warna warni

warna warni (402)

10
July

Warna Warni kali ini saya sajikan informasi mengenai  Paragliding Accuracy World Cup (PGAWC)  digelar di kota Batu, Malang.

Kejuaraan dunia paralayang bertajuk Paragliding Accuracy World Cup (PGAWC) akan dihelat di Kota Batu. Kejuaraan skala internasional ini bakal berlangsung pada 13 hingga 15 Juli 2018 mendatang di Gunung Banyak, Kelurahan Songgokerto, Kota Batu, Jawa Timur. PGAWC merupakan kejuaraan berseri. Terdapat enam seri perlombaan dengan beberapa kategori. Kota Batu menjadi tuan rumah untuk seri ketiga tersebut. Dipilihnya Batu menjadi tuan rumah dalam kegiatan kelas dunia tersebut merupakan salah satu kebangaan tersendiri bagi Indonesia, khususnya Jawa Timur dan kota Batu. Ini berarti daerah di Indonesia masih dipercaya  untuk menjadi tempat gelaran agenda internasional.

Selain itu, dipilihnya kota Batu menjadi tuan rumah ajang perlombaan paralayang dunia karena Batu memilih akses yang mudah. Panitia PGAWC juga melihat angin di daerah pegunungan di perbatasan Kota Batu dan Kabupaten Malang itu umumnya bagus. Sarana dan prasana di kota Batu juga cukup baik dibandingkan yang lain. Dengan digelarnya ajang perlombaan dunia ini, pemerintah Kota Batu berharap ajang ini mampu mendongkrak kunjungan wisatawan ke Kota Batu. Kegiatan ini juga dimanfaatkan oleh pemerintah kota untuk ajang promosi semua potensi yang ada di kota Batu.

kejuaran dunia olahraga paralayang PGAWC memakai format seperti balapan Formula 1. Kejuaraan ini diselenggarakan berpindah dari satu negara ke negara lain. Tahun 2018 ini terdapat enam seri kejuaraan hingga pertengahan Desember nanti. Kejuaraan dilaksanakan di Turki, Kazakhstan, Indonesia, Kanada, Nepal, dan Albania. Seri Ketiga di gelar di Indonesia, tepatnya di kota Batu. Hingga penyelenggaraan Seri Kedua, pencapaian tertinggi atlet Pelatnas (pemusatan latihan nasional) Tim Paralayang Indonesia diraih oleh Ike Ayu Wulandari di peringkat pertama Kelas Putri, disusul Eka Nesti Wulansari sebagai juara kedua. Kejuaraan Dunia Para Gliding Accuracy World Cup – PGAWC 2018 ini akan menjadi ujian terakhir bagi para atlet paralayang Indonesia sebelum tampil dalam Asian Games 2018 pada Agustus mendatang. Diperkirakan, para atlet paralayang negara lain yang juga akan bertanding di Asian Games 2018 akan turut bertanding dalam PGAWC 2018.

 

 

09
July

Warna Warni edisi kali ini akan mengajak Anda untuk mengetahui nasib suku sakai yang tinggal di pedalaman hutan Riau, Sumatera. Indonesia yang terdiri akan pulau-pulau memang merupakan satu tempat strategis untuk beberapa suku di wilayah pedalaman berkembang dengan baik. Namun masih ada beberapa suku yang masih tertinggal atau terkesan meninggalkan era modernisasi yang terjadi di Indonesia. Nenek moyang Suku Sakai diyakini berasal dari Pagaruyung, sebuah kerajaan Melayu yang pernah ada di Sumatera Barat. Dahulu, Suku Sakai memiliki pola kehidupan yang masih nomaden, berpindah-pindah dari satu kawasan ke kawasan lain. Pola kehidupan yang masih nomaden ini meninggalkan kekayaan budaya yang menarik. Hal tersebut terlihat dari benda peninggalan Suku Sakai yang dahulu digunakan untuk keperluan hidup mereka di pedalaman.

