ofra voi

ofra voi

02
June


Masyarakat Osing desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi mempunyai tradisi unik yang dinamakanTradisi Barong Ider Bumi . Tradisi ini rutin digelar pada hari kedua Hari Raya Idul Fitri , atau setiap tanggal 2 Syawal. Ini karena angka dua memiliki makna tersendiri bagi warga Osing. Orang Kemiren selalu mengaitkan tradisi dengan sesuatu yang berpasangan, seperti langit dan bumi, laki-laki dan perempuan, siang dan malam.Selain itu beberapa tradisi masyarakat Desa Kemiren lebih sering diadakan pada hari Selasa dan Kamis.

Tradisi Barong Ider Bumi merupakan ritual upacara adat, tradisi ini merupakan ritual upacara bersih desa. Biasanya upacara ini dimulai pada jam 2 siang. Masyarakat Osing pantang melakukan tradisi ini di luar waktu tersebut, karena di luar waktu yang sudah ditentukan itu dipercaya bisa mendatangkan bencana atau musibah bagi masyarakat.

barong adalah semacam kostum dengan topeng dan pernak-pernik sebagai penggambaran hewan yang menakutkan   . Dalam mitologi masyarakat Osing , Barong dipercaya sebagai lambing kebaikan yang mempunyai kemampuan untuk mengusir roh-roh jahat. Masyarakat suku Osing percaya dengan melakukan upacara Barong Ider Bumi, kehidupan setahun mendatangakan membahagiakan. Upacara adat leluhur ini digelar sebagai bentuk syukur kepada Yang Kuasa atas karuniaNya telah memberikan ketentraman dan kemakmuran kepada warga desa, selain itu, tradisi Barong Ider Bumi juga dipercaya dapat menghilangkan bala bencana atau sebagai tolak bala. Dalam kepercayaan masyarakat Osing, Barong ini bisa dirasuki roh leluhur.

kata Ider bumi merupakan penggabungan dari dua kata yaitu ider dan bumi. Ider berarti berkeliling kemana-mana dan bumi artinya jagat atau tempat berpijak.Sehingga kedua kata tersebut mempunyai arti kegiatan mengelilingi bumi. Jadi sesuai dengan namanya, inti dari ritual Barong Ider Bumi adalah mengarak barong memutari desa. Sebelum Barong diarak keliling desa, para sesepuh desa memainkan angklung di balai desa untuk memulai ritual. Setelah itu, seluruh warga Desa Kemiren keluar rumah lalu mula berbaris mengarak barong Osing yang diawal dari gerbang masuk desa ke arah barat menuju pintu keluar desa , kurang lebih sejauh dua kilometer. Di sepanjang arak-arakan ini, tokoh adat menebarkan koin ,beras kuning dan bunga ke jalan dan diperebutkan anak-anak. Ritual ini dinamakan Sembur utik-utik.

selama diarak warga, barong-barong tersebut juga diikuti para sesepuh desa yang berjalan beriringan sambil membawa dupa serta melafalkan doa-doa untuk keselamatan seluruh warga.Tidak lupa, tabuhan music khas Osing juga mengiringi , sangat meriah tetapi tetap sakral. Di ujung desa, masyarakat dan pemain kesenian barong berebut pisang yang dipajang .Mereka percaya pada waktu memakan pisang tersebut, orang akanselamat dan diberi kemudahan dalam   kehidupan.

Setalah melakukan ritual Barong Ider Bumi, masyarakat menggelar selamatan bersama sebagai penutup upacara. Di sinilah puncak acaranya, yaitu selamatan dengan menggunakan tumpeng pecel pitik yaitu ayam kampung yang dibakar dengan ditaburi parutan kelapa muda dengan bumbu. Ini semua sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan keberkahan. Tumpeng dan pecel pitik untuk selamatan ini digelar di sepanjang jalan desa.

