VOInews, Jakarta: Indonesia menyampaikan keprihatinan terkait kebijakan Uni Eropa yang dapat menghalangi kemitraan dengan ASEAN, termasuk dalam hal kelapa sawit dan Undang-undang Deforestasi (European Union Deforestation Regulation-EUDR).
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi dalam Pertemuan Menteri ASEAN Uni Eropa ke-24 di Brussels, Belgia, mengatakan bahwa ASEAN juga memiliki kepedulian yang sama dengan Uni Eropa (UE) terhadap lingkungan. Oleh karena itu menurutnya, pendekatan yang harus digunakan adalah dengan saling membantu pencapaian perlindungan terhadap lingkungan dan bukan dengan hukuman.
“Saya menekankan bahwa standar “one-size fits all” tidak dapat diberlakukan. Jika tujuannya adalah untuk memperkuat kerja sama, maka pilihannya hanya satu yaitu saling bekerja sama, saling membantu, dan menghindari isu sustainability digunakan untuk alat proteksi di dalam perdagangan,” katanya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu (3/2/2024).
Dirinya pun mendorong ASEAN dan UE untuk menjadi mitra untuk kemakmuran. Menurutnya, seluruh data menunjukkan bahwa EU adalah salah satu mitra penting ASEAN.
“Dengan lebih dari 650 juta penduduk, ASEAN juga merupakan mitra penting bagi Uni Eropa. Karakter ekonomi ASEAN dan Uni Eropa adalah saling melengkapi,” katanya.
Hal lain yang juga disampaikan Menlu Retno adalah pentingnya ASEAN dan Uni Eropa untuk menjadi mitra perdamaian dan stabilitas. Menurutnya, kondisi dunia saat ini sudah penuh dengan konflik, sehingga dirinya menekankan pentingnya penghormatan terhadap prinsip, nilai, dan hukum internasional secara konsisten.
“Saya menyampaikan apresiasi atas dukungan Uni Eropa terhadap AOIP (ASEAN Outlook on The Indo-Pacific) yang mencerminkan komitmen kita untuk menjaga stabilitas dan perdamaian di Indo- Pasifik,” katanya.