Benda-benda ini terbuat dari bahan baku yang sumbernya seratus persen dari alam, dan memiliki fungsi yang masih sederhana dalam kehidupan sehari-hari mereka. Kebudayaan Suku Sakai yang bercorak agraris juga ditandai dengan alat-alat yang berfungsi sebagai alat pertanian seperti gegalung galo. Alat yang terbuat dari bambu dan batang pepohonan ini berfungsi sebagai alat penjepit ubi manggalo untuk diambil sari patinya. Suku Sakai juga memproduksi pakaian yang bahannya seratus persen terbuat dari alam. Pakaian orang-orang suku ini dahulu ketika masih hidup dalam sistem nomaden terbuat dari kulit kayu.

Pakaian inilah yang digunakan Suku Sakai untuk bertahan hidup selama berpindah-pindah tempat. Kebanyakan orang Sakai menganut kepercayaan animisme dan meyakini adanya ‘hantu’ atau makhluk gaib. Seiring perkembangan zaman, sebagian suku Sakai mulai memeluk agama lain seperti Islam dan Kristen, hanya saja kebiasaan mereka terhadap hal-hal yang berbau magis kadang masih mereka lakukan. Suku Sakai selama ini sering dicirikan sebagai kelompok terasing yang hidup berpindah-pindah di hutan. Namun seiring dengan berjalannya waktu, alam asri tempat mereka berlindung mulai punah. Kawasan yang tadinya hutan, berkembang menjadi daerah industri perminyakan, usaha kehutanan, perkebunan karet dan kelapa sawit, dan sentra ekonomi.

Komposisi masyarakatnya pun menjadi lebih heterogen dengan pendatang baru dan pencari kerja dari berbagai kelompok masyarakat yang ada di Indonesia (Jawa, Minang, Batak, dsb). Akibatnya, masyarakat Sakai pun mulai kehilangan sumber penghidupan, sementara usaha atau kerja di bidang lain belum biasa mereka jalani. Ciri khas suku Sakai yang hidup di sungai dan mencari ikan sebagai penghidupan memang terkesan primitive. Keadaan hutan yang sudah mulai terkikis lambat laun memaksa suku sakai pedalaman pindah ke wilayah yang lebih baik. Saat ini sebagian suku sakai tinggal di wilayah perkampungan. Inilah yang membuat suku ini terbagi menjadi dua, sakai pedalaman dan sakai luar. Hal ini pula yang membuat keberadaan suku sakai punah secara perlahan tapi pasti. Suku sakai merupakan salah satu kekayaan budaya yang ada di Indonesia, sudah seharusnya pemerintah pusat mulai memperhatikan dan mempertahankan keberadaan mereka.//

                                                                                                                            

08
July

Edisi kali ini mengetengahkan topik mengenai Headset Untuk Mengurangi Nyeri Rahang.Headset biasanya digunakan untuk mendengarkan suara atau musik. Alat ini juga digunakan untuk aktifitas lain seperti sebagai salah satu alat bantu dengar di laboratorium bahasa.Namun kali ini, sejumlah mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta membuat sebuah headset sebagai alat bantu kesehatan. Amri Siddiq Pangestu dari Fakultas Teknik, Eltrin Khotimah Maharti dan Nurzahra Sekar Ningrum dari Fakultas Kedokteran Gigi. Perangkat ini dikembangkan untuk membantu memberikan relaksasi pada otot sekitar rahang pasien yang melakukan perawatan gigi. Headset ini dapat mengurangi rasa nyeri di rahang. Perawatan gigi memang kerap memunculkan rasa tidak nyaman seperti pegal dan kaku di area rahang akibat membuka mulut lebar. Bahkan, dalam beberapa kasus, pasien masih merasa pegal dalam jangka waktu lama. Hal ini berpotensi memunculkan gangguan sistem pengunyahan atau Temporo Mandibular Disorder (TMD). Namun, masalah itu kini dapat teratasi dengan Gusta atau Gadjah Mada Ultrasound Therapy.Menurut Amri, Gusta merupakan inovasi alat kesehatan yang mampu memancarkan gelombang ultrasonik berfrekuensi tepat, sehingga bisa memberikan rasa nyaman dan merelaksasi otot sekitar rahang. Dia menekankan, gelombang ultrasonik sebenarnya telah lama digunakan di dunia medis. Gelombang ini diketahui mampu menyembuhkan rasa sakit dan kaku pada otot, dengan menghasilkan efek mekanis dan termal. Dari situ, efek-efek yang ada mampu meningkatkan temperatur jaringan di sekitarnya, serta melancarkan aliran darah.

