Kashmir kembali membara. Dua negara bertetangga kembali bersengketa. India dan Pakistan, dua negara bertetangga di Asia Selatan itu tidak hanya melempar perang kata-kata, tetapi berkonflik menggunakan senjata. Tercatat sudah tidak sedikit korban meninggal dunia sejak konflik terjadi sejak dua pekan lalu. Sengketa bersenjata dimulai ketika paramiliter India yang berkonvoi di wilayah Kashmir tewas akibat serangan bunuh diri, 14 Februari lalu. 40 orang tewas dalam insiden tersebut.
Perdana Menteri India yang marah tidak hanya mengeluarkan pernyataan akan membalas melainkan mewujudkan kemarahannya dengan membombardir markas kelompok Jaish Mohammad. Kelompok militan Jais Mohammad itu memang telah mengaku bertanggung jawab atas serangan bunuh diri yang menewaskan 40 paramiliter India. Konflik terakhir yang menewaskan puluhan warga itu merupakan rangkaian sengketa India Pakistan yang sudah berlangsung sejak tujuh dekade lalu. Konflik berkempanjangan terus terjadi sebagai akibat kedua negara menguasai sebagian wilayah Kashmir sejak India dan Pakistan Merdeka dari Inggris tahun 1947.
Ketegangan semakin menjadi dengan adanya kelompok milisi yang berada di wilayah Pakistan. Warga yang tinggal di kedua wilayah ada yang sudah mengungsi tetapi tidak sedikit yang tetap tinggal di tengah suasana koflik yang sering diwarnai kerusuhan dan kekerasan. Hingga kini kedua negara belum menemukan titik temu dalam menyelesaikan sengketa perbatasan.
Konflik bersenjata terakhir yang dipicu oleh bom bunuh diri seorang militan menunjukkan bahwa diperlukan pendekatan dialog bagi penyelesaian kemelut terus menerus di Kashmir. Tekanan politik dan ditingkatkannya aksi militer oleh negara kepada pihak yang merasa tertekan menjadi salah satu pemicu munculnya tindakan kekerasan yang dapat terus menyulut eskalasi konflik di perbatasan India Pakistan.