Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo, mendesak Tiongkok mengizinkan para ahli memeriksa laboratorium virus yang berada di Wuhan dengan alasan cemas dengan kondisi keamanan dunia akibat pandemi COVID-19. Meski demikian, Pompeo enggan menuduh virus mematikan tersebut tersebar dari labolatorium yag berada di kota Wuhan, pusat wabah dan pertama kali virus corona baru ditemukan.
Skenario ini membuat hubungan Amerika dan Tiongkok kembali tegang. Pompeo dalam jumpa pers di Washington, seperti dilansir AFP, Kamis (23/4) mengambil contoh, sejumlah fasilitas nuklir di berbagai tempat di dunia juga diperiksa oleh para ahli demi alasan keamaan. Dia menegaskan kembali bahwa Tiongkok sampai saat ini belum membagikan contoh virus corona yang berhasil dideteksi, yang dikenal dengan nama ilmiah SARS-CoV-2. (rri)
Pemerintah Tiongkok menyumbangkan dana tambahan sebesar 30 juta dolar Amerika untuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dana itu diharapkan membantu WHO dalam menangani pandemi Covid-19.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Hua Chunying melalui jejaring sosial pribadinya Kamis (23/4) mengtagakan, Tiongkok telah memutuskan untuk menyumbangkan tambahan 30 juta dolar Amerika dalam bentuk tunai kepada WHO untuk mendukung perjuangan globalnya melawan Covid-19, khususnya memperkuat sistem kesehatan negara-negara berkembang. (republika)
Menteri Luar Negeri Amerika Mike Pompeo menegaskan komitmen kerja sama dengan ASEAN untuk menangani wabah COVID-19 dan pemulihan ekonomi setelah pandemi. Komitmen tersebut disampaikan Menlu Pompeo dalam pertemuan tingkat menlu ASEAN-AS yang dilaksanakan melalui konferensi video pada Kamis, dan diikuti Sekjen ASEAN serta para menlu negara anggota ASEAN.
Menlu RI Retno Marsudi saat menyampaikan keterangan pers virtual mengenai pertemuan tersebut mengatakan, komitmen itu diwujudkan antara lain dengan keberadaan para ahli Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika di negara-negara ASEAN, termasuk di Indonesia. Sebagai salah satu mitra strategis ASEAN, AS telah memberikan total bantuan senilai 35,3 juta dolar Amerika untuk penanganan wabah COVID-19 di ASEAN. (antara)
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dalam laporan PBB pada Kamis mengatakan pandemi COVID-19 dapat menjadi alasan bagi beberapa negara untuk melakukan tindakan represif yang tak berkaitan dengan pandemi. Guterres memperingatkan wabah itu berisiko menjadi krisis hak asasi manusia. Laporan PBB tersebut menyoroti bagaimana hak-hak asasi manusia mestinya menuntun tanggapan dan pemulihan bagi krisis kesehatan, sosial dan ekonomi yang melanda dunia. Guterres mengatakan, karena virus itu tak pandang bulu, dampaknya pun demikian.
Laporan PBB itu menyebutkan para migran, pengungsi dan mereka yang tersingkirkan dari kampung halaman merupakan yang paling rentan. Lebih dari 131 negara menutup perbatasan mereka, hanya 30 negara yang membolehkan masuk para pencari suaka. (antara)