02
June

Kota Ende, di pulau Flores, Nusa Tenggara Timur-NTT adalah tempat presiden RI pertama Soekarno dibuang oleh pemerintah kolonial Belanda selama empat tahun. Soekarno tiba di Ende pada Februari 1934 dengan kapal Jan van Riebeeck dan meninggalkan kota ini pada Februari 1938 dengan kapal De Klerk milik KPM menuju Surabaya.Flores sendiri merupakan pulau kecil pada periferi Soenda Kecil, yang baru menarik perhatian pemerintah Hindia Belanda pada awal dasawarsa kedua abad 20. Dengan demikian Ende dimaksudkan sebagai tempat yang dapat mengisolasi Soekarno, menjauhkan dia dari kegiatan politiknya, dan dari rekan-rekan seperjuangannya di Pulau Jawa. Kehadirannya di kota kecil ini dan pergaulannya dengan para misionaris Katolik sampai tingkat tertentu telah membawa sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia menjadi bagian sejarah gereja katolik di pulau ini. Sebaliknya, kehadiran seorang tokoh nasional dengan reputasi tak tertandingi pada masa itu telah membawa Ende, Flores, dan sejarah Gereja di pulau ini menjadi bab kecil atau catatan kaki dalam sejarah nasional Indonesia.

Selain alasan sejarah, menurut Kepala Dinas Pariwisata NTT Marius Ardu Jelamu, tanggal 1 Juni hari lahir Pancasila, tanggal 6 Juni hari lahir Soekarno dan tanggal 21 Juni hari wafatnya Soekarno, juga menjadi alasan dijadikannya bulan Juni sebagai bulan Soekarno. Ia menjelaskan sejumlah kegiatan kolektif antar instansi akan dilaksanakan selama bulan Soekarno di Ende. Mulai dari penanaman pohon, lomba cerdas cermat, sosialisasi upah dan narkotika, lomba tracking hingga pelatihan penggiat anti narkoba.

Selain itu, Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Timur ( NTT), bekerja sama dengan pemerintah Kabupaten Ende akan menggelar dua kegiatan pada Mei dan Juni 2018. Dua kegiatan tersebut terdiri dari Festival Parade Pesona Kebangsaan dan Bulan Soekarno. Festival Parade Pesona Kebangsaan, digelar pada 20-31 Mei 2018 dan puncaknya pada 1 Juni 2018. Sedangkan Bulan Soekarno mulai digelar 1-21 Juni 2018.

Rangkaian kegiatan Bulan Soekarno di Ende lebih menonjolkan nuansa wisata kebangsaan terutama tentang sejarah kehidupan bapak proklamator Soekarno selama menjalani masa pengasingan di Ende. Kepala Dinas Pariwisata Nusa Tenggara Timur Marius Ardu Jelamu menjelaskan, Bulan Soekarno yang digelar dari 1-21 Juni 2018 ingin merefleksikan kembali perjalanan Bung Karno sebagai seorang proklamator dan penggali butir-butir Pancasila. Untuk itu, katanya, ditampilkan berupa adegan diorama perjalanan presiden pertama Indonesia itu selama menjalani masa pengasingan di Ende pada tahun 1934-1938.

Semarak Bulan Soekarno diwarnai juga berbagai kegiatan pariwisata yang sudah dimulai 24 Mei seperti pegelaran budaya nusantara antaretnik dan paguyuban dan perlombaan paduan suara antaretnik. Ada pula perlombaan fotografi, expo budaya, perlombaan perahu layar, tracking di Gunung Meja, bersepeda santai mengelilingi Kota Ende dan destinasi wisata di sekitarnya.

Marius menambahkan, festival Bulan Soekarno akan digelar rutin setiap tahun di Ende khususnya pada Bulan Juni sejak kegiatan ini dideklarasikan pada tahun 2016 lalu.

02
June

Edisi kali ini menghadirkan berbagai lagu bernuansa Ramadhan. Mari kita mulai perjumpaan kali ini dengan sebuah lagu berjudul “Ibadah Yok” oleh grup band Gigi.

