Tuesday, 26 March 2019 13:38

MRT, Peradaban Baru Jakarta

Written by 
Rate this item
(0 votes)

Hari ini sebuah peradaban baru akan kita mulai, yaitu dengan dioperasikannya MRT di DKI Jakarta, fase pertama”, itulah yang disampaikan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dalam sambutan peresmian Mass Rapid Transportation atau  Moda Raya Terpadu -  MRT Jakarta fase pertama, pada 24 Maret 2019. Jalur MRT Fase pertama sepanjang 15,7 kilometer dari Terminal Lebak Bulus hingga Bundaran Hotel Indonesia memiliki 13 stasiun berikut 1 Depo.  Pada saat yang bersamaan juga dicanangkan pembangunan MRT fase  kedua, yaitu jalur Bundaran HI – Stasiun Kota, yang direncanakan selesai pada tahun 2024.

Dibandingkan negara-negara di ASEAN, Indonesia memang lebih sangat terlambat memiliki moda transportasi terpadu. Walaupun, rencana pembangunan moda transportasi yang terintegrasi dengan bis Transjakarta, commuterline  dan kereta ke bandara, sudah dirintis sejak 1985.Masyarakat Indonesia, khususnya warga Jakarta harus menunggu 34 tahun untuk memiliki  moda transportasi berbasis rel ini. Wajar, jika adanya moda transportasi MRT diyakini akan membawa banyak perubahan  untuk  Jakarta.  

Perubahan apa yang diharapkan terjadi di Jakarta? Yang pertama tentunya adalah masalah kemacetan. Menurut data Tomtom Traffic Index, Jakarta berada di tempat ketiga sebagai kota paling macet di dunia. Posisi itu berada di bawah Mexico City dan Bangkok. Tingkat kemacetan Jakarta 58 persen, dengan  kemacetan di pagi hari 63 persen dan 95 persen di sore hari. Memang tak bisa dipungkiri, Pertumbuhan ekonomi dan melonjaknya jumlah populasi penduduk menyebabkan lebih banyak arus lalu lintas dan perpindahan di dalam kota. Diperikirakan lebih dari 18 juta unit kendaraan beredar di Jakarta. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional – Bappenas menyebut setiap tahun lebih dari 65 triliun rupiah kerugian karena kemacetan di Jabodetabek. Jumlah itu harus terbuang percuma menjadi asap setiap tahunnya. Dengan adanya harga tiket 8.500 rupiah  naik Moda Raya Terpadu akan membuat Jakarta bisa mengurangi  kerugian yang disebabkan kemacetan.

Perubahan lain yang diharapkan adalah gaya hidup warga Jakarta. Indonesia pernah disebut  berada  di peringkat satu negara dengan penduduk paling malas bergerak di seluruh dunia. Hanya sekitar 3.500 jumlah langkah rata-rata per hari penduduk Indonesia, dari jumlah yang seharusnya disarankan 10.000 langkah. Beragam keadaan ini tentu saja sindrom metabolik yang menjadi penyakit dan tentunya  semakin berpotensi mengancam masyarakat Indonesia, bahkan di  usia remaja.

Moda Raya Terpadu diharapakan akan membawa banyak kenyamanan bagi pelaku bisnis asing yang datang ke Jakarta. Jalur yang dilalui MRT adalah  daerah bisnis. Berkurangnya kemacetan dan mudahnya menggunakan transportasi umum tentu akan menambah nilai Jakarta sebagai tujuan  wisata. Apalagi Bundaran Hotel Indonesia berdekatan dengan banyak tujuan wisata   seperti Museum, wisata kuliner dan wisata belanja. Dengan adanya Moda Raya Terpadu, semoga harapan menjadikan Jakarta sebagai pusat bisnis dan tujuan wisata dunia bisa diwujudkan.

Read 912 times