Alat ini tersusun dari tujuh komponen utama yaitu mikrokontroler, generator gelombang ultrasonik, pengatur input-output, dan headphone. Selain itu, terdapat sensor suhu, LCD dan tranduscer ultrasound. Menurut Amri, cara kerja alat ini adalah mengubah sinyal listrik yang ada menjadi gelombang ultrasonik yang dapat diatur pada perangkat ini. Amri menjelaskan, pasien memakai headset menyesuaikan dengan sendi rahang, setelah itu tombol power dihidupkan untuk menyalakan alat. Frekuensi dapat diatur sesuai kenyamanan pasien.

Sementara itu Nurzahra menambahkan, sebelum mengeluarkan frekuensi, alat ini akan diberikan gel untuk meminimalisir kontak kulit yang membuat tidak nyaman dan memaksimalkan efek pancaran gelombang ultrasonik. Penggunaan Gusta tidak hanya memberikan rasa nyaman bagi pasien, namun alat ini dinilai dapat pula memudahkan dokter saat melakukan perawatan gigi dan mulut, karena dilengkapi LCD yang menampilkan suhu dan frekuensi Gusta. Jika diproduksi secara massal, alat ini diperkirakan dijual seharga 2,5 juta rupiah. Penemuan ini lahir dari Progam Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC) UGM 2018.

06
July

Jumpa kembali acara Warna Warni. Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Yogyakarta bekerjasama dengan Trail Runners Yogyakarta, mempersembahkan acara Trail Race yang akan diselenggarakan pada 29 Juli 2018. Acara tersebut bernama “Sleman Temple Run 2018”. Terdapat 2 kategori pada Sleman Temple Run 2018, yaitu: 25K dan 13K. Sesuai dengan kategori Trail Race, rute yang akan ditempuh merupakan perbukitan dengan lintasan batuan dan tanah. Kegiatan ini untuk pertama kalinya diselenggarakan pada tahun 2015.Untuk rute Sleman Temple Run 2018, mengelilingi Candi Banyunibo - Candi Barong - Candi Sojiwan - Candi Miri - Candi Ijo - Situs Arca Gupala. Start akan dimulai dari Candi Banyunibo dan finish di Candi Banyunibo kembali.Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, Dra Sudarningsih, Msi menyebut bahwa jarak tempuh Sleman Temple Run masih sama dengan tahun yang lalu. Menambahkan Sudarningsih, untuk Sleman Temple Run 2018 memiliki perbedaan dengan tahun yang kemarin. Selain Sleman Temple Run, juga akan diadakan Night Cooking Festival di pelataran Candi Banyunibo dengan tagline, ‘Rasakan Sensasi Memasak di Bawah Taburan Bintang-bintang’. Pesertanya akan terdiri dari tim yang terdiri dari 5 orang.Sudarningsih berharap ke depan Sleman Temple Run ini bisa masuk sebagai 100 event Kementerian Pariwisata. Menurutnya setelah lima kali penyelenggaraan, pihaknya akan mendaftarkan kegiatan tersebut di Kementerian Pariwisata sebagai 100 event yang akan diluncurkan Kementerian Pariwisata.