demikianlah lagu “Ibadah Yok” oleh Gigi. Meski bernuansa rock, lagu “Ibadah Yok” tetap kental dengan ajakan bagi umat Islam untuk beribadah. Lirik lagunya menggambarkan umat manusia dengan hasrat dan keinginan yang tiada habisnya. Akibatnya, hidup pun menjadi sengsara. Untuk terhindar dari hidup yang sengsara, ibadah pun menjadi solusi.Lagu berikutnya berjudul “Lima Waktu” oleh Yuni Shara juga punya ajakan untuk beribadah lima waktu. Dirilis di tahun 2004, lirik lagu “Lima Waktu” menggambarkan bagaimana Tuhan sungguh mengasihi umat-Nya. Meski begitu besar berkah yang telah diberikan-Nya dan begitu mulianya Dia, Tuhan hanya meminta agar umat manusia menyempatkan lima waktu sehari untuk beribadah kepada-Nya.berikutnya kami hadirkan “Lima Waktu” oleh Yuni Shara. Selamat mendengarkan.berikutnya kami akan hadirkan lagu berjudul “Ramadhan Datang” oleh Tompi. “Ramadhan Datang” merupakan hits single Tompi dari album “Soulful Ramadhan” yang dirilis di tahun 2006 silam. Lirik dan aransemennya yang penuh suka cita pun membuat lagu “Ramadhan Datang” laris diputar di media elektronik dan pusat perbelanjaan saat bulan puasa tiba.Terakhir, kami akan sajikan lagu dari Titi Kamal, aktris sekaligus penyanyi wanita Indonesia, dengan judul “Berserah”. Lagu “Berserah” bisa dibilang mirip doa. Sebab, liriknya berisikan permohonan untuk bimbingan dan perlindungan dari Tuhan, serta ungkapan penyerahan diri kepada kuasa Tuhan.

31
May

Lahirnya Pancasila sebenarnya merupakan judul pidato Bung Karno pada tanggal 1 Juni 1945 pada sidang Badan Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Dalam pidatonya, Bung Karno menyampaikan gagasan tentang dasar negara Indonesia. Dalam pidato inilah konsep dan rumusan awal Pancasila pertama kali dikemukakan oleh Soekarno sebagai dasar negara Indonesia  merdeka. Pidato ini pada awalnya disampaikan oleh Soekarno secara aklamasi tanpa judul dan baru mendapat sebutan "Lahirnya Pancasila" oleh mantan Ketua BPUPKI(Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia)  Dr. Radjiman Widyodiningrat dalam kata pengantar buku yang berisi pidato yang kemudian dibukukan oleh BPUPKI tersebut. Dalam kata pengantar atas dibukukannya pidato tersebut, yang untuk pertama kali terbit pada tahun 1947, Dr. Radjiman Widyodiningrat menyebut pidato Ir. Soekarno itu berisi “Lahirnya Pancasila”. Sejak tahun 2017, hari tersebut resmi menjadi hari libur nasional.

Pemerintah bersama seluruh komponen bangsa dan masyarakat Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila setiap tanggal 1 Juni. Berdasarkan  Peraturan Presiden (Perpres) No 24 Tahun 2016 Tentang Hari Lahir Pancasila. Istilah Pancasila baru diperkenalkan oleh Sukarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni 1945. Tetapi masih ada proses selanjutnya yakni menjadi Piagam Jakarta (Jakarta Charter) pada 22 Juni 1945 dan juga penetapan Undang-undang Dasar yang juga finalisasi Pancasila pada 18 Agustus 1945.Pada Perpres tersebut dijelaskan bahwa penetapan hari lahir Pancasila mengacu pada sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada 29 Mei-1 Juni 1945.Dalam hari-hari itu, ada 3 orang tokoh yang memaparkan tentang dasar negara yakni Muhammad Yamin, Soepomo, kemudian Sukarno. "Bahwa rumusan Pancasila sejak tanggal 1 Juni 1945 yang dipidatokan Ir Sukarno, rumusan Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945 hingga rumusan final tanggal 18 Agustus 1945 adalah satu kesatuan proses lahirnya Pancasila sebagai Dasar Negara," . 
Rumusan yang disampaikan Sukarno pada waktu itu pun berbeda dengan susunan Pancasila yang kita kenal sekarang.  Oleh para anggota BPUPKI kemudian disepakati bahwa pidato Sukarno-lah yang menjawab pertanyaan sidang tentang apa dasarnya Indonesia merdeka. Setelah itu dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang terdiri dari 9 orang dan dalam perjalanannya sempat merumuskan Piagam Jakarta. Tetapi kemudian isi dari Piagam Jakarta ditolak oleh perwakilan warga dari Indonesia timur. Sehingga pada 18 Agustus 1945 ditetapkanlah Pancasila yang kita kenal sekarang ini seperti tertuang dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.