Friday, 13 April 2018 00:00

Kue Dongkal, Jajanan Khas Betawi Yang Nyaris Punah

Written by 
Rate this item
(0 votes)

Jakarta sebagai kota metropolitan punya segudang aktivitas, termasuk penyelengaraan berbagai festival bertaraf nasional maupun internasional, diantaranya Festival kuliner. Ketika kota Jakarta merayakan ulang tahun, warganya bisa dengan mudah menemukan aneka makanan dan minuman khas kota Jakarta dan diakui sebagai bagian dari budaya kota Jakarta, yaitu budaya kuliner.Saat ini kuliner khas Betawi lebih sering hanya ditemukan di festival-festival budaya. Sebagai konsumsi harian, makanan-makanan khas Betawi tersebut sangat sulit ditemukan. Perkembangan zaman, menjadi salah satu alasan mengapa kuliner tradsional tidak lagi sepopuler dulu. Meski kini banyak restoran yang menyajikan hidangan lokal dan tradisional, tapi masih banyak makanan tempo dulu yang mulai punah.

Salah satu kuliner tradisional Indonesia adalah Kue Dongkal, jajanan tradisional masyarakat Betawi. Saat ini tidak mudah untuk mendapatkan kue yang di Jawa Barat dikenal sebagai awug. Tapi di kawasan pinggiran Jakarta, masih ada beberapa tempat yang menyediakan jajanan dari beras ini, di antaranya ada di Jalan Raya Cipayung, Jembatan Serong, Kecamatan Cipayung, Depok, dan kawasan Sawangan, Depok.

Kue Dongkal terbuat dari tepung beras, sagu, gula merah, dan atasnya ditaburi dengan parutan kelapa. Kue ini dibuat dengan cara yang masih tradisonal, yaitu dengan cara dikukus menggunakan dandang dan kerucut tumpeng.

Cara membuat kue ini adalah: pertama, tepung beras harus dikukus di dalam dandang hingga menggumpal. Setelah menggumpal tambahkan sagu kemudian adonan tersebut dimasukkan kedalam kerucut tumpeng yang terbuat dari anyaman bambu dan tambahkan gula merah yang telah diiris-iris. Adonan tersebut selanjutnya dikukus lagi hingga matang. Setelah matang, Kue Dongkal biasanya disajikan hangat diatas daun pisang dengan taburan parutan kelapa di atasnya. Rasa Kue Dongkal gurih dan manis, karena gula merahnya yang agak mencair dan bertekstur lembut.

Read 1850 times