Foto : Kemlu
VOInews.id, Jakarta: Pada hari kedua Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN ke-56 atau ASEAN Ministerial Meeting (AMM) sesi retreat secara resmi dibuka oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno Marsudi di Jakarta, Rabu (12/07/2023).
Dalam sambutannya, Menlu Retno menyampaikan sesi retret membahas isu-isu penting yang menjadi perhatian bersama seluruh peserta, salah satunya terkait upaya-upaya yang telah dilakukan Indonesia dalam membantu Myanmar keluar dari konflik.
Menlu Retno mengatakan, pada April 2021, para Kepala Negara ASEAN telah menyepakati Konsensus 5 Poin (5PC) sebagai landasan penyelesaian konflik Myanmar. Oleh karena itu menurutnya, implementasi 5PC harus terus menjadi fokus ASEAN.
“5PC adalah konsensus yang disepakati oleh para pemimpin ASEAN sebagai pendekatan dalam menyelesaikan konflik Myanmar, yang terdiri dari mendorong dialog yang konstruktif, penghentian kekerasan, mediasi antara berbagai pihak, pemberian bantuan kemanusiaan dan pengiriman utusan khusus ke Myanmar”, jelas Retno Marsudi.
Selama hampir 7 bulan, Indonesia telah membangun banyak komunikasi secara intensif dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk memfasilitasi pemberian bantuan kemanusiaan kepada rakyat Myanmar yang menderita akibat konflik. Menlu Retno mengatakan, Indonesia telah menjalin lebih dari 110 komunikasi yang tidak mudah dengan berbagai pihak.
Namun menurutnya, upaya yang dilakukan Indonesia tidak akan berarti jika para pihak yang berkepentingan tidak saling membangun komunikasi. Retno mengatakan, dengan adanya komunikasi dan dialog, maka Myanmar akan memiliki jalan untuk menciptakan solusi politik yang diharapkan dapat berujung pada perdamaian jangka Panjang.
“Indonesia mengutuk keras penggunaan kekuatan dan kekerasan. Kami sangat mendesak semua pemangku kepentingan untuk mengecam kekerasan karena ini sangat penting untuk membangun kepercayaan, dan ini juga penting untuk memberikan bantuan kemanusiaan dan dialog”, tegas Retno.
Lebih lanjut Menlu Retno juga berharap agar AHA Center dapat diberikan akses untuk dapat menjangkau rakyat yang membutuhkan bantuan, terutama di wilayah Magway dan Sagaing. Sementara itu dalam hal Sentralitas ASEAN, dirinya kembali mengingatkan pentingnya ASEAN menjadi navigator dalam menghadapi tantangan geopolitik saat ini dan masa depan termasuk melalui East Asia Summit (EAS) dan ASEAN Regional Forum (ARF). Ia mengatakan, EAS dan ARF merupakan platform inklusif yang penting yang dapat memfasilitasi seluruh pihak di kawasan untuk berdialog.
Ia menambahkan, pada tahun ini, ARF menandai 30 tahun kelahirannya. Ia pun mendorong ARF untuk dapat memfokuskan upaya diplomasi pencegahan sambil tetap melakukan upaya-upaya menjaga kepercayaan diri ASEAN.