Sementara itu, Ramdhan Krisnawan Hartarto, dari Komunitas Trail Runners Yogyakarta, menjelaskan tentang pemilihan Candi banyunibo karena tempatnya lebih bagus. Dari segi tantangannya sendiri, lari trail itu berbeda dengan lari marathon atau yang lain.

Untuk tahun 2018 ini, Wawan, panggilan akrab Ramdhan Krisnawan Hartarto mengatakan, medalinya sedikit berbeda dengan tahun-tahun kemarin. Kali ini medali menggunakan kayu yang di-mix dengan resin, dikerjakan satu per satu oleh tenaga lokal dari Jogja.

Sedangkan menurut Agung, dari panitia Sleman Night Cooking Festival bahwa kompetisi memasak ini mungkin menjadi satu-satunya lomba memasak malam hari di Indonesia. Dijelaskan Agung, untuk pesertanya umum, yang akan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu umum, pelajar, dan horeka (hotel, restoran, kafe).Untuk menu babak penyisihan, akan memasak dengan bahan dasar kecombrang. Untuk babak final, masakan tradisional Mataram.

05
July

Dalam edisi Warna Warni kali ini saya sajikan informasi mengenai  Jakarta Karnaval 2018. 

22 Juni lalu, Jakarta berulang tahun ke- 491. Rangkaian acara perayaan Ulang Tahun Jakarta dimulai dari upacara di Lapangan Silang Monas,setelah itu, sidang paripurna perayaan HUT DKI Jakarta. Pada malam harinya digelar acara jamuan makan malam. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Pemerintah provinsi DKI Jakarta juga menggelar kegiatan Malam Muda Mudi dan Jakarta Karnaval (Jakarnaval). Untuk kegiatan Malam Muda Mudi telah digelar di Jakarta Fair Kemayoran (JFK), area PRJ Kemayoran, Jakarta Pusat, 21 Juni lalu. Dalam acara ini digelar grand final Miss Jakarta Fair 2018 dan pesta kembang api. Sedang Jakarnaval akan digelar pada 8 Juli Mendatang.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta kembali menggelar Jakarta Karnaval sebagai bagian rangkaian acara Hari Ulang Tahun (HUT) ke-491 Kota Jakarta. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) DKI Jakarta, Tinia Budiati mengatakan, Jakarta Karnaval yang rencananya digelar pada 8 Juli akan dimeriahkan pawai dengan melibatkan 3.000 peserta. Kegiatan tersebut baru digelar pada bulan Juli mengingat HUT DKI Jakarta, yakni pada 22 Juni, masih dalam nuansa Idul Fitri dan Libur Lebaran. Selain itu, acara digelar di bulan Juli, agar masyarakat yang mudik sudah kembali ke Jakarta. Untuk acara pawai,  Pesertanya berasal dari komunitas seni, olahraga dan pehobi binaan Pemprov DKI Jakarta. Pawai tersebut juga akan dimeriahkan 70 kendaraan hias yang telah disiapkan masing-masing komunitas. Termasuk komunitas kendaraan antik di Ibukota. Selain itu, ada pula iring-iringan dukungan kendaraan dari para Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dengan berbagai armadanya yang canggih.

Pawai akan diselenggarakan mulai pukul 14.00. Dalam pawai tersebut, peserta akan melintasi sepanjang Jalan Medan Merdeka Selatan menuju Jalan Medan Merdeka Barat setelah Patung Kuda Arjuna Wiwaha. Setelah sampai di pintu masuk Merdeka Barat Monas, peserta akan masuk untuk mengikuti acara selanjutnya di panggung hiburan yang telah disediakan. Selain panggung hiburan, dalam Jakarta Karnaval juga digelar pertunjukan musik dan hiburan menarik lainnya. 

