yang kehilangan anaknya secara mendadak. Beberapa karya film Reza sebelumnya juga berfokus pada cerita mengenai keluarga dan isu sosial. Proses produksi film "Kembalilah dengan Tenang" bertempat di Yogyakarta dengan melibatkan sineas film lokal.
Beberapa aktor yang terlibat dalam film itu antara lain Ernanto Kusuma, Siti Fauziah, Very Handayani, Banyu Bening, dan Misbakhu Rohim. Kembalilah dengan Tenang digarap dengan dukungan Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta melalui program pendanaan filmnya.
Langit biru dihiasi merahnya matahari yang perlahan turun di balik luasnya samudera menjadi suguhan yang menghipnotis siapapun. Bukit Wantiro di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara menyajikan pemandangan ini setiap senja. Hanya 8 menit berkendara dari pusat Kota Baubau, terapi relaksasi Anda dapat dimulai di Bukit Wantiro.
Tidak Ada restoran mewah ataupun resort nyaman yang menyambut anda di Bukit ini. Tempat sederhana di pinggir jalan yang diramaikan oleh pedagang kaki Lima tidak mengurangi kemewahan yang memanjakan indera penglihatan Anda. Berfoto tentu menjadi sasaran utama kegiatan untuk mengabadikan hangatnya senja.
Baubau merupakan pusat Kerajaan Buton yang berdiri pada awal abad ke-15 (1401–1499). Buton mulai dikenal dalam sejarah karena telah tercatat dalam naskah Nagarakretagama karya Prapanca pada Tahun 1365 Masehi dengan menyebut Buton atau Butuni sebagai Negeri (Desa) Keresian atau tempat tinggal para resi di mana terbentang taman dan didirikan lingga serta saluran air dengan rajanya bergelar Yang Mulia Mahaguru.
Baubau dapat dikatakan sebagai kota wisata karena banyak objek wisata ditemui di daerah ini. Kunjungan wisata di Kota Baubau dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu wisata sejarah Dan wisata Alam. Benteng keraton Buton adalah salah satu objek wisata sejarah yang dapat and kunjungi. Benteng ini mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) dan Guiness Book Record yang dikeluarkan bulan september 2006 sebagai benteng terluas di dunia dengan luas sekitar 23,375 hektare. Dari atas benteng Anda pun dapat menikmati keindahan yang Tak terhingga.
Bagi pecinta fotografi, Kota Baubau menjadi surga Karena setiap sudut Kota ini mampu menghadirkan hasil yang sempurna. Anda pun dapat mengakhir perjalanan Anda di Kota Baubau dengan secangkir kopi susu jahe dan pisang goreng sambal balado di atas Bukit Wantiro. Baiklah pendengar,