08
July

 

Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengaku kembali menjalani pemeriksaan virus Corona. Hal ini setelah media setempat melaporkan Bolsonaro mengalami gejala-gejala yang diasosiasikan dengan Covid-19, seperti demam. Di depan Istana Presiden  Selasa (7/7) Bolsonaro memberi tahu wartawan ia baru saja mengunjungi rumah sakit dan melakukan pemeriksaan virus Corona.

Ia menambahkan hasil pemeriksaan menunjukkan paru-parunya bersih. Akhir pekan lalu Bolsonaro menghadiri sejumlah acara dan melakukan kontak dengan diplomat Amerika Serikat (AS) dalam peringatan 4 Juli lalu. Republika

06
July

 

India akan membuka kembali Taj Mahal dengan tetap menerapkan protokol Kesehatan. Pengunjung ke Taj Mahal harus menggunakan masker wajah setiap saat. Demikian pula mereka diwajibkan tetap menjaga jarak dan tidak menyentuh permukaan marmer monumen. Kementerian Pariwisata India melalui twitter, seperti dirilis Reuters, Minggu (5/7) mengatakan , monumen abad ke-17 itu akan dibuka lagi untuk pengunjung, Senin, 6 Juli.

Pembukaan tempat wisata itu dilakukan setelah penutupan   selama tiga bulan di masa pandemi COVID-19. Setelah pembukaan, hanya sekitar 5,000 pengunjung yang akan diperkenankan masuk. Demikian pula pengunjung akan dibagi 2 kelompok setiap harinya. Jumlah ini jauh dari sebelumnya yang bisa mencapai 80,000 sehari. Semua monumen akan diawasi dengan penerapan  protokol kesehatan seperti penggunaan sanitizer, social distancing dan peraturan lainnya.    (Reuters)

06
July

 

Presiden Ghana Nana Akufo-Addo akan melakukan isolasi mandiri selama 14 hari atas saran dokter setelah seseorang dalam lingkaran terdekatnya dinyatakan positif mengidap virus corona.Menurut penjelasan pemerintah dalam sebuah pernyataan seperti dilansir dari Reuters, Minggu (5/7/2020), presiden akan terus bekerja selama periode tersebut, sesuai dengan protokol keselamatan COVID-19. Ghana telah mencatat 19.388 kasus virus corona, salah satu dari jumlah kasus tertinggi di Afrika sub-Sahara, dengan 117 meninggal dunia. RRI

06
July

 

Belasan diplomat Amerika Serikat  dan keluarga mereka meninggalkan Arab Saudi. Hal itu dilakukan setelah jumlah kasus infeksi virus corona di negara itu meningkat tajam.Dilansir dari Sputnik, Minggu  (5/7) surat kabar Amerika, Wall Street Journal melaporkan pekan lalu Departemen Luar Negeri Amerika mengizinkan personel diplomatik non-esensial untuk meninggalkan Arab Saudi.

Wall Street Journal  menambahkan dalam beberapa pekan terakhir diperkirakan semakin banyak diplomat yang akan meninggalkan negara itu.Menurut pemerintah Amerika setidaknya ada 30 karyawan di Kedutaan Besar Amerika  di Riyadh, yang sebagian besar bukan warga Amerika terinfeksi virus corona, meski sejak bulan Maret lalu mereka sudah bekerja dari rumah. republika