 

04
July

Akhir abad ke 17, VOC membawa bibit kopi dari Malabar ke Indonesia. Bibit kopi tersebut kemudian ditanam di Jakarta, namun gagal karena terserang banjir. Di tahun 1700, penanaman kopi kembali dilakukan, dan berhasil. Tapi keberhasilan tersebut tak lama dirasakan. Serangan Hemileia vastatrix di abad ke 19, menjadi bencana terbesar dalam sejarah kopi Nusantara. Ternyata, penyakit karat daun itu, akhirnya melahirkan kekayaan baru yang memikat dunia. "The Heaven Of Coffee", surga kopi, kini melekat sebagai identitas negeri ini, Indonesia.Untuk mempertahankan identitas tersebut dan dalam rangka lebih mengenalkan serta memasarkan varian kopi Indonesia, khususnya kopi Papua, komunitas Kopi dan Pariwisata yang didukung oleh Dewan Kopi Indonesia (DEKOPI), Association Sales Travel Indonesia (ASATI) dan Indonesia Diaspora Network (IDN) SME Export Empowerment & Development menyelenggarakan kegiatan ekspedisi Kopi Nusantara, yang akan dimulai di Wamena Papua pada tanggal 8-20 Agustus 2018. Penggagas kegiatan ini mantan Menteri Pertanian Anton Apriyantono dan mantan Duta Besar RI untuk Kolombia Niniek Sadmojo.Menurut Anton Apriyantono, selaku ketua pelaksana program yang juga ketua umum Dewan Kopi Indonesia (DEKOPI), Ekspedisi Kopi Nusantara akan menjadi sarana pendokumentasian keragaman kopi Indonesia sekaligus pencitraan parawisata eksotisme kopi , mulai dari kebun sampai ke secangkir kopi dan pariwisata sekeliling perkebunan kopi atau coffee trip.

Kopi di Indonesia, terutama dikenal dengan 2 jenis (spesies) yaitu Arabika dan Robusta, sementara daerah penghasil utama kopi terbaik di Indonesia untuk jenis Arabika adalah Aceh Gayo (Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues), Sumatera Utara (Lintongnihuta, Mandailing, dan Sidikalang), Jawa Tengah (Temanggung, Ungaran), Jawa Barat (Gunung Puntang, Malabar, Garut), Jawa Timur (Malang, Jember, Jampit), Flores (Bajawa, Manggarai), Sulawesi (Toraja dan Kalosi, Kabupaten Enrekang), Papua (Wamena) dan Bali (Kintamani).

Sedangkan untuk penghasil kopi jenis Robusta ada di Lampung (Lampung Tengah, Lampung Barat, dan Tanggamus), Bengkulu dan Sumatera Selatan. Niniek Sadmojo menjelaskan, bahwa keanekaragaman varian tanaman kopi Indonesia dari Aceh sampai Papua merupakan kelebihan kopi Indonesia dibandingkan kopi dari negara-negara penghasil kopi di dunia, seperti Kolombia dan Brasil.

ekspedisi di Papua akan diawali dengan pencanangan program pendakian dan pengibaran Bendera Merah Putih di Puncak Trikora pada Hari Kemerdekaan RI ke-73 pada 17 Agustus 2018, yang dilakukan oleh 2 orang pendaki wanita Indonesia, yaitu Mila Ayu Hariyanti, S.Or dan pemegang rekor MURI perempuan pendaki tercepat yang mampu menyelesaikan 7 summits Indonesia dalam kurun waktu 100 hari, dan Dr. Shelvie Nidya Neyman, M.Si.,S.Kom.

Selain itu disertai pula dengan kunjungan wisata ke kebun kopi atau coffee trip di Wamena, dan partisipasi dalam Festival Lembah Baliem 2018 dengan mengundang komunitas pencinta kopi dari dalam dan luar negeri.Ekspedisi kemudian dilanjutkan ke sebelas daerah penghasil kopi di Indonesi, berturut turut ke Sulawesi, Flores, Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Sumatera Utara, dan berakhir di Aceh.

