VOInews.id- Dana Anak Perserikatan Bangsa-bangsa (UNICEF) mendorong isu terkait pencapaian tujuan akses universal terhadap air, sanitasi dan kebersihan (WASH) pada 2030 dalam Forum Air Sedunia (World Water Forum/WWF) 2024. "Jadi, ada beberapa isu yang terkait pencapaian tujuan akses universal terhadap air, sanitasi dan kebersihan (WASH) yang ingin kami dorong," kata Spesialis WASH/Water, Hygiene, and Sanitation UNICEF Indonesia, Salathiel Nali, kepada ANTARA, di Jakarta, Kamis.
Beberapa isu tersebut, kata dia, didorong untuk mewujudkan akses yang universal terhadap air, sanitasi dan kebersihan pada 2030. Beberapa isu yang ada saat ini tersebut antara lain adanya kemajuan yang tidak merata. Nali menyatakan bahwa meski terdapat kemajuan dalam cakupan pasokan air, kemajuan tersebut tidak tersebar secara merata di seluruh wilayah. Selain tidak meratanya kemajuan di antara satu wilayah dengan wilayah lain, kualitas air juga menjadi tantangan saat ini. "Hanya karena ada akses terhadap air, bukan berarti air tersebut aman untuk diminum," katanya. Selain itu, kelangkaan air juga menjadi tantangan berikutnya karena keterbatasan sumber air tawar semakin meningkat. Lebih lanjut, Nali juga menyebut keberlanjutan sistem WASH sebagai tantangan lain yang harus diatasi karena memelihara dan mengelola sistem WASH dalam jangka panjang, menurutnya, merupakan sebuah tantangan.
Sementara itu, perubahan iklim juga menjadi salah satu tantangan utama karena bencana iklim dan kejadian cuaca ekstrem mengancam infrastruktur WASH yang sudah ada. Selain itu, tantangan juga muncul akibat adanya kesenjangan akses, di mana kelompok rentan seperti kelompok warga miskin atau mereka yang berada di daerah terpencil kemungkinan besar tidak memiliki akses terhadap layanan WASH. Dan terakhir, tantangan lain yang Nali sebutkan adalah terkait fenomena buang air sembarangan, di mana hampir 1 miliar orang masih melakukan buang air besar secara sembarangan sehingga menimbulkan risiko besar terhadap kesehatan.
"Secara keseluruhan, permasalahan utamanya adalah kesenjangan yang signifikan antara tujuan ambisius Agenda 2030 dan fakta saat ini terkait kesenjangan akses terhadap layanan WASH yang aman dan berkelanjutan," demikian katanya. WWF ke-10, yang akan digelar di Bali pada 18-25 Mei 2024, mengangkat tema "Water for Share Prosperity" dengan harapan bahwa kerja sama internasional dapat diperkuat dan inovasi dalam pengelolaan air yang berkelanjutan dapat didorong sehingga air dapat menjadi sumber kehidupan dan kemakmuran bagi semua orang.
WWF ke-10 itu akan fokus membahas empat hal, antara lain tentang konservasi air (water conservation), air bersih dan sanitasi (clean water and sanitation), ketahanan pangan dan energi (food and energy security), serta mitigasi bencana alam (mitigation of natural disasters).
Antara
Voinews.id- Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Selasa mengatakan dia prihatin dengan rencana invasi darat Israel ke Kota Rafah di Gaza selatan yang dihuni lebih dari 1 juta warga Palestina yang berlindung dari perang Israel-Hamas. “Invasi besar-besaran di Kota Rafah akan menjadi bencana kemanusiaan. Kami minta Israel membatalkan (rencana) itu,” kata Tedros di platform media sosial X.
“Kami mendesak semua pihak untuk mengusahakan gencatan senjata dan perdamaian yang kekal," katanya, menambahkan. Pernyataan Tedros itu muncul setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Selasa bersumpah akan menyerang Rafah, meski ada laporan tentang kemungkinan perjanjian gencatan senjata dengan Hamas. Netanyahu mengatakan militer Israel akan mendatangi Rafah untuk menghancurkan pasukan Hamas di sana “dengan atau tanpa perjanjian”.
