Kecepatan perkembangan teknologi telah mengubah cara hidup manusia secara dramatis. Demikian dikatakan Presiden Joko Widodo saat berbicara dalam forum ASEAN-Republic of Korea (RoK) CEO Summit di Busan Exhibition and Convention Center (BEXCO) pada Senin, 25 November lalu. Presiden Joko Widodo juga mengatakan dunia berubah dengan sangat cepat, saat ini disebut era age of disruption. Presiden Joko Widodo menambahkan big data, artificial intelligence, teknologi 4.0 telah meruntuhkan semua definisi, ukuran bahkan teori yang selama ini menjadi rujukan.
Presiden Jokowi lebih lanjut mengatakan, masa age of disruption ini memberikan peluang yang sangat besar, tetapi juga memiliki tantangan serta permasalahan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Tantangan tersebut antara lain meningkatnya tendensi nasionalisme dan populisme ekonomi di beberapa negara dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan kini, gerakan anti pasar bebas mengemuka dan pendekatan proteksionisme-pun semakin mendominasi.
Menurut Presiden Jokowi kolaborasi dan paradigma win-win yang selama beberapa dekade menjadi basis bagi kerja sama ekonomi dunia mulai tergerus oleh pendekatan transaksional dan zero-sum-game yang semakin marak. Dalam pandangan Presiden Jokowi, jika hal ini dibiarkan maka resesi ekonomi dunia akibat disfungsi sistem ekonomi dan keuangan global serta ketidakpercayaan terhadap institusi ekonomi dunia tahun 1930-an diperkirakan dapat terulang.
Presiden Jokowi menambahkan, kerugian tidak hanya akan dialami oleh negara maju, emerging economies, terlebih negara berkembang, tapi juga dunia usaha. Maka Presiden Jokowi menegaskan, menjadi tanggung jawab bersama untuk mengatakan tidak bagi resesi ekonomi global.
Dalam forum tersebut Presiden Jokowi juga berbicara tentang energi terbarukan. Menurut Presiden Jokowi, ASEAN dan Korea harus menjadi negara terdepan dalam pengembangan energi terbarukan di kawasan. Ia menjelaskan, di Indonesia, sejak tahun lalu pemerintah sudah mencanangkan kewajiban mencampur biodiesel dari kelapa sawit dengan solar sebesar 20 persen atau B20. Tahun depan Indonesia akan mewajibkan peningkatan campuran biodiesel tersebut menjadi 30 persen atau B30. Indonesia saat ini juga tengah mengembangkan energi listrik berbasis air. Ini merupakan bagian dari komitmen pemerintah Indonesia terhadap Perjanjian Paris, yaitu menggunakan energi dengan emisi rendah.