Seiring dengan hal tersebut, dilakukan juga pengumpulan data untuk penulisan buku "THE JOURNEY OF INDONESIAN COFFEE" Mahakarya Kopi Indonesia Dari Wamena ke Takengon serta dokumentasi foto dan video di kebun kopi Wamena-Papua.Ira Damayanti selaku Vice President Indonesian Diaspora Network / Diaspora USA, selaku Penggagas Ide dan Pengarah Program Buku dan Video Dokumenter menjelaskan, buku dan video dokumenter "The Journey of Indonesian Coffee" menjadi sarana promosi dan pemasaran kopi Indonesia yang paling efektif di seluruh penjuru dunia, dengan peran perwakilan Indonesia di luar negeri, KBRI, KJRI dan ITPC, bersinergi dengan komunitas Indonesia Diaspora Network yang tersebar di seluruh belahan dunia.

03
July

Dalam edisi Warna Warni kali ini informasi mengenai Wonderful Indonesia hadir di Piala Dunia di Rusia. Perhelatan Piala Dunia 2018 berlangsung di Rusia. Perhatian dunia tentunya tertuju pada perhelatan akbar sepakbola ini. Karenanya, Kementerian Pariwisata Republik Indonesia memanfaatkan momen besar ini, untuk menggaungkan pariwisata Indonesia. Ini terlihat ketika “Wonderful Indonesia” mewarnai jalanan di Rusia saat piala dunia berlangsung. Dua unit Open Great Bus dengan desain destinasi pariwisata Bali dan Borobudur berlogo Wonderful Indonesia dan Asian Games 2018 telah mengelilingi Kota Moskow pada 1 hingga 20 Juni 2018.

Menurut Menteri Pariwisata Arief Yahya, olahraga sepakbola paling banyak ditonton orang di dunia. Sehingga media promosi pada industri olahraga ini sangat hidup dan berkembang. Arief menambahkan strategi promosi sangat diperlukan dalam perhelatan sepak bola terbesar di dunia ini. Menurutnya perhatian dunia pada momentum Piala Eropa dan Piala Dunia sangat efektif untuk promosi. Promosi yang efektif diperlukan saat budget promosi terbatas. Pada 2016 lalu, Kementerian Pariwisata juga telah melakukan branding Wonderful Indonesia pada Piala Eropa atau Euro Cup 2016 di Perancis.

Selain Moskow, promosi ‘Wonderful Indonesia’ juga hadir di St Petersburg. Tercatat sebanyak 21 unit bus besar dan 4 unit bus kecil dengan logo yang sama seperti di Moskow mulai bekeliaran di kota tersebut. Bus tersebut telah keliling sejak tanggal 26 Juni 2018 hingga 15 Juli 2018 untuk bus kecil, dan hingga 19 Agustus 2018 untuk bus besar. Disamping promosi melalui bus, Kementerian Pariwisata juga melakukan branding Wonderful Indonesia pada dua billboard digital di Novie Arbat (Moscow) dan Yerevan Plaza (Moskow) selama 16 Juni hingga 15 Juli 2018.

02
July

Edisi kali ini mengetengahkan topik mengenai Mahasiswa UGM Manfaatkan Limbah Kulit Ubi Kayu Untuk Pelapis Pakan Ikan.

