Semakin banyaknya jumlah penderita yang terpapar virus corona mendorong wilayah tertentu melakukan lockdown. Setelah kebijakan ini diterapkan rata-rata selama dua bulan, sejumlah negara mulai mengumumkan rencana membuka isolasi wilayah (lockdown) mereka. Bekegiatan ekonomi bisa dimulai kembali sementara hanya untuk beberapa jenis bisnis tertentu. Selain itu, diharapkan pembatasan sosial, gerak dan aktifitas (physical distancing) masih perlu diterapkan.
Dilaporkan yang akan membuka wilayah mereka, antara lain beberapa negara anggota Uni Eropa, dan sebagian wilayah Amerika Serikat. Di Asia, selain Tiongkok, Iran juga diberitakan akan membuka isolasi wilayah. Penerapan pembukaan isolasi wilayah akan dilakukan bertahap.
Untuk tahap awal, pembukaan hanya untuk sejumlah kegiatan bisnis secara terbatas. Seperti yang diumumkan oleh Italia, Spanyol, Jerman dan Prancis. Pada umumnya, pembukaan isolasi di bebrapa negara ini akan dilakukan awal bulan Mei. Selanjutnya sejumlah sektor usaha diharapkan segera beraktifitas. Hal ini berkaitan dengan wabah corona yang tidak saja berdampak pada kondisi kesehatan, tetapi juga kondisi ekonomi.
Presiden Amerika Serikat Donald Trump sudah memberikan panduan kepada para gubernur terkait rencana pembukaan kembali aktifitas ekonomi Amerika Serikat dalam waktu dekat. Meski sejauh ini hanya beberapa negara bagian yang menyatakan siap menerapkan rencana tersebut.
Tetapi recana pembukaan kembali wilayah ini telah memunculkan kontroversi dan reaksi yang berbeda. Terutama terkait pertimbangan keuntungan dan kerugian jika isolasi mulai dibuka dalam waktu dekat ini.Pihak yang berkeberatan mengemukakan alasan utama mereka, yaitu terlalu berisiko jika isolasi dibuka terlalu dini. Kembalinya aktvitas warga dikhawatirkan akan menambah jumlah penderita virus corona.
Beberapa pengamat ekonomi dan pemerhati masalah kesehatan tentunya punya pandangan berbeda. Pengamat ekonomi berpandangan jika isolasi wilayah diterapkan terlalu lama, maka risiko memburuknya kondisi ekonomi akan lebih besar. Sebaliknya, pemerhati dan praktisi di bidang kesehatan menilai saat ini belum tepat untuk mengakhiri kebijakan isolasi dan memulai kegiatan usaha untuk sektor swasta.
Sementara, di sisi pemerintah, alasan utama isolasi perlu segera dibuka adalah untuk menghindari kerugian lebih lanjut akibat pelemahan ekonomi.
Kebijakan isolasi wilayah praktis telah membuat ekonomi menjadi stagnan. Sedangkan pemulihan ekonomi setelah lockdown dicabut juga akan memakan waktu lama. Semua kondisi ini tidak terhindarkan akan membuat pertumbuhan ekonomi akan rendah atau bahkan akan minus (negative growth).
Sedangkan penyebaran virus corona baru ini sendiri belum bisa dikatakan telah berakhir. Sejumlah negara masih melaporkan penambahan jumlah penderita. Berdasarkan data worldmeters.info total jumlah kasus di dunia per 29 April, penderita yang dirawat ada 3.163.377, dan jumlah kematian 219.348.
Di lain sisi, biaya penanggulangan wabah corona meningkat dan dampaknya untuk sektor ekonomi juga besar. Hal ini mendorong sejumlah negara berencana menambah dana dalam paket stimulus ekonomi mereka.
Dalam laporan World Economic Outlook memperkirakan, pada April ini ekonomi global akan membaik pada tahun depan dan tumbuh 5,8 %. Namun angka ini belum menunjukkan pemulihan sepenuhnya. Bahkan pada 2021, diprediksi tingkat aktivitas ekonomi berada relatif cukup rendah di bawah proyeksi sebelum pandemi ini.
Sejauh ini belum ada yang bisa memastikan kapan wabah corona akan berakhir. Berdasarkan data-data yang ada total kasus positif virus corona masih bertambah.
Data penambahan jumlah penderita ini diharapkan masih jadi acuan di bidang kesehatan dan untuk pemulihan sektor ekonomi. Pemulihan ekonomi akan sangat bergantung pada periode pandemi corona berakhir.(VOI/TGH)