VOI NEWS Pemimpin Thailand selasa mengatakan, ia akan memberlakukan hukum keadaan darurat untuk menangani infeksi virus corona yang terus meningkat. Sebagai tanda pengetatan kebijakan pemerintah, seorang pria ditangkap atas tuduhan menciptakan kepanikan di media sosial. Thailand dan negara tetangga Kamboja adalah dua di antara negara-negara Asia Tenggara yang dituduh oleh Human Rights Watch yang berbasis di New York menggunakan pandemi untuk menindak pengritik. Kedua negara itu membantah tuduhan itu dan mengatakan tindakan mereka diperlukan untuk menjaga ketertiban dan memerangi disinformasi. Thailand memiliki jumlah kasus virus tertinggi kedua di kawasan ini setelah Malaysia, dengan total 827 kasus setelah 106 infeksi baru dilaporkan pada Selasa. Empat orang dilaporkan tewas. Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha, mengatakan ia akan memberlakukan hukum darurat untuk membantu menekan virus yang telah melanda dunia sejak Januari, membunuh sekitar 16.500 orang dan menginfeksi lebih dari 375.000 orang. Prayuth mengatakan, hukum keadaan darurat akan mulai berlaku Kamis. Antara
Perusahaan biofarmasi Jepang Anges Inc mengatakan pada Selasa, pihaknya dan Universitas Osaka telah menyelesaikan pengembangan vaksin DNA untuk melawan virus corona baru dan akan segera mulai mengujinya pada hewan. Saham Anges melonjak sebanyak 17% dalam perdagangan pagi di Tokyo, dibandingkan dengan kenaikan 5,3% di pasar yang lebih luas. Anges, sebuah perusahaan penemuan obat yang diluncurkan dari Universitas Osaka, mengumumkan kolaborasinya dengan sekolah itu untuk mengembangkan vaksin virus corona pada 5 Maret. Menurut pernyataan perusahaan tersebut, Vaksin DNA diproduksi menggunakan virus yang tidak aktif dan dapat diproduksi lebih cepat dari vaksin berbasis protein. Menurut pernyataan itu, Perusahaan-perusahaan farmasi global berlomba untuk mengembangkan vaksin dan perawatan untuk virus corona, yang telah mencapai 350.000 kasus secara global dan mengakibatkan lebih dari 15.000 kematian. Di Jepang, pemimpin pasar Takeda Pharmaceutical Co sedang mengerjakan terapi turunan plasma, sementara bahan aktif di obat anti-flu Avigan Fujifilm Holdings Corp sedang diuji sebagai pengobatan di Tiongkok. Antara
VOI NEWS Pejabat bea cukai Jerman berusaha melacak sekitar enam juta masker wajah yang akan digunakan untuk melindungi petugas kesehatan dari virus corona yang hilang di bandara di Kenya. Hal itu dikatakan seorang juru bicara kementerian pertahanan, membenarkan sebuah laporan yang pertama kali diterbitkan oleh Spiegel Online, Selasa. Masker FFP2, yang menyaring lebih dari 90 persen partikel, dipesan oleh otoritas bea cukai Jerman. Mereka dan kantor pengadaan angkatan bersenjata telah membantu kementerian kesehatan untuk mendapatkan alat pelindung yang sangat dibutuhkan itu. Pengiriman itu dijadwalkan tiba di Jerman pada 20 Maret tetapi tidak pernah tiba setelah menghilang pada akhir pekan lalu di bandara di Kenya. Tidak jelas mengapa masker yang diproduksi oleh perusahaan Jerman, berada di Kenya. Kementerian kesehatan Kenya menolak memberikan komentar. Juru bicara Otoritas Bandara Kenya (KAA) mengatakan perusahaan itu masih mengkaji situasi. Spiegel Online melaporkan, Jerman telah melaporkan pesanan senilai 241 juta euro kepada pemasok untuk peralatan pelindung dan sanitasi guna mengatasi virus corona.Antara
VOI NEWS Objek wisata populer di dunia Tembok Besar China mulai dibuka kembali untuk umum pada Selasa (24/3). Bagi wisatawan yang mengunjungi Tembok Besar sektor Badaling, Beijing, harus menunjukkan tiket yang dibeli secara daring sesuai dengan nama pengunjung. Demikian menurut media resmi setempat, Rabu. Pengunjung juga diwajibkan menunjukkan kartu identitas, barkode kesehatan yang dapat diunduh melalui ponsel, dan mengenakan masker. Sebelum memasuki objek wisata melalui pintu masuk Tembok Besar di Badaling yang dibangun oleh Dinasti Ming pada tahun 1504 itu, pengunjung harus diukur terlebih dulu suhu badannya oleh petugas. Objek wisata yang dikunjungi sekitar 65.000 wisatawan per hari itu ditutup sejak 24 Januari 2020 atau sehari setelah Kota Wuhan, Provinsi Hubei, yang berjarak sekitar 1.300 kilometer dari Beijing itu ditutup total untuk mencegah meluasnya penularan COVID-19. Pembukaan kembali Tembok Besar itu dilakukan setelah tidak ada penambahan kasus baru positif COVID-19 pada penduduk lokal.Antara