Ketela pohon atau ubi kayu sangat mudah dijumpai di berbagai wilayah di Indonesia. Bagian tamanan ini yang paling sering dimanfaatkan adalah buah atau ubi serta daunnya. Kulit ubi kayu atau biasa juga disebut singkong ini biasanya dibuang dan menjadi sampah. Sebenarnya bagian kulit singkong dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Sekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengembangkan terobosan dengan membuat pelapis pakan ikan atau pelet dari limbah kulit ubi kayu. Inovasi ini mampu meningkatkan efektivitas pemberian pakan ikan budidaya. Salah satu anggota tim Muhammad Burhanudding Fauzi mengatakan, pelapis pakan ikan (pelet) ini memberikan keuntungan karena pakan tidak mudah hancur. Pelapis berfungsi sebagai penahan pakan agar tidak mudah menyerap air. Menurut Fauzi, sifat edibel coating (pelapis) pada kulit ubi kayu ini menjadikan pakan ikan tidak mudah menyerap air dan dapat bertahan lebih lama. Selain itu pakan yang tidak mudah hancur di air dapat mengurangi pencemaran sisa pakan dalam air. Inovasi bernama Eating Paku yang merupakan singkatan Edible Coating Pati Kulit Ubi Kayu ini lahir dari Program Kreativitas Mahasiswa UGM 2018. Fauzi mengembangkannya bersama rekannya di Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian, yaitu Ahadian Ansor dan Mochammad Idris Ramadana, dengan bimbingan Sri Rahayoe. Fauzi menambahkan, dari hasil uji menunjukkan dengan pelapis ini pelet dapat bertahan dalam air 5 sampai 7 jam.Penggunaan pati kulit ubi kayu sebagai dasar pembuatan edible dipilih karena memakan biaya relatif murah dibandingkan bahan lain seperti protein maupun lipid. Selain itu, bahan baku berupa kulit ubi kayu ini tersedia cukup melimpah di masyarakat. Bahkan, kulit ubi kayu biasanya hanya menjadi limbah yang belum dimanfaatkan secara optimal. Pembuatan pelapis pakan ikan dilakukan dengan mengolah kulit ubi kayu hingga menjadi pati terlebih dahulu. Selanjutnya, pati diformulasi dan mencampurkannya dengan dengan gliserol, carboxymethyl cellulose dan aquades melalui proses setirer. Terakhir, larutan yang dihasilkan disemprotkan ke pelet mandiri, sehingga pakan ikan yang lebih tahan lama dalam air.

MenurutAhadian, ide mengembangan pelapis pakan ikan ini berawal dari keluhan masyarakat, terutama petani ikan di Sleman. Petani ikan sering mengeluhkan kondisi pakan ikan yang dibuat mandiri, kualitasnya tidak sebagus pakan ikan yang ada di pasaran. Sementara pakan ikan komersil harganya relatif lebih mahal dibanding pakan ikan mandiri.

01
July

 

Ketela pohon atau ubi kayu sangat mudah dijumpai di berbagai wilayah di Indonesia. Bagian tamanan ini yang paling sering dimanfaatkan adalah buah atau ubi serta daunnya. Kulit ubi kayu atau biasa juga disebut singkong ini biasanya dibuang dan menjadi sampah. Sebenarnya bagian kulit singkong dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Sekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengembangkan terobosan dengan membuat pelapis pakan ikan atau pelet dari limbah kulit ubi kayu. Inovasi ini mampu meningkatkan efektivitas pemberian pakan ikan budidaya. Salah satu anggota tim Muhammad Burhanudding Fauzi mengatakan, pelapis pakan ikan (pelet) ini memberikan keuntungan karena pakan tidak mudah hancur. Pelapis berfungsi sebagai penahan pakan agar tidak mudah menyerap air. Menurut Fauzi, sifat edibel coating (pelapis) pada kulit ubi kayu ini menjadikan pakan ikan tidak mudah menyerap air dan dapat bertahan lebih lama. Selain itu pakan yang tidak mudah hancur di air dapat mengurangi pencemaran sisa pakan dalam air.

Inovasi bernama Eating Paku yang merupakan singkatan Edible Coating Pati Kulit Ubi Kayu ini lahir dari Program Kreativitas Mahasiswa UGM 2018. Fauzi mengembangkannya bersama rekannya di Teknik Pertanian dan Biosistem Fakultas Teknologi Pertanian, yaitu Ahadian Ansor dan Mochammad Idris Ramadana, dengan bimbingan Sri Rahayoe. Fauzi menambahkan, dari hasil uji menunjukkan dengan pelapis ini pelet dapat bertahan dalam air 5 sampai 7 jam.