Israel terus membombardir Gaza sebagai balasan atas serangan lintas batas Hamas pada 7 Oktober lalu yang menewaskan sekitar 1.200 orang. Lebih dari 34.500 warga Palestina, kebanyakan perempuan dan anak-anak, terbunuh dan ribuan orang lainnya terluka di tengah kehancuran massal dan krisis kebutuhan pokok. Selama lebih dari enam bulan perang Israel, sebagian besar wilayah Gaza hancur dan 85 persen penduduknya mengungsi di tengah kelangkaan bahan makanan, air bersih, dan obat-obatan akibat blokade oleh Israel, menurut PBB.
Sumber: Anadolu
VOInews.id- Gerakan Perlawanan Islam Palestina (Hamas) pada Rabu (1/5) menyatakan negosiasi gencatan senjata dengan Israel akan ditangguhkan jika Israel menyerang Kota Rafah di Jalur Gaza selatan. Dalam wawancara dengan stasiun TV al-Manar yang berbasis di Lebanon, Osama Hamdan, seorang pejabat senior Hamas, mengatakan pihaknya akan menghentikan semua negosiasi tidak langsung dengan Israel jika Israel melancarkan operasi militer terhadap Rafah.
Sambil menuding Israel berupaya "memeras semua pihak lewat ancamannya untuk menyerang Rafah," pejabat Hamas tersebut menekankan bahwa "gerakan perlawanan (Hamas) masih memiliki kekuatan untuk membela rakyat kami." Hamdan menyatakan pemimpin Hamas Yahya Sinwar dan sayap militer Hamas Brigade Al-Qassam tetap menjalin kontak dengan faksi politik Hamas, serta telah mengantongi informasi perihal situasi yang sedang berlangsung di lapangan. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuturkan bahwa Israel akan memasuki Rafah dan menumpas batalion-batalion Hamas "dengan atau tanpa" kesepakatan dengan Hamas.
Antara
VOInews.id- Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyatakan kekhawatirannya bahwa Israel mungkin berencana mengusir warga Palestina di Tepi Barat yang diduduki ke Yordania setelah perang di Gaza berakhir. "Israel telah menghancurkan setidaknya 75 persen wilayah Jalur Gaza dan menewaskan 34.000 warga Gaza dalam 200 hari, sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak," kata Abbas dalam Forum Ekonomi Dunia di ibukota Arab Saudi, Riyadh pada Minggu. "Saya khawatir setelah menghancurkan Gaza, Israel bergerak ke Tepi Barat dan mengusir penduduknya ke Yordania," lanjut dia. Presiden Palestina itu menyeru kepada dunia "untuk mengakui Palestina sebagai anggota penuh Perserikatan Bangsa-bangsa." Dia juga mendesak negara-negara Eropa untuk "mengakui Negara Palestina seperti mereka mengakui Israel."
Pada 19 April, 15 anggota Dewan Keamanan PBB bertemu di New York untuk melakukan pemungutan suara bagi rancangan resolusi yang diajukan Aljazair yang merekomendasikan penerimaan Negara Palestina menjadi anggota PBB. Namun resolusi tersebut diveto Amerika Serikat dengan 12 suara setuju dan dua suara abstain, termasuk Inggris dan Swiss. Israel telah melancarkan perang brutal di Gaza sejak serangan lintas batas oleh kelompok perlawanan Palestina Hamas pada 7 Oktober yang menyebabkan kematian sekitar 1.200 orang.
Serangan Israel menewaskan hampir 34.400 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Lebih dari 77.400 orang juga terluka di tengah kehancuran massal dan kekurangan kebutuhan pokok. Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional. Keputusan sementara pada Januari memerintahkan Tel Aviv untuk memastikan pasukannya tidak melakukan tindakan genosida, dan menjamin bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza.
Sumber: Anadolu