Ke-15 kesepakatan itu terdiri dari 13 nota kesepahaman (MoU), 1 surat minat (LoI), dan 1 perjanjian kerahasiaan (NDA). Empat kesepakatan dilakukan oleh pemerintah RI, masing-masing di bidang energi, pertambangan, dan farmasi. Sisanya diteken oleh perusahaan BUMN dan swasta.
Salah satu kerja sama terbanyak yang diteken kedua negara adalah kerja sama investasi energi. Pertamina Geothermal Energy (PGE), anak perusahaan Pertamina di bidang energi panas bumi, melakukan kerja sama dengan dua perusahaan.
Kesepakatan PGE dengan Geothermal Development Company (GDC) bernilai US$1,5 miliar (sekitar Rp23 triliun). Sementara itu, kesepakatan PGE dengan Africa Geothermal International Ltd. (AGIL) bernilai US$700 juta (sekitar Rp10,7 triliun).
Menurut Retno, kerja sama ini penting untuk membuka jalan bagi hal serupa, termasuk sektor hulu dan energi terbarukan. “Untuk melindungi investasi dua negara, Presiden mengusulkan agar kedua negara segera mulai membahas perjanjian investasi bilateral,” lanjutnya.
Selain itu, beberapa kerja sama terkait dengan kesehatan. Di antaranya ialah BPOM RI, yang bekerja sama dengan Pharmacy and Poisons Board, badan pengawas obat di Kenya.
Sementara itu, BUMN farmasi Biofarma melakukan kerja sama dengan BioVax dan Generics Africa Ltd. Combiphar juga melakukan kerja sama di bidang farmasi dengan TRAC Eco Pharma Ltd.
Penandatanganan ini dilakukan bersamaan dengan pertemuan bilateral antara Presiden Joko Widodo dengan Presiden Kenya, William Ruto. Dalam pertemuan tersebut, keduanya juga mendiskusikan sejumlah prioritas kerja sama lainnya, seperti ketahanan pangan dan penanganan bencana.
Presiden Joko Widodo mendorong terbentuknya kesepakatan dagang preferensial (PTA) dengan Kenya. Hal ini mengingat perdagangan antarnegara terus naik hingga rata-rata 17% per tahun selama 5 tahun terakhir. Presiden juga mengajak Kenya untuk memperkokoh kembali semangat Dasasila Bandung, dengan memajukan kolaborasi negara-negara belahan Bumi selatan.