Penggunaan pati kulit ubi kayu sebagai dasar pembuatan edible dipilih karena memakan biaya relatif murah dibandingkan bahan lain seperti protein maupun lipid. Selain itu, bahan baku berupa kulit ubi kayu ini tersedia cukup melimpah di masyarakat. Bahkan, kulit ubi kayu biasanya hanya menjadi limbah yang belum dimanfaatkan secara optimal. Pembuatan pelapis pakan ikan dilakukan dengan mengolah kulit ubi kayu hingga menjadi pati terlebih dahulu. Selanjutnya, pati diformulasi dan mencampurkannya dengan dengan gliserol, carboxymethyl cellulose dan aquades melalui proses setirer. Terakhir, larutan yang dihasilkan disemprotkan ke pelet mandiri, sehingga pakan ikan yang lebih tahan lama dalam air.

Menurut Ahadian, ide mengembangan pelapis pakan ikan ini berawal dari keluhan masyarakat, terutama petani ikan di Sleman. Petani ikan sering mengeluhkan kondisi pakan ikan yang dibuat mandiri, kualitasnya tidak sebagus pakan ikan yang ada di pasaran. Sementara pakan ikan komersil harganya relatif lebih mahal dibanding pakan ikan mandiri.

29
June

Keputusan Presiden nomor 39 tanggal 15 September 2014 menetapkan tanggal 29 Juni tiap tahunnya dirayakan sebagai Hari Keluarga Nasional. Peringatan Hari Keluarga Nasional untuk pertama kalinya dirayakan di propinsi Lampung. Tahun ini, puncak perayaan di kota Manado.  Tepatnya di Area Pohon Kasih, Kawasan Megamas , dengan tema “Hari Keluarga : Hari Kita semua” dengan tagline “Cinta Keluarga, Cinta Terencana”.Tema tersebut memiliki maksud pentingnya mencintai dalam keluarga dan pentingnya perencanaan dalam membangun keluarga. Hari Keluarga Nasional-Harganas dimaksudkan untuk mengingatkan pada seluruh masyarakat Indonesia akan pentingnya keluarga sebagai sumber kekuatan untuk membangun bangsa dan negara. Menurut Kepala Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Kalimantan Tengah-Kalteng Kusnadi, Harganas mengingatkan keluarga-keluarga akan tugas mereka. Karena dari keluargalah dihasilkan manusia yang berkualitas .Penyelenggaraan peringatan Harganas setiap tahunnya bertujuan untuk meningkatkan peran serta pemerintah, pemerintah daerah, mitra kerja, dan swasta tentang pentingnya fungsi keluarga.Sebelum pelaksanaan acara puncak Harganas tersebut, akan diadakan sejumlah kegiatan. Diantaranya, bakti sosial berupa pelayanan KB, khitanan massal, dan donor darah. Ada juga pengobatan gratis, seminar eksekutif nasional, seminar kesehatan, gelar dagang dan kuliner, jalan sehat dan senam bersama, dan penyematan penghargaan.Kegiatan-kegiatan tersebut di helat di dua daerah, yaitu Minahasa dan Manado.Menurut Sekretaris Daerah Provinsi Edwin Silangen pada puncak acara peringatan, rencananya  Presiden RI Joko Widodo akan memberikan penghargaan Satya Lencana Pembangunan juga bantuan beasiswa. Selain itu, dalam rangkaian acara juga digelar "Taman Keluarga" yang diisi dengan sepeda santai, sarapan bersama, penyuluhan, ruang konsultasi keluarga dan kesehatan, ruang bermain anak, nikah massal, dialog interaktif dengan Presiden RI Joko Widodo, pameran, bazar, serta beragam hiburan kesenian.Peringatan Harganas ke-25 kali ini berbeda dari sebelumnya di mana porsi acara seremonial formal akan semakin sedikit. Sebaliknya, porsi acara kasual non-formal akan diperbesar. Harganas XXV di Bumi Nyiur Melambai ini akan mengutamakan keceriaan dan kebersamaan keluarga Indonesia.